Sabtu, April 20, 2024
Google search engine
BerandaDisbudpar AcehPantainya Eksotis, Masyarakatnya Ramah dan Kaya Kearifan Lokal, Magnet Pariwisata Aceh

Pantainya Eksotis, Masyarakatnya Ramah dan Kaya Kearifan Lokal, Magnet Pariwisata Aceh

“Sudah saatnya perekonomian Aceh dari sektor pariwisata bangkit kembali setelah dua tahun lebih tumbang akibat COVID 19 yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia dan khususnya Aceh”

— Kadisbudpar Aceh Jamaluddin —

Siang itu, angin semilir berhembus di sebuah perumahan kawasan Lamtheun, Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Kawasan Kota Banda Aceh dan sekitarnya memang dikelilingi perbukitan dan hamparan laut lepas, tidak heran angin pun berhembus kencang

Kota Banda Aceh berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Besar. Jika dari Medan pengunjung akan melewati jalan lintas Sigli, Pidie, kemudian di daerah Saree di Aceh Besar, yang dikenal dengan oleh-oleh khasnya. Selanjutnya pengunjung akan lebih dulu sampai di Jhanto, ibukota Kabupaten Aceh Besar sebelum Kota Banda Aceh.

Kini perjalanan dari Sigli ke Banda Aceh atau sebaliknya, bisa lebih cepat, melalui jalan tol. Rencananya jalan tol ini akan menembus Banda Aceh – Sigli. Tapi untuk saat ini ruas tol yang sudah bisa dilalui kendaraan baru sebatas Blang Bintang – Jantho dan Seulimum, Aceh Besar.

Uniknya Penyajian Makan di Warung

Bila melalui jalan biasa, jangan heran jika wisatawan berhenti di sebuah rumah makan di sepanjang perjalanan di Provinsi Aceh, penjaga warung atau pelayan akan mengambilkan nasi di piring kemudian memberikannya kepada Anda. Atau Anda juga bisa mengambil sendiri nasinya yang porsinya sesuai kebutuhan Anda. Untuk urusan lauk pauk apa yang mau dimakan, pelanggan bisa memilih dan mengambil sendiri.

Untuk kuah dan aneka jenis sayur, pelanggan boleh mengambil sesuka hati sesuai selera. Nantinya, untuk pembayaran makannya, pelanggan disuruh langsung ke kasir untuk membayar dengan lauk pauk yang diambil, sedangkan untuk sayur dan kuah tidak dihitung. Pemilik warung percaya saja kepada Anda, ketika Anda mengatakan makan dengan lauk pauk seperti yang Anda sebutkan.

Ya, ini lah salah satu kearifan lokal warga di Provinsi Aceh. Pelanggan yang makan diminta untuk jujur pada diri sendiri, makan nasi dengan lauk apa dan minum apa. Jangan lupa juga, jika di meja makan tersedia mangkok dan teko atau ceret, itu bukan air untuk diminum ya, tapi untuk cuci tangan.

Memang tidak semua rumah makan menerapkan sistem seperti itu, namun bisa dibilang hampir sekitar 90 persen kebiasaan itu berlaku di Banda Aceh dan daerah lain di Provinsi Aceh. Tempat makan lain juga ada seperti restoran dan warung makan dengan sistem layanan makan dan pesanan dicatat kemudian dihidangkan.

Mudah Menyewa Motor/Mobil dan Warganya Suka Menolong

Warga Aceh dikenal ramah dan murah senyum kepada orang luar atau pendatang. Jika berkunjung ke Banda Aceh dan tidak punya kendaraan, wisatawan juga bisa dengan mudah menyewa kendaraan baik itu mobil atau sepeda motor. Jika di Banda Aceh, cari saja Jalan Dharma, lokasinya di antara Grapari Telkomsel dan PT Pertamina Banda Aceh dekat Simpang Lima Kota Banda.

Di sana tersedia aneka jenis kendaraan roda dua yang siap disewa oleh wisatawan dengan harga murah Rp75.000 per hari. Anda cukup dengan menjaminkan KTP serta mengisi data pada formulir secara jujur. Untuk penyewaan mobil, wisatawan juga bisa mencarinya dengan mudah melalui Google atau instagram dan media sosial lain.

Keramahan warga Aceh memang tidak diragukan lagi, penulis adalah warga Medan yang merantau di Kota Banda Aceh. Suatu ketika, penulis naik sepeda motor dan kebetulan speedometer motor yang dipakai rusak. Jarum atau display tampilan BBM tidak terlihat, ternyata tangki sudah kosong, alhasil motor pun mogok di jalan.

Sembari berjalan menyorong motor menuju sekitar 500 meter ke tempat pengisian BBM eceran, baru berjalan 10 meter, seseorang dengan sepeda motor menghampiri penulis sembari menanyakan,”apakah kehabisan bensin? “Sudah naik aja. Biar saya sorong pakai kaki,” katanya menawarkan bantuan.

