Calang (Waspada Aceh) – Nanda Wahyu, 32, pemilik Warkop MW Coffee di Desa Gampong Blang, Kecamatan Krueng Sabee, Aceh Jaya, mengungkapkan keluhannya karena sejak merebaknya isu COVID-19 membuat warung miliknya kurang diminati pengunjung.
“Sejak sebulan ini, warung saya sepi. Biasanya ramai,” ungkap Wahyu, Kamis (2/4/2020) di Calang.
Warungnya semakin sepi ketika diberlakukan pembatasan dan jam malam oleh Pemerintah Aceh, sejak beberapa hari lalu. Hal yang sama juga dialami warung-warung kopi lainnya di Aceh Jaya, karena harus tutup lebih awal.
“Jelas, kondisi ini membuat kami para pedagang kecil rugi. Namun apa boleh buat, kebijakan itu harus kami patuhi mengingat keadaan telah diumumkan sebagai darurat nasional tentang adanya keberadaan COVID-19,” papar Wahyu.
Dia menyarankan, setidaknya diberlakunya jam malam kisaran pukul 21.00 WIB. Sehingga para pedagang memiliki waktu untuk berjualan minimal 1 jam ketika malam.
“Coba dibayangkan, batasan beraktifitas malam pukul 20.30 WIB, sedangkan warung kami buka pukul 20.00 WIB. Kapan kami jualan?,” tanya Wahyu.
Menurutnya, Kondisi perputaran ekonomi di Aceh Jaya jangan disamakan dengan kota besar seperti kota Banda Aceh yang ramai dipadati penduduk.
“Beda kota besar seperti di Banda Aceh, mereka pada harinya ramai dikunjungi pembeli, sedangkan kita di Aceh Jaya, hanya malam saja ramai pengunjung,” katanya.
Dia berharap agar kondisi ini secepatnya bisa teratasi mengingat mata pencarian masyarakat di Aceh Jaya, sejak adanya COVID-19 di Aceh semakin sempit dan pertumbuhan ekonomi pun semakin menurun.
“Alhamdulillah, Aceh Jaya masih zona hijau, artinya belum ada warga yang positif terjangkit Corona. Namun, imbas dari setiap penerapan pemerintah membuat warga Aceh Jaya, termasuk saya, terhambat mata pencarian dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar Wahyu. (zammil)
