Jumat, April 26, 2024
Google search engine
BerandaKulinerDampak PSBB DKI, Warung Mie Aceh di Jakarta Sepi Pembeli

Dampak PSBB DKI, Warung Mie Aceh di Jakarta Sepi Pembeli

Jakarta (Waspada Aceh) – Sejak Pemerintah DKI Jakarta memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan kini sudah memasuki jilid kedua, berdampak kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), salah satunya Warung Mie Aceh.

Warung Mie Aceh Vona yang berada di kawasan Kalideres Jakarta Barat, bahkan mengalami penurunan omset penjualan hingga sekitar 30 persen. Biasanya, warung yang dikelola Yusuf ini bisa menghasilkan sekitar Rp3 juta/hari, kini paling banter hanya bisa meraup omset sekitar Rp2 juta/hari.

Pengamatan Waspadaaceh.com, yang mengunjungi warung Mie Aceh Vona di kawasan Kalideres, Jakarta Barat, Selasa (6/10/2020), suasananya masih terlihat sepi. Hanya ada beberapa pembeli saja yang terlihat.

Warung ini selain menyajikan menu utama mie aceh, juga menyediakan beragam menu, di antaranya nasi goreng, seafood, kopi dan menu lainnya.

Seorang pelayan warung mengatakan, jumlah pembeli menurun sejak diberlakukanya PSBB di Jakarta. Memang ada penurunan sejak adanya pandemi Corona, tapi jumlah pembeli semakin sedikit sejak adanya PSBB.

Pemilik warung Mie Aceh Vona, Yusuf, mengatakan saat ini kondisi penjualannya mengalami penurunan dari hari ke hari. Pendapatannya menurun hingga 30 persen akibat PSBB di Jakarta.

Biasanya, kata pemuda asal Aceh ini, usahanya bisa mendapatkan sekitar Rp3 jutaan perhari tetapi selama PSBB hanya mendapatkan sekitar Rp2 jutaan saja.

Pengelola Mie Aceh Vona, Yusuf. (foto/agung)

Yusuf juga mengatakan, walau selama pandemi Corona yang kemudian ditindaklanjuti dengan PSBB, omset usahanya menurun, tapi dia tidak mengurangi jumlah karyawannya. Bahkan, kata Yusuf, dia menambah jumlah karyawan meski omset menurun dan jam operasionalnya juga berkurang.

“Malah menambah karyawan, yang tadinya sebelum PSBB hanya 8 orang, kemudian sejak PSBB karyawan menjadi 10 orang,” kata Yusuf.

“Saat ini omset sangat menurun, karena jam operasionalnya juga tidak seperti biasa yang buka 24 jam. Kalau untuk menggaji karyawan tetap lancar, meski paling telat pertengahan bulan baru gajian,” kata Yusuf.

“Biasanya kan dagang 24 jam. Tapi saat PSSB warung mie Aceh ini buka dari jam 8 pagi hingga jam 11 malam. Takut ada pengecekan oleh petugas keamanan, dan yang beli juga hanya ada beberapa saja karena orang masih pada takut untuk keluar,” kata dia.

Mengapa Yusuf justeru menambah jumlah karyawan? Menurutnya karena dia tidak mau menambahkan angka pengganguran di Jakarta, dan karyawannya juga mayoritas berasal dari Aceh yang membutuhkan penghasilan di perantauan.

Kata Yusuf, kebanyakan pembeli mie Aceh ini biasanya warga keturunan Tionghoa, yang mencapai sekitar 60 persen dari jumlah konsumennya. Itu pun kebanyakan hanya membeli untuk dibawa pulang (take away), ujarnya.

Walau dalam kondisi pandemi dan PSBB, kata Yusuf, warung Mie Aceh Vona tetap melayani pemesanan online dan delivery (pesan antar) untuk memudahkan pembeli yang malas keluar rumah.

“Tetapi jika pembeli ingin makan di tempat (dine in) kami perbolehkan duduk di warung, tetapi kita batasi dan mengatur jarak. Kami tetap mengikuti protokol kesehatan sebagaimana imbauan dari pemerintah,” ungkapnya.

Warung Mie Aceh Vona juga menyediakan hand sanitizer di setiap meja dan menerapkan aturan bagi setiap pengunjungnya untuk memakai masker. (agung/m)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER