Minggu, Januari 26, 2025
spot_img
BerandaDisbudpar AcehDidong Gayo: Harmoni Tradisi yang Tetap Hidup di Tanoh Gayo

Didong Gayo: Harmoni Tradisi yang Tetap Hidup di Tanoh Gayo

“Pj Gubernur Safrizal seolah tersihir, tetap berada di tengah lingkaran, menikmati setiap bait syair yang kaya makna hingga pertunjukan berakhir dalam derasnya hujan”

Di Tanoh Gayo, sebuah tradisi tua bernama Didong terus melintasi zaman, menyatu dengan jiwa masyarakatnya.

Kesenian khas ini menjadi saksi perjalanan sejarah Gayo, bertahan sebagai warisan budaya yang masih hidup hingga kini.

Sejak dulu, Didong bukan sekadar hiburan. Ia adalah ekspresi kehidupan yang hadir di setiap momen penting, mulai dari acara sunatan, pernikahan, hingga seremoni resmi pemerintahan.

Tepukan tangan yang berirama dan syair penuh makna menjadikan Didong lebih dari sekadar pertunjukan seni.

Sabtu (30/11/2024), Taman Arboretum Taman Seni Budaya Bale Atu, menjadi panggung megah bagi Didong Gayo dalam acara Desember Kopi Gayo. Ratusan pasang mata terpukau, saat tepuk tangan berirama menggema, menyatu dengan syair.

Suasana menjadi lebih magis dengan kehadiran ratusan seniman Didong yang membentuk lingkaran. Dengan ritme tepukan tangan yang teratur, mereka menyampaikan syair-syair yang kaya akan pesan dan nilai kehidupan.

Penampilan Didong Safari dengan tema sejarah dan lingkungan hidup even Festival Nenggeri Linge 2024, Desa Buntul Linge, Aceh Tengah. (Foto/Cut Nauval d)

Para penonton, termasuk Penjabat (Pj) Gubernur Aceh Safrizal ZA, tampak terpukau. Bahkan ia bersama para pejabat daerah seperti Pj Sekda Aceh Muhammad Diwarsyah dan Pj Bupati Bener Meriah Mohd Tanwier, Safrizal maju ke tengah lingkaran, ikut menepuk tangan, menyesuaikan ritme dengan para seniman.

Di tengah lingkaran, Penjabat (Pj) Gubernur Aceh Safrizal ZA tampak larut dalam keindahan pertunjukan. Baju Karawang khas Gayo yang dikenakannya semakin menegaskan kedekatan dengan budaya setempat.

Hujan turun perlahan, seolah turut menjadi bagian dari pertunjukan. Namun, semangat para seniman dan penonton tak surut. Safrizal bahkan tetap berada di tengah lingkaran hingga pertunjukan usai, membiarkan hujan membasahi tubuhnya.

Safrizal seolah tersihir, tetap berada di tengah lingkaran, menikmati setiap bait syair yang kaya makna hingga pertunjukan berakhir dalam derasnya hujan.

Saat itu, Didong Gayo sekali lagi membuktikan pesonanya. Tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga menjadi penghubung harmoni antara seni, spiritualitas, dan semangat pariwisata.

Seperti tepukan tangan yang berirama, Didong terus hidup, membawa Tanoh Gayo dan kopi Gayo melangkah lebih jauh ke pentas dunia.

Pada kesempatan itu, Pj Gubernur Aceh Safrizal ZA, mengatakan kegiatan Desember Kopi Gayo merupakan bentuk syukur atas limpahan rahmat Allah di Tanoh Gayo.

Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA, saat bergabung dalam narisan seniman Didong Gayo. (Foto/Ist)

“Ke depan kita akan terus menggelar kegiatan ini dengan tiga semangat, yaitu spiritualitas, seni budaya dan pariwisata. Tiga spirit ini yang terus akan kita gaungkan,” ujar Safrizal usai pertunjukan.

Safrizal mengatakan, kopi adalah salah satu andalan Aceh, yang menjadi salah satu pemasukan devisa bagi Aceh dan sebagai nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat.

Agar tetap dicintai, maka selalu jaga kualitas secara konsisten, ke depan seiring meningkatnya permintaan, tentu saja kuantitas juga harus ditingkatkan

“Pengembangan dan upaya menjaga kualitas Kopi Gayo tentu membutuhkan kolaborasi bersama. Ungkapan yang dapat kita katakan saat ini adalah, bahwa Kopi Gayo kurang barang,” ucap Safrizal.

Safrizal menambahkan, benerapa waktu ke depan dirinya akan membawa beberapa duta besar negara sahabat untuk mencicipi kopi Gayo.

“Kopi bukan tentang rasa pahitnya, bukan tentang hitamnya karena rasa kopi akan menembus ruang, sekecil apapun itu. Insya Allah, dengan semangat bersama kita akan terus mengembangkan kopi Gayo agar masyarakat petani lebih berjaya,” tutup Safrizal. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER