Jumat, Mei 3, 2024
Google search engine
BerandaNasionalDokter Hasto Beri Masukan Cara Cepat Penurunan Stunting di Aceh

Dokter Hasto Beri Masukan Cara Cepat Penurunan Stunting di Aceh

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia Dokter Hasto menyampaikan sejumlah hal yang harus dilakukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Aceh agar penanganan stunting dan intervensi yang dilakukan tepat sasaran sehingga bisa turun hingga 14 persen pada 2024.
“Cegah stunting penting di periode 1.000 hari pertama kehidupan, sejak terjadinya konsepsi sampai usia bayi dua tahun,” kata Dokter Hasto saat hadir pada rapat koordinasi tim percepatan penurunan stunting Aceh di Banda Aceh, Rabu (28/2/2024).
Sebagaimana diketahui, prevalensi stunting Aceh pada 2021 sebesar 33,2 persen dan pada 2022 turun dua digit menjadi 31,2 persen  (hasil SSGI). Target prevalensi stunting Aceh pada 2024 sebesar 19 persen dan pada 2023, Aceh diberi target turun sebesar 23,69 persen.
Dokter Hasto mengatakan dalam masa 1.000 hari tersebut pola asuh dan asupan yang berkualitas seperti ikan perlu diberikan kepada anak, sebab pada masa 1000 HPK, terjadinya 80 persen kecerdasan anak terbentuk di 1000 HPK. Ini sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Ia juga mengatakan, salah satu penyebab lainnya terjadi stunting karena jarak kelahiran anak yang terlalu dekat. Hal tersebut mengakibatkan pola asuh yang diberikan kepada anak tidak maksimal.
Ada beberapa alasan mengapa bayi tidak menyusui, 65,7 persen karena ASI tidak keluar, 8,4 persen terjadi rawat pisah antara ibu dan bayi, 6,6 persen anak tidak bisa menyusui, dan 2,2 persen karena si ibu repot.
Lebih lanjut, Dokter Hasto, menekankan pentingnya pemberian ASI kepada bayi dibandingkan memberikan susu botol. Karenanya para ibu agar berhati-hati ketika memberikan  susu untuk bayi atau balita, khususnya dalam penggunaan botol susu.
“Banyak sekali orang tersesat pakai susu botol atau susu formula, akhirnya anaknya banyak yang mengalami diare. Kenapa diare? Bukan karena susunya, tapi karena botolnya tidak steril. Bekas susu yang tersisa di dalam botol  menjadi sarang bakteri, kalau botol tidak betul- betul disteril,” papar Dokter Hasto.
Selain itu, Dokter Hasto mengatakan, usia perkawinan juga mempengaruhi terjadinya stunting terhadap bayi yang dilahirkan, sebab pernikahan di usia anak, juga menentukan kesehatan ibu saat hamil.
Dokter Hasto menambahkan perempuan yang melahirkan pada usia anak, berisiko mengalami kondisi kurang darah dan berisiko melahirkan anak stunting.
“Faktor lain yang menyebabkan lahir anak stunting yaitu, melahirkan di atas usia 35 tahun. Ciri khas stunting adalah  bertubuh pendek. Akan tetapi, pendek belum tentu stunting,” ungkap Dokter Hasto.
Penjabat (Pj) Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Aceh yang juga Wakil Ketua TPPS Aceh Ayu Marzuki meminta Tim Percepatan Penurunan Stunting agar memperkuat sosialisasi tentang stunting hingga ke tingkat desa.
Menurut Ayu, masih banyak keuchik atau kepala desa, bahkan istri kepala desa yang notabanenya ketua TPPS tingkat gampong, belum mengetahui apa itu stunting. Malah, banyak yang menganggap bahwa stunting itu penyakit.
“Saya berterima kasih sekali dengan BKKBN Aceh yang cepat respons dengan mengumpulkan 710 keuchik dari desa lokus stunting mengikuti sosialisasi stunting.”
“Semoga dengan mendapatkan pemahaman tersebut, intervensi yang dilakukan tepat sasaran. Kami juga mengharapkan tim percepatan penurunan stunting meningkatkan perannya dalam penurunan stunting di Aceh,” kata Ayu. (*)
BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER