Sabtu, April 27, 2024
Google search engine
BerandaNasionalPercepat Penurunan Stunting, Pemerintah Libatkan Tokoh Agama

Percepat Penurunan Stunting, Pemerintah Libatkan Tokoh Agama

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Pemerintah melibatkan tokoh agama dalam upaya percepatan penurunan stunting guna melahirkan generasi emas Indonesia pada 2045.

Hal itu diungkapkan Wakil Presiden RI Maruf Amin pada halaqoh nasional pelibatan penyuluh agama, dai, dan da’iyah untuk mendukung percepatan penurunan stunting yang berlangsung secara virtual di Jakarta, Kamis (6/10/2022).

Kegiatan tersebut diikuti Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dan Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas.

BACA: BKKBN: Atur Jarak Kelahiran Cegah Stunting

“Dibutuhkan kerja cepat, kerja cerdas dan terpenting kerja kolaborasi menurunkan stunting hingga 14 persen pada 2024. Kerja berjamaah semua pihak termasuk partisipasi aktif dari penyuluh agama, dai, dan daiyah,” kata Wapres.

Acara dipusatkan dari Istana Wakil Presiden itu juga digelar secara langsung dihadiri Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama dan ketua kelompok kerja penyuluh agama dari 12 provinsi prioritas percepatan penurunan stunting, pimpinan ormas Islam, para penyuluh agama, dai, dan da’iyah.

Wapres Ma’ruf Amin mengatakan Indonesia akan menyambut puncak bonus demografi, di mana penduduk produktif diprediksi akan mencapai dua kali lipat daripada penduduk usia anak dan lanjut usia.

Namun, di tengah peluang tersebut, Indonesia masih dibayangi fenomena stunting. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 mencatat satu dari empat balita Indonesia masih mengalami stunting.

BACA: Angka Stunting di Aceh Jaya Menurun

Wapres Ma’ruf menyebutkan stunting mendatangkan efek berlipat karena mengganggu perkembangan otak anak hingga mengancam raihan produktivitas ketika dewasa.

Artinya stunting bukan hanya sekadar isu kesehatan melainkan masalah kemanusiaan yang dapat menghambat perekonomian dan masa depan pembangunan negara, kata Wapres.

Berdasarkan survei di 146 negara pada 2021, Indonesia masuk peringkat ketujuh sebagai negara paling religius. Selain itu, sekitar 87 persen penduduk Indonesia beragama Islam.

Oleh karena itu, peran tokoh agama, pimpinan ormas Islam, penyuluh agama, da’i, dan da’iyah sangat strategis dalam mengedukasi masyarakat melalui pendekatan keagamaan mengenai dampak negatif stunting.

BACA: BKKBN dan Dharma Pertiwi TNI Motivasi Warga Aceh untuk Penurunan Stunting

“Saudara-saudara adalah penyampai nilai-nilai dan pesan keamagaam di masyarakat sekaligus sebagai sumber ilmu, pendidik juga, penggerak juga, dan teladan bagi umat,” ucapnya.

Upaya penurunan stunting, kata Wapres, juga sejalan dengan apa diajarkan Islam. Dalam Al Quran disebutkan bahwa sangat merugi jika dalam suatu peradaban meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang tidak sejahtera.

“Oleh karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan berbicara dengan tutur kata yang lurus. Yang lemah itu dalam arti yang sangat luas yaitu kesehatan yang lemah, pendidikan lemah, ekonomi lemah.”

“Dan stunting itu akan berdampak bukan hanya kesehatan tapi juga kepada ekonomi, pendidikannya tidak baik, itu stunting menjadi sumber malapetaka yang kalau kita tidak atasi,” jelas Wapres Ma’ruf.

BACA: BKKBN Aceh Teken MoU dengan 45 PAUD se-Kota Banda Aceh

Wapres berpesan kepada da’i, da’iyah, dan penyuluh agama dalam dakwahnya untuk mendorong upaya percepatan penurunan stunting melalui enam prinsip.

Pertama, mengajak masyarakat hidup bersih dan sehat. Kedua, ajakan untuk makan makanan yang bergizi terutama kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi hingga usia dua tahun yang menjadi kunci pertumbuhan dan perkembangan agar terhindar dari stunting.

Ketiga berikanlah anak pengasuhan yang baik, ayah dan ibu harus mengasuh anak-anaknya dengan tanggung jawab, lahir batin, dunia dan akhirat. Pengasuhan di keluarga merupakan faktor pembentuk karakter dan kualitas sumber daya manusia masa depan.

Keempat, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, makanan pendamping ASI selama enam bulan serta konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri, calon pengantin dan Ibu hamil.

“Kelima, mencegah perkawinan anak dan terakhir menyampaikan dakwahnya dengan ucapan yang santun berdasarkan pendekatan-pendekatan agama yang mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat,” kata Wapres.

BACA: Percepatan Penurunan Stunting di Aceh, BKKBN Rapat Koordinasi dengan PKK

Kepala BKKBN Hasto menyebutkan keberhasilan bagi sebuah negara bisa diukur melalui human capital index, di mana sebuah negara di katakan maju jika masyarakat mempunyai umur yang panjang, sehat dan produktif.

“Target bersama untuk mewujudkan generasi unggul bebas stunting berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo, di mana target prevalensi stunting Indonesia harus di angka 14 persen pada 2024,” katanya.

Hasto menyebutkan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang dialami oleh anak-anak akibat kekurangan asupan gizi. Dampak yang ditimbulkan akibat stunting yakni tinggi badan yang tidak optimal, sehingga badan menjadi lebih pendek, kurang cerdas dan pada usia 40 tahun mudah sakit-sakitan karena metabolisme tubuh yang berbeda.

BACA: Komisioner KPI Aceh Dorong Lembaga Penyiaran Informasikan Tentang Stunting

“Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri karena kita menghadapi bonus demografi dimana usia-usia produktif harus benar-benar produktif dan berkualitas,” kata Hasto.

Sementara itu, Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas mengatakan percepatan penurunan stunting merupakan penjabaran dari perintah agama. Islam memerintahkan agar tidak mewariskan generasi yang lemah.

“Kami akan terus memperkuat peran penyuluh agama di tengah masyarakat bersama para da’i dan da’iyah. kata juga terus akan meningkatkan kualitas bimbingan di masyarakat,” kata Gus Yaqut, panggilan akrab Yaqut Cholil Qoumas.

BACA: TNI Kolaborasi dengan BKKBN untuk Percepatan Penurunan Stunting

Gus Yaqut juga menegaskan telah melakukan penguatan kepada petugas Kantor Urusan Agama (KUA) untuk memberikan bimbingan perkawinan dengan memasukkan materi stunting kepada calon pengantin.

“Keluarga adalah institusi lahirnya generasi penerus bangsa. Keluarga merupakan awal mendapat pendidikan dan bimbingan terbaik. Oleh karena itu, mempersiapkan keluarga baik harus dimulai dari edukasi komprehensif semua hal, termasuk isu stunting,” ujar dia. (Ria-H)

Waspada Aceh on TV

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER