Sabtu, Juli 27, 2024
Google search engine
BerandaLaporan KhususDP3A Dorong Perubahan Perilaku untuk Turunkan Stunting di Aceh

DP3A Dorong Perubahan Perilaku untuk Turunkan Stunting di Aceh

“Salahnya pola pikir menjadi penghambat penurunan stunting di Aceh”

— Kadis DPPPA Aceh, Meutia Juliana —

Perubahan perilaku menjadi hal yang sangat penting dalam upaya pencegahan stunting. Karena perilaku masyarakat sangat menentukan lahirnya bayi dalan kondisi sehat atau sebaliknya. Karena itu, perubahan perilaku masyarakat dalam percepatan penurunan stunting merupakan langkah penting.

Dikutip dari halodoc.com, ada beberapa hal yang menyebabkan stunting. Di antaranya, kekurangan gizi kronis, pola makan yang tidak seimbang, pemberian ASI yang tidak eklusif, sanitasi yang kurang baik dan polah asuh orang tua serta sederet faktor lainnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Aceh, Meutia Juliana, mengatakan menurunkan angka stunting di Aceh bisa melalui penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Namun dia menyadari bahwa menerapkan PHBS di lingkungan kota yang fasilitasnya lengkap masih saja sulit diterapkan. Apalagi di daerah-daerah yang sulit dijangkau dan jauh dari pusat kota.

Meutia mengatakan, salah satu penerapan PHBS menggunakan jamban yang bersih. Namun di Aceh banyak ditemui bahwa budaya Buang Air Besar (BAB) di tempat terbuka seperti di sungai lebih nyaman dibandingkan pada jamban yang sudah tersedia.

Budaya BAB di sungai salah satunya sering ditemui di Gayo Lues. Padahal, masyarakat disana bukan tidak mampu membangun kamar mandi tetapi karena sudah terbiasa BAB di sungai.

“Alasan buat kamar mandi karena teman anaknya yang datang ke Gayo Lues, maka harus ada kamar mandi. Jadi bukan merubah mindset bahwa kamar mandi itu harus ada tersendiri di rumah tidak bisa di sungai,” sebutnya.

Kata Meutia ini salah satu pola pikir yang salah dan perlu diubah agar tidak menjadi penghambat penurunan stunting di Aceh.

Cegah Stunting dengan Vaksin

Menurutnya stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain tidak menerapkan PHBS, kurangnya pemberian ASI yang eklusif selama dua tahun dan imunisasi yang tidak lengkap, juga dapat menyebabkan stunting.

Mengutip dari keterangan Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh, dr. Iman Murahman, bahwa di tahun 2023 realisasinya vaksinasi masih rendah.

Hal ini kata Meutia, dipengaruhi oleh budaya patriarki (sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan) yang mengakar. Sehingga sesuatu yang dikerjakan harus atas persetujuan suami, termasuk vaksinasi anak.

“Ketika ibu ingin membawa vaksin anaknya, si ayah tidak mengizinkan anaknya untuk divaksin. Sehingga ini yang menyebabkan tingkat vaksinasi kita rendah,” jelasnya

Ketika tingkat vaksinasi rendah, lebih mudah terserap penyakit dan si anak juga lebih rentan terhadap penyakit sehingga menyebabkan stunting.

DP3A Dorong Perubahan Perilaku

Menurut Meutia, stunting bukan hanya soal gizi buruk, akan tetapi juga penyakit yang terus berulang yang diterima si anak, asupan makanan yang masuk tidak bisa diolah untuk lebih bergizi. Serta yang ada dipikiran masyarakat, makanan yang bergizi harus daging-dagingan.

“Perubahan perilaku ini yang terus kita dorong melalui sosialisasi,” jelasnya.

Karena itu, DP3A bekerjasama dengan TP PKK, mengingat TP PKK memiliki kader sampai ke tingkat desa. Kader ini tentunya dianggap lebih dekat dengan masyarakat dengan begitu kader-kader ini diharapkan membangun komunikasi agar informasi mengenai stunting dan bagaimana pencegahannya dapat tersampaikan dengan tepat.

Menurutnya, penanganan stunting juga harus dimulai dengan menjaga remaja putri, apakah dia anemia atau tidak, terus termasuk kesiapan pengantin untuk berumah tangga.

“Apakah dia siap, karena berumah tangga itu perlu banyak kesiapan, baik dari segi mental, fisik, Kesehatan reproduksi, ekonomi dan pola pikir,” jelasnya.

Ketika calon si pengantin tidak siap baik dari segi ekonomi, pemahaman tentang pola asuh anak dikhawatirkan akan menyebabkan anak stunting. Karena pola ekonomi rendah dan pola asuh anak salah faktor penyebab tingginya angka stunting.

Lingkungan Bersih 

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Aceh dr Sulasmi, menjelaskan salah satu langkah pencegahan stunting adalah dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Aceh dr Sulasmi. (Foto/Ist)

Menurutnya, pola hidup sehat dalam keluarga serta lingkungan yang bersih sangat menunjang anak terbebas dari stunting.

“Hal ini harus menjadi perhatian orang tua, sehingga bisa melakukan pencegahan sejak dini,” kata Sulasmi kepada Waspadaaceh.com di ruang kerjanya.

Dia menambahkan, sebaik apapun makanan yang dikonsumsi, kalau rumahnya kumuh, kotor, PHBS nya tidak dijaga, maka anak bisa juga mengalami stunting dan sangat berpotensi stunting.

Maka salah satu langkah pencegahan stunting adalah dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di setiap rumah tangga dengan meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.

PHBS menurut dia akan menurunkan kejadian sakit, terutama penyakit infeksi yang dapat membuat energi pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh dalam menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan. Pada akhirnya anak akan mengalami stunting.

Karena itu, kata Sulasmi, orang tua wajib membiasakan sang anak untuk rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas apapun.

“Misalnya, anak wajib mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan sesudah makan,” tutupnya. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER