BANDA ACEH (Waspada Aceh) – Pejabat (Pj) Bupati Gayo Lues Rasyidin Porang mengajak semua pihak mempercepat penurunan angka stunting guna melahirkan generasi Indonesia emas pada 2045.
“Jangan ada kata tapi tapi lagi. Terus gerak cepat dan terkoordinir, agar kasus stunting di daerah kita ini cepat turun,” kata Rasyidin Porang pada diseminasi audit kasus stunting di Blangkejeren, Kamis (20/10/2022).
BACA: Pj Bupati Ajak Lintas Sektor Bersama Entaskan Stunting di Abdya
Kabupaten Gayo Lues merupakan satu dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh dengan tingkat prevalensi stunting tertinggi pertama dengan prevalensi stunting mencapai 42,9 persen.
Prevalensi 42,9 persen ini artinya dari 100 balita di Gayo Lues, sebanyak 43 adalah stunting. Angkat tersebut jauh di atas prevalensi stunting Provinsi Aceh pada prevalensi 33,2 persen.
BACA: BKKBN: Atur Jarak Kelahiran Cegah Stunting
Oleh karena itu, Rasyidin meminta lintas sektor serius dan cepat mengintervensi penanganan stunting dan berkoordinasi dengan para pakar dan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di kabupaten.
“Jangan sampai ada data yang berbeda-beda. Dan intervensi yang dilakukan tepat dan cepat. Kalau perlu kita mencontoh Bener Meriah. Tidak ada salahnya mencontoh hal yang baik,” kata dia.
BACA: Angka Stunting di Aceh Jaya Menurun
Terkait data, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh Sahidal Kastri mengatakan pentingnya validasi data sehingga hasilnya akurat. Dirinya juga meminta perlunya pendampingan terhadap enumerator (pewawancara) saat survei.
“Supaya ketika hasil survei SSGI tahun 2022 keluar nanti, jangan ada lagi ketidakpuasan dengan hasil survei SSGI,” kata Sahidal.
BACA: Kota Sabang Peringkat Dua Terendah Angka Stunting di Aceh
Menurut Sahidal, penyebab stunting tidak saja soal kurangnya gizi, tetapi juga banyak indikator penyebab lainnya.
Untuk itu saran Sahidal, agar Tim PPS Gayo Lues, mencari akar permasalahan stunting di wilayahnya, sehingga mengetahui upaya apa yang tepat dilakukan, guna pencegahan dan percepatan penurunan stunting.
“Kami ingin menyampaikan ketika melakukan intervensi kita harus tahu dulu regulasi. Dalam perpres, ada dua intervensi yang dilakukan yaitu spesifik dan sensentif. Ketika akar permasalahan sudah diketahui, maka kita akan mengetahui intervensi apa yang prioritas dilakukan,” jelasnya.
BACA: 12 Ribu Anak di Aceh Alami Stunting
Setiap desa sasaran memiliki akar permasalahan stunting yang berbeda-beda. Dan intervensi yang dilakukan juga pasti berbeda pula. Untuk itu kata Sahidal, perlu dilakukan audit stunting.
“Indikator terjadinya stunting terkait erat dengan jarak kelahiran, pernikahan usia muda, rendahnya pemberian ASI, sanitasi yang buruk, gizi kronis, dan penyebab lainnya,” kata Sahidal.
BACA: Kepada Pj Gubernur, Bupati Aceh Tamiang Mohon Kelanjutan Pembangunan Stadion, Jalan dan Tanggul
Kepala Dinas P3AP2KB Gayo Lues Yunidar menyebutkan di antara faktor utama stunting di daerah itu adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga asupan gizi dan kesehatan lingkungan.
“Berdasarkan obeservasi lapangan risiko stunting di Gayo Lues cukup tinggi. Banyak masyarakat yang menolak membangun WC di rumah, akibat masih rendahnya kesadaran terkait pola hidup bersih dan sehat,” kata Yunidar. ***