Rabu, Mei 1, 2024
Google search engine
BerandaLaporan KhususIni IKM Binaan Disperindag Aceh, Bertahan di Masa Pandemi COVID-19

Ini IKM Binaan Disperindag Aceh, Bertahan di Masa Pandemi COVID-19

Para pelaku IKM dapat memperluas wawasan bisnisnya melalui kesempatan pelatihan yang ditawarkan oleh Disperindag Aceh secara tatap muka maupun online. 

—————

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh, Dyah Erti Idawati, merasa bangga dan menyampaikan terima kasih kepada pihak Sarinah Store, karena telah melakukan kurasi meloloskan kain songket Aceh untuk bisa menjadi bagian pemasaran di New Store Sarinah Transformation nantinya.

“Dekranasda Aceh telah mengirimkan beberapa produk unggulan dengan kualitas terbaik, seperti produk anyaman bili, bordir, songket dan aksesoris,” kata Dyah Erti Idawati, usai melakukan site visit ke New Store Sarinah Transformation, di Gedung Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, pada Februari 2022.

Dyah mengatakan, Dekranasda Aceh sudah melakukan beberapa kali pertemuan, baik secara offline maupun daring untuk kurasi produk-produk tersebut bersama dengan para kurator. Berbagai jenis produk IKM (industri kecil dan menengah) disertakan pada kurasi tersebut.

Dyah menyebutkan, produk yang dipasarkan di Sarinah merupakan produk dengan kualitas terbaik atau ready to export. Sarinah juga memfasilitasi produk usaha kecil dan menengah (UKM) untuk bisa melakukan ekspor ke berbagai negara.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh Mohd Tanwier. (Foto/Cut Nauval d).

Menurut Dyah, hal itu merupakan terobosan besar dan langkah awal bagi IKM/UKM Aceh di pasar nasional. Kepada para IKM/UKM Aceh dia mengimbau agar tetap semangat, kreatif, inovatif untuk terus berkarya. 

Sementara itu dalam wawancara dengan Waspadaaceh.com, beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh Mohd Tanwier mengatakan, para pelaku IKM harus kreatif dan inovatif mengemas produknya agar lebih menarik minat pembeli.

Kepala Disperindag Aceh mencatat ada beberapa kendala dan permasalahan yang dihadapi pelaku IKM Aceh di antaranya kurangnya pengetahuan bagi pelaku IKM. Namun melalui pelatihan dan pendampingan yang dilakukan Disperindag, kini pelaku IKM sudah mulai mengerti tentang pentingnya desain, kemasan dan menciptakan produk-produk inovatif agar mampu menembus pasar nasional mau pun internasional.

IKM Saiful Bordir 

Dari penelusuran awak media, di Banda Aceh terdapat salah satu dari banyak Industri Kecil Menengah (IKM) yang tetap eksis karena mampu mengembangkan desain dan inovasinya sesuai keinginan pasar. Salah satunya IKM dengan nama Saiful Bordir. Pemilik usaha ini, Saiful Bahri, mengaku sudah tujuh tahun lebih, membangun usaha bordir tersebut.

Dia membuka usaha di rumahnya di Desa Peunyeurat, Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh. Selama tujuh tahun itu tentunya Saiful menjalani pasang surut dalam membangun usahanya. Namun dia tetap mampu bertahan, bahkan dalam masa pandemi COVID-19, ketika banyak usaha lainnya yang berguguran.

Produk-produk Saiful Bordir pernah menembus pasar internasional, salah satunya Malaysia. Sebelum pandemi COVID-19, produk Saiful Bordir sering dipesan oleh konsumen dari negeri jiran tersebut, namun kemudian saat pandemi orderan untuk pasar internasional sempat terhenti.

Selain untuk pasar internasional, produk Saiful Bordir juga menjadi langganan sejumlah toko grosir di Aceh. Pemilik grosir biasanya mengambil barang dari Saiful Bordir per pekan, dengan nilai transaksi antara Rp3 juta hingga Rp5 juta.

“Pemilik grosir begitu barangnya habis, langsung mengambil lagi, biasanya seminggu sekali,” terang Saiful Bahri.

Pemilik usaha IKM, Saiful Bordir, yakni Saiful Bahri, (Foto/Ist)

Lancarnya orderan dari pihak grosir menjadi salah satu alasan Saiful Bahri tak mengalihkan penjualan produk ke pasar online saat pandemi COVID-19. “Kalau online misalnya pemesannya hanya satu item, ini akan membuat kita lelah, proses pengemasan, pengiriman dan sebagainya,” ujar Saiful Bahri.

Saiful Bahri mengatakan, selama ini barang-barang dari produknya mudah laku di pasaran karena memiliki ciri khas yang tak dimiliki oleh usaha bordir lainnya. Perpaduan motif dan warna yang selaras membuat konsumen memburu produknya.

“Motif punya kami berbeda dengan orang lain, makanya kalau pun dijual mahal juga laku,” tutur Saiful Bahri.

Selain untuk grosir, kata Saiful Bahri, produk tersebut juga dijual secara eceran. Bagi konsumen yang telah mengetahui Saiful Bordir, mereka umumnya langsung mendatangi rumah jika ingin membeli produk.

“Jika di rumah kita ada brandnya yaitu SB Bordir, kalau di grosir tidak ada brandnya, ini atas permintaan pihak grosir agar jangan disertakan brand,” ucap Saiful Bahri.

Memulai Usaha Tahun 2015

Berbagai produk yang dia produksi, memenuhi bagian rumahnya, seperti bermacam model tas, juga tampak piagam penghargaan yang digantung pada dinding. “Itu penghargaan dari banyak instansi, baik nasional maupun lokal,” sebut Saiful Bahri.

Usaha Saiful Bordir dimulai sejak 2015, atau sudah berjalan lebih dari tujuh tahun. Dan kini, produk-produknya telah merambah hampir di seluruh Aceh, dan bahkan terkenal di tingkat nasional maupun internasional.

Bagi Saiful, usaha bordir bukanlah hal baru. Dia bersama keluarga telah menekuni bidang ini sejak tahun 1998. Dari sang ibu, usaha ini kemudian diwariskan kepada kakaknya.

Namun, gempa dan tsunami Aceh pada 2004 silam membuat usaha bordir milik keluarga Saiful Bahri terhenti. Kurang lebih sepuluh tahun terhenti, usaha tersebut kemudian dilanjutkan oleh Saiful Bahri pada tahun 2015.

Saiful Bahri menjalankan usaha tersebut di rumahnya bersama istri. Pada awal berdiri, dia hanya mempekerjakan tiga orang karyawan. Setiap tahun, jumlah karyawan terus bertambah dan hingga kini telah mencapai 40 orang.

Sebagian besar karyawan Saiful Bahri adalah ibu rumah tangga yang berasal di kawasan Banda Aceh, mencapai 38 orang. Sementara sisanya 2 orang adalah laki-laki yang bertugas sebagai finishing produk.

Saiful Bahri mengatakan, bahan baku seperti kain, benang, bunga, pola dan motif dia siapkan semua. Para pekerja mengambil bahan baku tersebut di rumahnya dan mengerjakan di rumah masing-masing.

“Saya potong bahan bakunya seperti pola, ukuran, contoh bunga, benang dan lain sebagainya, mereka bikin di rumah masing-masing,” ujar Saiful Bahri.

Saiful Bahri menyebutkan, para pekerja rata-rata mampu mengerjakan 1 hingga 3 produk setiap harinya. Jumlah ongkos yang dibayar juga per produk, tergantung jenisnya. Semakin mahal produk tersebut, maka semakin mahal bayarannya.

“Karyawan tidak kita gaji per jam atau per hari, tetapi per produk, siap satu produk, kita bayar satu,” sebut Saiful Bahri.

Dia menambahkan bahwa Saiful Bordir kini memiliki sepuluh jenis produk, baik berupa tas maupun dompet. Beberapa di antaranya adalah tas Itali (tas Ibu), tas Mama, tas Kosmetik dan aneka jenis dompet.

Semua produk tersebut, kata Saiful Bahri, dipasarkan dengan harga bervariasi, mulai terendah Rp30 ribu hingga termahal Rp700 ribu.

“Paling murah dompet yaitu Rp20 ribu, paling mahal ada Rp350 ribu, Rp450 ribu, dan Rp700 ribu. Menurut konsumen yang minta, disesuaikan dan dipertimbangkan dengan berapa hari kerja, sehingga ada mahal dan murah,” katanya.

Peran Disperindag Aceh

Berkembangnya usaha Saiful Bordir tak terlepas dari peran dan perhatian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Aceh. Melalui Bidang Pengembangan Industri Menengah dan Aneka, Saiful Bordir kerap dilibatkan di setiap event yang ada, salah satunya pameran.

Selain itu, kata dia, Disperindag Aceh juga aktif mempromosikan produk-produk Saiful Bordir ke sejumlah calon konsumen, baik lokal maupun nasional. Produk-produk ini juga menjadi langganan Dekranasda Aceh.

“Peran Disperindag Aceh yaitu produk kita dipakai mereka, di Dekranasda juga dipakai punya kita, saat pameran dibawa, dan lain sebagainya,” tutur Saiful Bahri.

Di Dekranasda Aceh, terang Saiful Bahri, produknya ikut dipajang, sehingga menumbuhkan minat beli dari para tamu dari luar Aceh. Terkadang, apabila stok produk di Dekranasda Aceh telah habis, akan langsung diarahkan ke rumahnya.

“Kadang-kadang kalau ada pelanggan yang mau beli tas di situ, mereka langsung arahkan kemari, mereka ingin promosikan barang kita, misalnya targetnya banyak, nanti langsung disuruh kemari,” ujar Saiful Bahri.

Saiful Bahri berharap pandemi COVID-19 cepat berakhir, sehingga pameran-pameran yang sebelumnya melibatkan para pelaku IKM bisa digelar kembali. Dia juga berharap Disperindag Aceh terus konsisten membantu mempromosikan IKM.

“Kalau sudah tidak ada lagi pembatasan, maka ruang gerak kami akan lebih luas lagi nantinya,” ucap Saiful Bahri.

Gelar Pelatihan untuk Tingkatkan Kompetensi IKM

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Aceh berharap kepada para pelaku IKM di provinsi paling barat Indonesia ini untuk terus meningkatkan kompetensi melalui pelatihan-pelatihan yang digelar pemerintah maupun lembaga swasta yang kredibel.

Kepala Bidang Pengembangan Industri Menengah dan Aneka Disperindag Aceh, Nila Kanti menyampaikan, di samping mengasah kemampuan, pelatihan ini juga akan menjadi ajang bagi para pelaku IKM dalam memperluas jaringan, mitra dan hal-hal baru terkait strategi penjualan produk.

“Silakan perluas wawasan bisnisnya melalui kesempatan pelatihan yang ditawarkan secara tatap muka maupun online, banyak program pelatihan yang ditawarkan, asalkan kita mau mencari tahu,” ujar Niken, sapaan akrab Nila Kanti.

Dia menyampaikan, Disperindag Aceh tahun 2022 juga telah merencakan beberapa kegiatan yang menitikberatkan pada pembinaan dan promosi IKM yang berkelanjutan, antara lain menyelenggarakan bimtek terhadap IKM kerajinan tas Aceh.

Kemudian, memfasilitasi legalitas merek terhadap IKM, mengikutsertakan IKM pada event pameran dalam negeri, mempublikasikan atau mengiklankan produk IKM pada media online.

Selanjutnya, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan IKM sebagai bahan pembinaan ke depan, menyelenggarakan bimtek peningkatan mutu dan diversifikasi pengolahan ikan bagi IKM. (Adv)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER