Jumat, April 19, 2024
Google search engine
BerandaLaporan KhususBatik Aceh dan Upaya Pengembangan ke Tingkat Nasional dan Internasional

Batik Aceh dan Upaya Pengembangan ke Tingkat Nasional dan Internasional

“Adapun kriteria pemberdayaan yaitu meliputi design, motif dan pewarnaan, sehingga dapat disesuaikan dengan selera pasar”

— Dyah Erti Idawati —

Batik Aceh akhir-akhir ini memang semakin dikenal luas. Seperti juga di daerah lain, motif batik Aceh memiliki makna dan filosifinya sendiri yang merupakan bagian dari kearifan budaya lokal.

Motif batik Aceh, terutama untuk batik tulis, dikenal dengan motif pintu Aceh, bunga jeumpa, tolak angin, awan meucanek, rencong, awan berarak, pucok reubong dan motif Gayo. Batik Aceh yang kaya dengan motif etnik ini lah yang menarik perhatian para peminat, baik dari Aceh sendiri mau pun dari luar Aceh, bahkan dari manca negara.

Motif batik Aceh memang terlihat unik dan khas karena menggunakan unsur alam dan budaya Aceh dalam motif mau pun paduan  warnanya. Warna yang digunakan pada batik Aceh lebih dominan pada warna yang cerah seperti merah, hijau, kuning, merah muda, dan warna cerah lainnya.

Tidak heran batik Aceh menjadi begitu cepat di kenal di Indonesia bahkan di negara lain, seperti di Korea Selatan.

Kerjasama dengan Yayasan Batik Indonesia

Ketua Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Aceh, Dr. Ir. Hj. Dyah Erti Idawati, MT, mengatakan, pihaknya optimis dengan pengembangan dan penjualan batik khas Aceh, baik di tingkat nasional mau pun pasar intenasional, akan lebih baik.

Dyah Erti menyampaikan hal itu saat bertemu dengan Ketua Harian Yayasan Batik Indonesia (YBI), Coreta Louise, di kantor YBI, Rumah Kriya Asri, Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, pada 31 Mei 2021.

Dyah Erti Idawati, saat mengunjungi pelatihan keterampilan membatik dan ikat celup di Sentra Batik Seulanga di Mireuk Taman, Darussalam, Aceh Besar, yang didukung Bank Aceh Syariah KPO. (Foto/Ist)

“Dalam meeting, yang dibicarakan antara lain tentang; pengembangan batik Aceh untuk bisa dipasarkan di tingkat nasional dan internasional, mengingat batik kita banyak permintaan,” kata Dyah didampingi Kepala Bidang Pengembangan Industri Menengah dan Aneka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Dra. Nila Kanti, M.Si.

Dyah mengungkapkan, meski banyak permintaan, dia berharap akan ada kerjasama antara Dekranasda Aceh dengan YBI. Terutama kerjasama dalam bidang pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM), terkhusus bagi pengrajin batik Aceh.

“Adapun kriteria pemberdayaan, yaitu meliputi design, motif dan pewarnaan, sehingga dapat disesuaikan dengan selera pasar. Selain itu, pengrajin Aceh juga memerlukan motivasi agar dapat melebarkan pemasaran produk kerajinannya,” kata Dyah.

Dyah berharap dengan adanya pertemuan tersebut maka nantinya batik-batik Aceh juga dapat ditampilkan ke ruang publik yang dimiliki oleh YBI dengan membuka stan.

Pelatihan dan Pendampingan

Ketua Harian YBI, Coreta Louise, mengatakan dia mendukung apa yang disampaikan oleh Ketua Dekranasda Aceh, Dyah Erti. Dukungan tersebut nantinya akan diimplementasikan melalui kerjasama pengembangan batik Aceh, terutama terkait dengan pengembangan motif-motif batik Aceh dan peningkatan program kerja.

“Karena banyak sekali motif-motif batik Aceh yang ternyata sudah dikembangkan, tetapi belum terlalu maksimal sehingga dengan  bantuan YBI batik Aceh makin pesat,” kata Coreta.

Coreta juga menyampaikan kedepan dua pihak ini dapat bekerjasama terkait berbagai pelatihan, mulai dari pewarnaan, peletakan aturan motif yang akan dibimbing oleh berbagai kalangan dan profesi termasuk desainer-desainer yang dimiliki YBI.

“Kita juga berkomitmen untuk mengangkat batik Aceh melalui cerita sejarah tentang motif Aceh. Seperti beberapa waktu lalu ketika Indonesia mengadakan pameran lewat IG Live, ternyata banyak sekali peminatnya,” jelas dia.

Dia berharap, kerjasama ini nantinya dapat mengangkat citra dan kemewahan batik Aceh, baik ditingkat nasional dan internasional, seperti yang telah dilakukan sebelumnya saat melakukan kerjasama dengan KBRI Seoul, Korea Selatan.

“Saat itu kita membuat batik Aceh dengan baju hanbok, yakni baju Korea dengan motif Aceh dan sangat laku sehingga beberapa perusahaan Korea yang ada di Indonesia tertarik untuk membeli batik, khususnya batik Aceh,” tutup dia. (**)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER