Senin, Oktober 14, 2024
BerandaGaya HidupKetika Barang Bekas Jadi Produk Inovatif di Greevi Collection

Ketika Barang Bekas Jadi Produk Inovatif di Greevi Collection

“Dengan membawa tas belanja sendiri, kita bisa mengurangi sampah plastik. Plastik sulit terurai, sehingga poduk greevi collection bisa menjadi pilihan yang ramah lingkungan”

— Nurul Rahma —

“Ada sejumlah barang bekas yang bisa kita manfaatkan dan kita olah menjadi produk ramah lingkungan. Barang bekas ini tentu akan bernilai ekonomi,” kata Nurul Rahma, penggagas produk daur ulang dari sampah, kemudian menjadi produk yang mengesankan.

Wanita yang akrab disapa Kak Mun ini menyebut, bisnis produk daur ulang bisa dilakukan dengan cara mengikuti prinsip 3R, yakni reduce, reuse, recycle.

“Selama bisa didaur ulang dan menjadi produk yang eco-friendly, kenapa tidak?,” lanjut Kak Mun saat Waspadaaceh.com mengunjungi rumah produksi Greevi Collection di Pekan Bada, Aceh Besar, Senin (1/2/2021).

Manager Produksi Greevi Collection ini menjelaskan, produk dari daur ulang sampah itu diawali dengan meningkatnya penggunaan plastik yang kemudian menjadi sampah dan mencemari lingkungan. Greevi Collection yang memiliki moto Campaign for Zero Waste Life berupaya untuk menjaga lingkungan dengan mendaur ulang barang bekas menjadi suatu produk yang kreatif dan inovatif.

Kata Kak Mun, Greevi Collection menawarkan tiga produk seperti totebag terbuat dari pakaian bekas, pembalut terbuat dari kain, dan pot terbuat dari diaper bekas.

Dia menjelaskan, tujuan membuat tas dari pakaian bekas untuk mendorong masyarakat membawa kantong belanja sendiri yang ramah lingkungan. Dengan begitu, penggunaan kantong plastik sedikit demi sedikit akan terus berkurang.

“Dengan membawa tas belanja sendiri, kita bisa mengurangi sampah plastik. Plastik sulit terurai, sehingga produk greevi collection bisa menjadi pilihan yang ramah lingkungan,” tuturnya.

Kata dia, bisnis sosial yang termasuk dalam jenis ekonomi kreatif ini dimulai sejak awal Januari 2021.

Ekonomi kreatif sendiri diartikan sebagai kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang mengabiskan waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Bagi masyarakat, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.

Wanita yang tampak cekatan ini menjelaskan, produksi tas yang berbahan baju bekas ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan produk fashion.

“Sehingga banyak pakaian menumpuk tidak digunakan. Dari persoalan tersebut baju atau rok yang sudah tak terpakai dapat dimanfaatkan menjadi produk yang kreatif dan menarik agar tidak mubazir,” sebutnya.

Pembalut dari Kain 

Pembalut wanita sekali pakai mulai merebak di masyarakat karena praktis dan harganya terjangkau. Namun sayangnya, 90 persen bahan pembalut berasal dari plastik. Sementara plastik yang diproduksi secara industri membutuhkan waktu sekitar 500 hingga 800 tahun agar bisa terurai.

Produk pembalut dari kain, dan aneka tas yang menarik. (Foto/Ist)

Berapa banyak sampah plastik yang dikeluarkan? Menurut Kak Mun, limbah pembalut wanita ini dapat menimbulkan masalah lingkungan karena bersifat non biodegrdable (sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi).

“Pembalut kain sebagai solusi. Selain ramah lingkungan, pembalut kain juga sangat baik bagi kesehatan,” ujarnya.

Pembalut kain memiliki bentuk yang sama dengan pembalut sekali pakai, dan juga memiliki sayap (wings). Ada kancing di ujung sayap, serta inovasi baru dengan memisahkan kain peresap dan sarung pembalut. Supaya pengguna mudah menukarnya dengan sarung yang lainnya.

Rahma menjelaskan, kelebihan menggunakan pembalut kain adalah dapat digunakan kembali. Sebagian besar pembalut ini diperkirakan dapat bertahan sampai lima tahun jika dirawat dengan benar dan kebersihannya tetap terjaga.

Produk Diaper Pot

Banyaknya popok bayi juga menjadi polusi limbah plastik yang menjadi problema. Popok yang sekali pakai tersebut sebaiknya tidak langsung dibuang, namun kita bisa mengolahnya menjadi pot tanaman yang menarik.

Kehadiran diaper pot juga menjadi pilihan selama pandemi COVID-19, karena maraknya masyarakat menanam bunga. (Foto/cut nauval dafistri)

Selain itu, kehadiran diaper pot juga menjadi pilihan selama pandemi COVID-19, karena maraknya masyarakat menanam bunga. Maka dapat menggunakan pot yang ramah lingkungan. Kata Rahma, gel yang terdapat dalam popok bayi pun bisa menjadi pupuk.

Kak Mun menjelaskan, cara pembuatan diaper pot, kain pelapis popok dibersihkan terlebih dahulu lalu dibuat dengan campuran adonan semen. Kemudian bisa dicetak sesuai keinginan dan selanjutnya dikeringkan.

Rahma atau Kak Mun menambahkan, kemasan produk tersebut juga menggunakan bahan ramah lingkungan. Seperti membuat pouch (kantong) yang berasal dari pakaian yang tidak terpakai serta kertas daur ulang sebagai nametag supaya kemasan terlihat menarik.

Kata dia, dengan hadirnya produk-produk ramah lingkungan diharapkan bisa menjadi pemicu bagi masyarakat luas. Secara perlahan diharapkan mulai menggunakan produk ramah lingkungan sebagai cara untuk mengurangi sampah.

Dia juga menjelaskan, produk tersebut tidak hanya ramah lingkungan namun juga menjadi pemberdayaan, seperti melibatkan masyarakat dari gampong Pekan Bada. Selain itu Greevi Collection juga memiliki enam desa pengabdian, di antaranya Baling Karang di Aceh Tamiang, Bah, Serempah di Aceh Tengah, Pulo Aceh, Klieng Cot Aron di Aceh Besar, dan Sarah Baru di Aceh Selatan.

Setiap desa ada satu atau dua perwakilan Greevy Collection yang mengajarkan masyarakat bagaimana proses pembuatan produk daur ulang tersebut agar tercipta generasi yang kreatif. Ia menambahkan bahwa Greevi Collection menjadi wadah gerakan menuju green village dalam mengurangi sampah, produksi daur ulang secara kreatif sebagai upaya menjaga lingkungan.

“Kami pun menerima donasi bagi masyarakat yang ingin menyumbang pakaian yang tidak digunakan lagi. Dari donasi tersebut kami juga akan menghadiahkan totebag dari hasil daur ulang kepada donatur,” kata Rahma.

Banyak manfaat yang bisa didapat dari penggunaan produk-produk ramah lingkungan. Mulai dari keamanan, kebersihan, dan kesehatan yang merupakan prioritas utama dari produksi barang ramah lingkungan ini.

Bagi Anda yang menginginkan produk greevi collection, seperti tas serta pembalut kain, anda bisa memesan dengan harga berkisar Rp35.0000 sampai dengan Rp60.000/unit di Greevi Collection.

Sementara itu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam Webinar SMSI (Serikat Media Siber Indonesia) pada Rabu (3/2/2021), banyak berbicara mengenai kebangkitan ekonomi kreatif.

“Walaupun pandemi berdampak pada industri wisata dan ekonomi pada umumnya, kita bisa mencari peluang dengan sesuatu yang inovatif. Namun harus tetap menjalankan protokol kesehatan secara disiplin untuk memutus mata rantai penularan COVID-19.
Pelaku ekonomi kreatif juga harus memanfaatkan platform digitalnya,” ujar Sandiaga Uno. (cut nauval d)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER