Minggu, Mei 5, 2024
Google search engine
BerandaLebaran ke-2, RSUDZA Kewalahan Terima Lonjakan Pasien COVID-19

Lebaran ke-2, RSUDZA Kewalahan Terima Lonjakan Pasien COVID-19

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh nyaris penuh. Pasien Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang kini dirawat di rumah sakit rujukan utama provinsi Aceh itu sudah mencapai 76 orang.

Sementara itu, penderita COVID-19 bertambah lagi lima orang, sembuh 18 orang, dan tiga orang meninggal dunia di Aceh, kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani secara tertulis kepada media, Jumat (14/5/2021).

“Informasi Wakil Direktur SDM di RSUDZA, dr Arifatul Khorida, waktu kami berkunjung kemarin, puncak pasien COVID-19 tahun lalu sebanyak 75 orang. Artinya jumlah yang dirawat saat ini melampaui puncak kurva itu,” jelasnya.

Juru bicara yang akrab disapa SAG itu mengatakan, tempat tidur (bed) yang tersedia untuk perawatan pasien COVID-19 di RSUDZA Banda Aceh sudah terisi sekitar 62,96 persen, sejak tadi siang. Saat rilis ini dibuat mungkin pasien COVID-19 di RSUDZA sudah bertambah lagi, katanya.

SAG mengatakan, berdasarkan data yang diterima dari Kepala Bidang Pelayanan Medis, Dr dr Novina Rachmawati, M.Si.Med, Sp.THTKL,FICS, RSUDZA memiliki 108 bed perawatan bagi pasien rujukan COVID-19 dari suluruh Aceh.

Di Ruang RICU (Respiratory Intesive Care Unit) tersedia 12 bed dan delapan di antaranya sudah terisi pasien COVID-19. Di ruang RHCU (Respiratory High Care Unit) tersedia 20 bed dan sudah terisi 16 pasien.

Sementara di Ruang Rawat PINERE 1 sudah terisi penuh dari 15 bed yang tersedia. Ruang PINERE IV sudah terisi empat pasien dari 11 bed yang ada di sana. Sedangkan di Ruang Isolasi PINERE sudah diisi 33 pasien dari 50 bed yang disediakan, rincinya.

“Kondisi dan availability rumah sakit rujukan utama tersebut hendaknya menjadi alarm bagi manajemen RSUD kabupaten/kota agar makin meningkatkan selektifitas rujukan ke RSUDZA, dan juga mengoptimasi ruang perawatan yang dimilikinya,” katanya.

SAG mengatakan, selektifitas tersebut seyogyanya tidak menghambat pelayanan kepada pasien sesuai kebutuhan medisnya. Selektifitas rujukan dimaksud untuk  merujuk pasien yang tepat pada waktu yang tepat, jelasnya.

Menurut juru bicara yang juga epidemiolog itu, informasi daya dukung dan daya tampung RSUD di daerah sangat penting diketahui di masa pandemi COVID-19 ini. Bila kasus baru terus melonjak dan tak terkendali, sistem pelayanan rumah sakit akan jebol. Kasus jebolnya sistem pelayanan rumah sakit pernah terjadi di Wuhan, Tiongkok, dan juga di India, ujarnya.

“Ratusan pasien COVID-19 terlantar di luar rumah sakit dan tidak tertangani di India baru-baru ini. Petaka itu jangan sampai terjadi di Aceh. Mari terapkan protokol kesehatan untuk keselamatan bersama,” imbaunya. (Ria)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER