Kamis, Mei 2, 2024
Google search engine
BerandaKepala SKK Migas Sumbagut Kecewa, Bila ada Perusahaan Ekplorasi Migas Tak Peduli...

Kepala SKK Migas Sumbagut Kecewa, Bila ada Perusahaan Ekplorasi Migas Tak Peduli Lingkungan

Lhokseumawe (waspada Aceh) – Kepala Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Wilayah Sumbagut, Avicenia Darwis, mengungkapkan kekecewaannya terhadap perusahaan yang melakukan ekplorasi migas di Aceh tapi tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan.

Hal itu dikatakan di hadapan seratusan mahasiswa Universitas Malikussaleh, pelajar SLTA di Lhokseumaw, serta masyarakat luas, pada saat memberikan kuliah umum pada Grand Opening Migas Center Universitas Malikussaleh (MCU) di kampus Buket Indah Kota Lhokseumawe, Selasa (21/1/2020).

Avicenia juga mengharapkan perusahaan yang melakukan ekplorasi migas di Aceh memiliki kepedulian terhadap lingkungan, terutama dalam pengembangan dunia pendidikan. Industri migas tidak bisa dipisahkan dari lingkungan. Jadi, perusahaan migas harus lebih membuka diri.

“Kehadiran Migas Center di berbagai perguruan tinggi memiliki peran penting dalam memberi edukasi migas kepada masyarakat. Kalau Migas Center ini tidak penting, tidak mungkin gubernur di sejumlah daerah ingin meresmikan secara langsung. Migas Center di Unimal ini merupakan Migas Center satu-satunya yang diresmikan langsung oleh gubernur. Di daerah lain, gubernurnya ingin meresmikan, tetapi tidak bisa karena bentrok dengan acara lain,” terang Anicenia.

Sementara merespon pertanyaan mahasiswa mengenai energi terbarukan, Avicenia mengatakan perkembangan dunia migas sekarang sudah berkembang demikian cepat sehingga berbagai sumber energi baru terus dikembangkan.

“kejayaan Lhokseumawe sebagai Kota Petrodollar bisa diupayakan melalui migas yang ada di offshore atau lepas pantai. Masa depan Aceh itu ada di offshore,” jelasnya.

Sementara Rektor Universitas Malikussaleh, Herman Fithra, mengatakan berdirinya MCU merupakan inisiatif dari Kepala SKK Migas Wilayah Sumbagut, PHE, dan Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA).

“Berbicara soal migas, yang paling penting bukan hanya aspek teknis, tapi 60 persen merupakan aspek sosial, ekonomi, dan budaya,” ujar Herman.

Dia mengingatkan pengalaman di masa lalu ketika ditemukan gas Arun pada awal 1970-an, masyarakat tidak siap dan tidak memiliki peran penting dalam ekplorasi gas.

“Kehadiran MCU merupakan sarana pendidikan bagi semua, lembaga pendidikan, kontraktor, dan sebagainya. Karena dengan hadirnya MCU, generasi muda terutama di Aceh sudah siap mengelola migas, apalagi dengan hadirnya BPMA yang hanya ada di Aceh,” pungkasnya.

Kegiatan tersebut dihadiri Direktur SDM dan Umum PT Pupuk Iskandar Muda, Usni Syafrizal, Pjs Field Manager PHE NSO-NSB, Danie Mustafa, perwakilan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), perwakilan Pertamina EP Rantau, PHE NSO, PHE Siak, PHE Kampar, Pertamina EP Pangkalan Susu, Pertamina EP Lirik, Mubadala Petrolium, Premier Oil, Triangle Pase Zaratex NV, serta pihak perbankan. (Riri)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER