Rabu, Mei 1, 2024
Google search engine
BerandaLaporan KhususProduk IKM Batu Giok Nagan Raya Rambah ke Pasar Online

Produk IKM Batu Giok Nagan Raya Rambah ke Pasar Online

“Aksesoris batu giok Nagan Raya hendaknya juga mengandung unsur etnik keacehan sebagai upaya untuk menampilkan identitas kerajinan daerah”

— Dyah Erti Idawati, Ketua Dekranasda Aceh —

Meskipun badai pandemi COVID-19 belum berakhir, tak membuat para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sektor pengasahan batu giok di Kabupaten Nagan Raya patah semangat. Mereka tetap memproduksi aneka aksesoris dari batu giok, serta menjualnya kepada peminat di Aceh mau pun luar Provinsi Aceh.

Batu giok hasil kerajinan tangan IKM di Nagan Raya ini, bahkan dipasarkan hingga ke Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jakarta dan provinsi lain di Indonesia. Para pelaku IKM batu giok di kabupaten ini memang pantang menyerah. Mereka tidak hanya memanfaatkan sistem penjualan langsung, tapi juga penjualan secara online, dengan memanfaatkan berbagai platform media sosial dan aplikasi toko online.

Junaidi atau sering disapa Bang Edi Nara, merupakan salah seorang pemilik Jambo Giok di Gampong Blang Sapek Kecamatan Seunagan, Nagan Raya. Dia telah tujuh tahun menggeluti usaha batu giok tersebut.

Meskipun dagangannya tak se-booming beberapa tahun sebelumnya, tapi aksesoris hasil kerajinan tangan tersebut masih laku di pasaran. Masyarakat di luar Aceh pun masih banyak yang berminat membelinya, ujar Edi Nara kepada Waspadaaceh.com, Selasa (5/4/2023).

Junaidi atau sering disapa Bang Edi Nara, merupakan salah seorang pemilik Jambo Giok di Gampong Blang Sapek Kecamatan Seunagan, Nagan Raya. (Foto/zul nagan)

Menurut Bang Edi, produk kerajinan tangan yang terbuat dari batu giok tersebut, kini dijual secara online di luar Kabupaten Nagan Raya. Selain menjual secara online, Edi juga membuka toko Jambo Giok nya setiap hari untuk melayani pembeli.

Edi juga menambahkan, usaha industri kecilnya itu telah mampu mencukupi keluarganya untuk kebutuhan sehari hari. “Alhamdulillah, dengan menjual aneka aksesoris dari batu giok berupa cincin, tasbih, liontin, gelang polos, gelang rantai dan lainnya, dapat tercukupi dalam memenuhi kebutuhan keluarga,” ujarnya.

Sedangkan harga aneka aksesoris dari batu giok tersebut, Edi mengaku menjualnya dengan harga yang berbeda. Antara lain, cincin ring bulat dari black jade dan nefride Rp75.000, tasbih Rp750.000, gelang polos nefride Rp500.000, gelang black jade Rp200.000.

Selain itu, gelang rantai nefride dijual dengan harga Rp800.000, gelang rantai black jade Rp700.000, aneka liontin dijual Rp250.000 serta batu cincin dijual dengan harga Rp500.000 hingga jutaan rupiah, ujar pemilik usaha Jambo Giok itu.

Untuk melancarkan usahanya tersebut, Edi berharap kepada Pemkab Nagan Raya atau Dinas Perindagkop dan UKM, agar membantu bor duduk besar untuknya supaya dapat memenuhi pesanan langganan dari luar Aceh. Kini dia terkendala dengan bor tersebut, sehingga pesanan langganan secara online tidak terpenuhi dengan baik, ungkapnya.

Beragam jenis aksesoris dari batu giok Nagan Raya. (Foto/zul nagan)

Sementara itu Kadis Perindagkop dan UKM Kabupaten Nagan Raya, Teuku Kamaruddin menyebutkan, sebelum dan sudah pandemi COVID-19 melanda daerah itu, telah banyak melakukan berbagai upaya untuk memajukan pelaku IKM di Kabupaten Nagan Raya.

Upaya tersebut, kata Teuku Kamaruddin, dengan melakukan berbagai pelatihan khusus di BLK, menyalurkan berbagai keperluan alat kerja, memberikan modal usaha, serta mengawasi seluruh pelaku IKM/UKM di kabupaten tersebut, dalam upaya meningkatkan serta memajukan usaha yang ditekuni itu.

Sebagai daerah yang kaya hasil alam itu, Disperindakop dan UKM Kabupaten Nagan Raya, telah menyampaikan kepada seluruh pelaku usaha IKM/UKM, agar mengutamakan memamerkan atau memperkenalkan produk lokal kepada masyarakat luas.

Sigit Winarno, anggota DPRK Nagan Raya, mendukung penuh setiap langkah dan upaya Pemkab Nagan Raya dalam memberdayakan para pelaku IKM/UKM di daerah itu.

Menurut politisi partai Golkar tersebut, di Kabupaten Nagan Raya bukan hanya produk dari pelaku IKM/UKM sektor giok saja yang diburu masyarakat, namun berbagai produk lokal lainnya juga mulai dilirik masyarakat.

Kata Sigit Winarno, beberapa pelaku IKM/UKM yang telah dia kunjungi antara lain, pelaku usaha kerajinan dari eceng gondok, ukiran foto dari bilah bambu serta berbagai produk lokal IKM/UKM lainnya.

Untuk itu, legislator DPRK tersebut akan mendorong Pemkab Nagan Raya melalui instansi terkait, agar memberdayakan pelaku UMKM di daerah itu, supaya dapat berkembang serta melahirkan generasi yang handal di masa mendatang.

Sementara itu Ketua Kadin Kabupaten Nagan Raya, Fadli Yandri, menambahkan, pihaknya juga mendukung serta mendorong pelaku IKM/UKM di daerah itu untuk memberdayakan usahanya agar bisa bersaing dengan pelaku usaha lainnya dari daerah lain.

Meskipun Kadin belum terlibat banyak dalam memajukan berbagai industri kecil di Nagan Raya, tapi untuk masa mendatang akan terlibat langsung untuk memajukan pelaku usaha IKM/UKM di Kabupaten Nagan Raya,

Dekranasda Aceh Pernah Bantu Alat

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh, Dyah Erti Idawati, tahun lalu sebenarnya memberikan dukungan berupa alat bantu produksi untuk perajin aksesoris batu giok di Gampong Alue Bata, Kecamatan Tadu Raya, Kabupaten Nagan Raya.

Ketua Dekranasda Aceh yang juga istri Gubernur Aceh, Dyah Erti Idawati, ketika menyerahkan bantuan alat kepada IKM batu giok di Nagan Raya. (Foto/Ist)

Bantuan itu diberikan Dekranasda untuk mendukung pengembangan perajin di Aceh, baik untuk meningkatkan pendapatan maupun meningkatkan kualitas barangnya. Dyah berharap bantuan tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mendukung kinerja perajin.

Dyah mengatakan, batu giok merupakan potensi unggulan yang ada di Nagan Raya. Dyah begitu mengapresiasi perajin yang memanfaatkan potensi daerah dengan mengolah batu alam menjadi aksesoris hingga bernilai ekonomi tinggi.

Dalam kesempatan itu, Dyah menyarankan agar aksesoris giok di Nagan Raya hendaknya juga mengandung unsur etnik keacehan sebagai upaya untuk menampilkan identitas kerajinan daerah. Seperti membentuk bros dan kalung dengan lambang pinto Aceh. Kata Dyah, Dekranasda Aceh tetap komit menjalanlan dua tugas utamanya, yakni memakmurkan perajin dan melestarikan warisan budaya kerajinan Aceh. (Adv)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER