Minggu, Januari 26, 2025
spot_img
BerandaSumutMahasiswa Kesos UIN Ar-Raniry Kunjungi Huta Siallagan

Mahasiswa Kesos UIN Ar-Raniry Kunjungi Huta Siallagan

Medan (Waspada Aceh) – Sejumlah mahasiswa Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh mengunjungi Huta Siallagan, salah satu destinasi wisata bersejarah di tanah Batak, bagian dari kegiatan International Summer Course, Minggu (10/9/2023).

Huta Siallagan terletak di Desa Ambarita, Pulau Samosir. Di sini, pengunjung dapat menyaksikan keaslian bangunan-bangunan adat Batak Toba dan juga pagelaran budaya Batak.

Huta berarti desa atau kampung, dan Siallagan adalah nama marga raja pendiri desa tersebut. Siallagan sendiri adalah marga Batak Toba keturunan dari Raja Nai Ambaton yang mengikuti garis keturunan Raja Isumbaon, putra kedua Si Raja Batak.

Di Huta Siallagan, terdapat tiga jenis rumah adat, yaitu Rumah Bolon, Rumah Siamporik, dan Rumah Sibola Tali. Rumah Bolon adalah rumah yang paling besar, dengan tangga dari dalam dan dihuni oleh raja dan anaknya.

Rumah Siamporik adalah rumah yang lebih kecil, dengan tangga dari luar, dihuni oleh keluarga yang diundang tinggal di huta itu (boru, bere, dan marga Siallagan yang bukan keturunan raja).

Sedangkan Rumah Sibola Tali adalah rumah yang lebih langsing dan kecil, dihuni oleh kerabat raja (anak laki-laki), bedanya dengan rumah bolon adalah anak sulung laki-laki yang berhak tinggal dan memilikinya.

Huta Siallagan juga kental dengan sejarah dan kepercayaan mereka terhadap hal-hal magis yang sudah ada pada zaman sang raja. Di tanah Batak pada masa lalu ada praktik pengadilan adat yang menggunakan batu kursi atau batu persidangan dan batu parhapuran.

Di samping kursi persidangan tumbuh pohon yang disebut sebagai pohon kebenaran, yaitu Pohon Hariara. Semua keputusan pengadilan yang diambil raja disampaikan atau disumpahkan ke pohon ini.

Selain itu, ada keunikan lain pada boneka Sigale-gale yang dapat menari bahkan mengeluarkan air mata dan dapat bergerak sendiri saat ritual tertentu. Ritual tersebut memiliki tujuan untuk memanggil arwah anak dari sang raja yang sudah meninggal.

Pada saat berkunjung kemarin, peserta mendapatkan kesempatan untuk mengikuti menari tor-tor bersama dengan pemandu. Pengunjung juga bisa memakai topi dan selendang ulos, sehingga nuansa adat Batak lebih terasa. Kunjungan itu ditutup dengan foto bersama dan mengeksplor oleh-oleh khas Batak. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER