Banda Aceh (Waspada Aceh) – Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menyebut Aceh pernah menjadi salah satu poros ekonomi dunia yang dengan kekuatan ekonominya (dan kebudayaan) telah menjadikan Aceh sebagai salah satu kerajaan terhebat di dunia pada masanya.
Karena itu, momentum Musyawarah Provinsi Ke VI Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, Nova berharap bisa menjadi tonggak bangkitnya Saudagar Aceh dalam mengembalikan kejayaan ekonomi Aceh, kata Nova dalam sambutannya di Anjong Mon Mata Pendapa Gubernur Aceh, Selasa (18/6/2019).
“Sejarah meningkatkan kepercayaan diri kita, bahwa kita pernah jaya dan kita pernah hebat. Karena itu, tidak terlalu sulit jika kita ingin meraih kembali posisi tersebut. Syaratnya, hanya dengan melaksanakan sebab-sebab terwujudnya kejayaan maka sejarah akan berulang,” lanjut Nova.
Nova menyebutkan, perkembangan ekonomi Aceh pada 3 tahun belakangan menunjukkan perbaikan yang signifikan. Pertumbuhan ekonomi mulai mengalami percepatan. Tingkat kemiskinan dan pengangguran juga terus menurun. Namun demikian, ada sebuah tantangan yaitu defisit perdagangan dan rendahnya kontribusi sektor industri pengolahan.
Defisit perdagangan terjadi karena sektor industri belum tangguh yang menyebabkan Aceh tidak cukup memproduksi barang impor yang diperlukan Aceh serta barang ekspor yang dibutuhkan oleh daerah dan negara lain.
“Karena itu kehadiran dunia usaha menjadi instrumental, terutama pada perdagangan dan industri,” kata Nova.
Untuk menggenjot perdagangan dan menambah kontribusi sektor industri pengolahan, Pemerintah Aceh telah membangun kawasan yang dapat menjadi peruntukan investasi seperti Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang, Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe, Kawasan Industri Aceh Ladong dan Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo.
Pemerintah Aceh juga terus bertekad akan melakukan reformasi birokrasi untuk menjadikan iklim usaha di Aceh menjadi prima.
“Kita juga terus meningkatkan kualitas ketenagakerjaan dalam rangka link and match kebutuhan investasi akan tenaga kerja. Kebijakan Pemerintah Aceh akan bertepuk sebelah tangan jika dunia usaha di Aceh tidak merespons secara positif,” ujar Nova.
Nova berharap, Kadin Aceh bisa mencetak saudagar baru, khususnya saudagar yang akan bergerak di sektor industri dan perdagangan yang berwawasan nasional, regional dan global.
Mereka, kata Nova, adalah orang yang akan berani melakukan investasi membangun sentra industri yang mengolah komoditas unggulan Aceh. Selain itu, mereka bisa menjadi menjadi mitra terpercaya dari investor nasional atau asing yang menanamkan modal di Aceh.
“Tentunya mereka adalah saudagar yang bermitra dengan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam sebuah rantai nilai komoditas unggulan, serta yang mengekspor produk Aceh yang berdaya saing,” kata Nova. (Ria)