Banda Aceh (Waspada Aceh) – Sedikitnya 10 papan bunga berjejer di depan kantor Gubernur Aceh, Rabu (17/2/2021), dengan nada ucapan selamat secara tidak biasa. Soalnya papan bunga ini berisi ucapan selamat atas “prestasi” Aceh yang menjadi provinsi termiskin di Sumatera.
Ucapan tersebut tertulis dari Rakyat Miskin, Rakyat Jelata, Awak Becak, Kaum Dhuafa, Muge Eungkot, Mantan Penjilat, Korban Meulisan, Ex Pengsuih, dan Scatter Mania Aceh.
Sebelumnya berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, merilis bahwa jumlah penduduk miskin di Aceh mengalami penambahan sebanyak 19 ribu orang pada September 2020. Secara presentase, angka kemiskinan di Tanah Rencong sebesar 15,43 persen atau tertinggi di Sumatra.
Penjelasan Pemerintah Aceh
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh, T. Ahmad Dadek, mengatakan, Rabu (17/2/2021), bahwa kenaikan angka kemiskinan di Aceh harus dilihat dari kondisi secara nasional dan dalam perspektif pandemi COVID-19.
Presentase penduduk miskin Indonesia per September 2020 adalah 10,19 persen, lebih tinggi 0,97 poin jika dibandingkan terhadap September 2019 yang sebesar 9,22 persen.
“Sedangkan jumlah penduduk miskin telah meningkat menjadi 27,55 juta jiwa, atau meningkat sebanyak 2,76 juta jiwa dari September 2019 yang tercatat 24,79 juta jiwa, Aceh termasuk di dalamnya walaupun naik sebesar 0,44 poin dibandingkan dengan kenaikan nasional sebesar dari 9,22 % menjadi 10,19% atau naik 0,93 poin,” ujar Ahmad Dadek.
Ahmad Dadek menjelaskan bahwa para pengkritik tersebut harus sadar bahwa pandemi COVID-19 berdampak terhadap ekonomi masyarakat
“Para pengkritik harus sadar kita berada di masa pandemi COVID-19, di mana pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dan berbagai kendala yang ditimbulkan. Mulai tidak lancarnya mobilitas ekonomi, sampai dengan dibatasinya aktivitas masyarakat,” ujar Dadek.
Meskipun kenaikan angka penduduk miskin Aceh masih di bawah nasional, kata Dadek, Pemerintah Aceh terus melakukan upaya peningkatan perekonomian masyarakat terutama di tahun 2021 ini.
Dadek menjelaskan, tahun 2021 Pemerintah Aceh memiliki total anggaran sebesar Rp9,384 triliun, yang terdiri dari APBA Rp 8,058 triliun, APBN Rp1,285 triliun dan CSR Rp41 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kemajuan di berbagai sektor dan diharapkan akan berdampak pada penguatan ekonomi.
“Total anggaran ini belum masuk Dana TP dan Tekon 2021, Dana Desa dan APBD kab/kota,” ujar Dadek.
Kepala Bappeda Aceh ini berharap agar Dana Desa (DD) juga difokuskan untuk pemberdayaan ekonomi, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19 pada 2021m sambil menunggu proses vaksinasi sehingga pandemi ini berakhir.
Dadek juga menyatakan, Pemerintah Aceh akan merangsang sektor swasta dan UMKM agar dapat bangkit di tahun 2021 ini.
“Tahun 2020 angka kemiskinan kita 15,20 dan tahun 2021 ini 15,43 persen. Ini artinya Aceh tidak bisa disamakan dengan daerah lain dan harus bekerja keras dua kali lipat,” ungkap Kepala Bappeda Aceh.
Terkait itu, lanjut Dadek, Pemerintah Aceh telah mencoba berbagai strategi untuk menekan angka kemiskinan di Aceh. Antara lain, kata Dadek, dengan menekan pengeluaran masyarakat seperti program JKA, bantuan rumah layak huni, hingga meningkatkan pendapatan masyarakat dengan berbagai bantuan.
“Termasuk juga meningkatkan SDM dengan pelatihan kerja dan pendidikan, menekan transaksi ekonomi dengan meningkatkan jalan dalam keadaan baik, menjaga stabilitas pangan dan menangani dampak bencana.” tuturnya. (cut nauval dafistri)