Banda Aceh (Waspada Aceh) – Sinergi dan kolaborasi lintas sektor serta dukungan antar perempuan merupakan kunci dari berbagai macam tantangan dalam menghadirkan kebijakan inklusif bagi perempuan, mendorong kesetaraan gender dan pembangunan di Aceh.
Penguatan lembaga, pengkaderan, pendampingan kelompok komunitas perempuan, dan keterlibatan media dinilai penting bagi gerakan perempuan akar rumput.
Sejumlah aktivis perempuan mengikuti kegiatan Refleksi Gerakan Perempuan Akar Rumput di Aceh yang digelar oleh Flower Aceh bersama INFID, di Hotel Sei, Banda Aceh pada Sabtu (13/8/2022).
Turut hadir membuka acara Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh Nevi Ariyani.
Nevi menjelaskan meskipun kini terjadinya penurunan prevalensi kekerasan terhadap perempuan dan anak, namun patut menjadi perhatian bahwa hal tersebut masih memprihatinkan.
“Prevalensi menurun bukan berarti kasus kekerasan ini tidak memprihatinkan. Bicara prevalensi, ini masih cukup tinggi, sehingga yang masih menjadi perhatian kita bersama,” tuturnya.
Lanjunya, terlihat dari maraknya pemberitaan terkait kekerasan perempuan dan pelecehan seksual yang terjadi belakangan ini.
Direktur Flower Aceh Riswati kegiatan tersebut bertujuan dalam memperkuat kerja kolaborasi gerakan perempuan akar rumput di Aceh. Antara lain dengan menyerap gagasan tentang apa dan bagaimana langkah perubahan serta perbaikan yang sebaiknya ditempuh di Aceh.
“Pentingnya partisipasi, kontrol dan manfaat yang adil dalam proses perencanaan dan pembangunan Aceh dengan melibatkan berbagai pihak termasuk perempuan, anak, disabilitas dan kelompok marjinal,” tuturnya.
Kegiatan itu diawali dengan diskusi kelompok terkait kontribusi gerakan perempuan akar rumput dalam upaya pemberdayaan, pemajuan dan pemenuhan hak asasi perempuan dan anak di Aceh. Selanjutnya kegiatan penyusunan rencana strategis advokasi. (Cut Nauval d)