Terhenyuk sejenak dalam hati dan pikiran, begitu ramahnya warga Aceh. Kondisi ini, sangat jauh berbeda dengan kehidupan sosial di Kota Medan. Kehidupan di ibukota Provinsi Sumatera Utara itu, begitu keras dan cuek. Semuanya serba mementingkan diri sendiri. Wajar jika berbanding dengan kota metropolitan serupa di Indonesia seperti Surabaya, Bandung dan Jakarta, karena Kota Medan termasuk salah satu kota terpadat di Indonesia.

Namun, jika melihat kearifan lokalnya. Kota Banda Aceh memang benar-benar eksotis, tidak hanya keramahan warganya saja namun juga keamanannya. Ya, Kota Banda sangat aman. Hampir setiap rumah, memarkirkan kendaraanya di luar rumah tanpa takut kehilangan. Lalu, dengan mesin pompa air yang terletak di luar rumah hingga helm yang tergantung di kendaraan sepanjang hari tidak akan hilang.

Objek Wisatanya Eksotis

Selain kearifan lokal, keunggulan lain dari Provinsi Aceh adalah objek wisata yang eksotis dan perawan. Salah satunya, Tangse, salah satu kecamatan di Kota Sigli, Kabupaten Pidie, yang banyak dijumpai air terjun alami dan jalur sungai yang terjal, cocok buat pecinta arung jeram. Tangse, sudah tidak asing bagi pecinta alam, baik dari Sumatera Utara karena keperawanan air terjunnya yang benar-benar alami.

Selain di Pidie, di Aceh Besar juga banyak objek wisata alam yang terkenal, salah satunya Kebun Kurma Barbate di Blang Bintang, Kruengraya, Aceh Besar. Untuk pantai, ada kawasan Pantai Lhoknga, juga yang cukup terkenal yakni Pantai Lampuuk. Pantai ini berlokasi di pesisir, dari Banda Aceh tidak begitu jauh, menuju ke Meulaboh.

Wisatwawan bisa menikmati pasir putih di Pantai Lampuuk. (Foto/Isna)

Berwisata ke pantai ini tidak mahal. Pengunjung hanya akan dikutip biaya retribusi masuk, menggunakan sepeda motor cukup membayar Rp5.000 dan mobil Rp10.000. Setelah berada di kawasan dalam pantai, pengunjung bebas memilih pondok atau sisi pantai mana yang ingin dikunjungi. Pengunjung juga tidak lagi dikutip biaya apapun. Jika duduk di pondok, pengunjung hanya wajib memesan makanan dari rumah makan pengelola pondok tersebut.

Makanan pun terbilang murah. Untuk kelapa muda dibandrol seharga Rp15.000, harga yang wajar di sebuah objek wisata. Untuk biaya parkir, pengelola di sana tidak akan mengutip biaya apapun lagi. Setelah itu, pengunjung bebas menikmati eksotisme pantai dan air laut yang masih biru jernih serta disuguhkan pemandangan hamparan pulau atau gunung dan bukti yang berjejer di dekat bibir Pantai Lampuuk itu. Dijamin, pengunjung akan terkagum dengan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tidak heran, jika pariwisata Aceh terus berkembang dan semakin banyak orang atau wisatawan yang berkunjung ke negeri Serambi Mekah itu. Salah satunya, pada musim liburan Lebaran kemarin, banyak kendaraan roda empat yang masuk ke Banda Aceh berplat BK (Medan-Sumut), BM (Pekanbaru), B (Jakarta) dan BA (Sumbar).

Hiruk pikuk kendaraan semakin padat saat libur panjang Lebaran hingga antrian panjang terjadi di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, karena sedang menunggu giliran untuk menyeberang ke Kota Sabang, Pulau Weh. Kota Sabang juga lebih eksotis alamnya karena banyak pantai yang sudah dikelola dengan baik oleh Pemko Sabang. Sabang memang dikenal sebagai destinasi wisata pantai dan bahari di Aceh, apalagi lokasinya berada di ujung semenanjung Sumatera laut lepas dekat Thailand, Sri Langka, India dan Bangladesh.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin. (Foto/Ist)

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh, Jamaluddin, pernah mengatakan dalam peluncuran Tour De Aceh (TDA) belum lama ini di Hotel Kryad Muraya, Banda Aceh, bahwa sudah saatnya perekonomian Aceh dari sektor pariwisata bangkit setelah dua tahun lebih tumbang akibat COVID 19 yang melanda dunia.

Jamaluddin bahkan mengaku senang dengan kondisi saat ini, apalagi pemerintah pusat akan menetapkan status endemic COVID 19 di Indonesia. Dengan status itu, Jamaluddin berkeyakinan akan kembali bangkit pariwisata Aceh dengan efeknya prekonomian daerah.

“Wisata bangkit, maka perekonomian daerah juga bangkit. Karena wisatawan itu datang membawa uang untuk menghabiskan uangnya di Aceh untuk kebutuhan akomodasi dan oleh-oleh selama berlibur disini. Ayo, kita sambut bersama wisatawan ke Aceh,” tegas Jamaluddin. (sulaiman achmad)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER