Jumat, Mei 3, 2024
Google search engine
BerandaDisbudpar AcehYuk, Uji Nyali dengan Berwisata ke Ketambe TNGL

Yuk, Uji Nyali dengan Berwisata ke Ketambe TNGL

Keberadaan satwa langka di kawasan wisata TNGL Ketambe, selain Orangutan terdapat Badak Sumatera, Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera, serta puluhan spesies burung hutan, salah satunya yaitu burung rangkong.

———————-

Wisata Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, salah satu destinasi wisata alam di zona wisata perpaduan lanskap (landscape) yang memiliki flora dan fauna. 

Kawasan ini cocok sebagai tempat wisatawan untuk mencoba tantangan alam liar. Selain memiliki olahraga rafting (arung jeram), jungle tracking dan tracking air panas, juga memiliki stasiun penelitian Orangutan tertua di dunia. Atas keberadaannya ini banyak wisatawan asing yang melakukan kegiatan penelitian di hutan cagar alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) tersebut. 

Cagar biosfer (zona kehidupan) di TNGL Ketambe, Aceh Tenggara, sudah dikenal cukup kaya. Kawasan ini memiliki hutan yang masih alami, banyak tumbuhan dan satwa yang menjadi objek penelitian bagi wisatawan, khususnya para penelitian dari berbagai universitas di dunia. Hutan yang alami itu, memiliki area seluas 3.509,66 hektare. Terdapat bermacam tumbuhan yang unik, dan satwa langka juga ada di sana. 

Mustafa,38, warga sekaligus pengusaha warung di kawasan wisata TNGL Ketambe, Kamis (07/04/2022), mengatakan, pengunjung yang datang di kawasan itu adalah kebanyakan wisatawan yang melakukan penelitian jenis tumbuhan dan beberapa satwa. 

Dia mengatakan, pengunjung melakukan penelitian di hutan belantara, terkadang berhari- hari lamanya. Setelah melakukan penelitian, wisatawan melakukan rafting di Sungai Alas. Mereka rata-rata berasal dari luar daerah dan manca negara. Tetapi saat ini jumlah pengunjung memang lagi sepi, sejak adanya pandemi COVID-19, jelasnya. 

Lokasi pemandian air panas Lawe Gurah di Ketambe. (Foto/Ist)

Dia berharap, wisata TNGL yang berada di Ketambe, bisa kembali ramai dikunjungi oleh wisatawan luar daerah maupun dari manca negara, sebagaimana pada masa sebelum adanya pandemi COVID-19.

Plt. Kepala Bidang Teknis BBTNGL, Fitriana Saragih, kepada Waspadaaceh.com, Jumat (08/04/2022) menjelaskan, pemanfaatan wisata di kawasan TNGL Ketambe, Aceh Tenggara, rata-rata oleh wisatawan yang melakukan penelitian. 

Mereka berasal dari luar daerah dan manca negara. Mereka melakukan penelitian tentang tumbuhan dan keberadaan satwa. Tumbuhan yang sering diteliti wisatawan, kata dia, yakni bunga raflesia. Keberadaan tumbuhan endemi itu, sebagai salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung guna melihat proses berkembangnya bunga raksasa tersebut.  

Bunga yang terbilang unik dan langka itu, berwarna merah kehitam-hitaman dan tumbuh sebagai parasit yang menempel di tanaman liar serta tidak memilik daun maupun batang.

Bunga langka itu, bakal mekar dalam satu pekan, kemudian membusuk dan mati. Biasanya bunga tersebut, tumbuh dan mekar ketika suhu udara yang rendah di bawah 20 derajat celcius, dan bunga raflesia beraroma tidak sedap, jelasnya. 

Kata Fitriana, selain tumbuhan endemi yang unik itu, ada juga wisatawan melakukan penelitian tentang keberadaan satwa langka yang berada di kawasan TNGL.

Keberadaan satwa langka di kawasan wisata TNGL Ketambe, kata dia, selain Orangutan terdapat Badak Sumatera, Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera, serta puluhan spesies burung hutan, salah satunya yaitu burung rangkong. 

Burung Rangkong atau yang memiliki nama lain Enggang, Julang dan Kangkareng merupakan salah satu spesies burung yang hidup di Indonesia, Afrika, Asia daerah tropis dan Papua Nugini. Burung Rangkong atau Enggang merupakan salah satu jenis burung yang masih bisa ditemukan di kawasan TNGL di Aceh Tenggara.

Keberadaan Orangutan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Ketambe. (Foto/Ist)

Sedangkan Orangutan (Pongo abelii) sangat mudah ditemui, saat bermain atau mencari makan di pepohonan. Keberadaan Orangutan di Ketambe tidak pernah terganggu. Bahkan warga bisa hidup berdampingan dengan Orangutan.

Apalagi para petugas di stasiun selalu mengawasi siapa saja pengunjung yang datang. Para tamu atau peneliti, dipastikan tidak boleh mengganggu tumbuhan dan satwa, termasuk Orangutan.

Orangutan di sini sering terlihat menghampiri wisatawan di lokasi sekitar warung-warung yang ada di kawasan tersebut. Bahkan Orangutan terkadang dapat ditemui di pepohonan pinggiran jalan. 

Wisata Arung Jeram

Sedangkan lokasi rafting, kata dia, kawasan wisata Ketambe memiliki Sungai Alas yang membelah hutan lindung di kawasan tersebut. Sungai ini memiliki arus yang menantang, sehingga cocok dijadikan sebagai tempat arung jeram bagi wisatawan yang menyukai tantangan.

Arus dan ombaknya sangat menantang, sehingga banyak wisatawan melakukan adu nyali melalui aktivitas arung jeram. Panjang alur sungai kurang lebih 50 kilometer, jelasnya. 

Di lokasi wisata Ketambe, wisatawan yang mencintai aktivitas rafting atau arung jeram tidak perlu lagi membawa sendiri perahu karetnya. Karena pihak pengelola telah menyediakan perahu karet yang standar dan menyediakan pemandu wisata arung jeram di Sungai Alas, dengan biaya sebesar Rp1,2 juta perharinya.

Event wiasata ini diikuti peserta dari berbagai daerah dan manca negara, antara lain dari Malaysia, Australia, Newszeland dan beberapa negara lainnya. Sedangkan dari Indonesia, selain dari Aceh, juga dimeriahkan tim dari Sumatera Utara, Jakarta, Sumatera Barat, Jambi dan provinsi lainnya.

Disbudpar Aceh, beberapa waktu lalu telah melaksanakan program kegiatan sarana dan prasarana melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) tahun 2019 untuk objek wisata Ketambe di Kabupaten Aceh Tenggara tersebut.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin. (Foto/Cut Nauval).

Pembangunan sarana dan prasarana pariwisata itu meliputi gapura, gedung pertemuan, mushalla, toilet, saluran pembuangan, serta panggung pertunjukan. Disbudpar Aceh juga membangun fasilitas lain seperti jalan masuk, gedung tiket dan gazebo. Pembangunan sarana dan prasarana di Ketambe ini juga diharapkan terus berlanjut dengan tetap menjaga keasrian lingkungannya.

Kadisbudpar Aceh, Jamaluddin, mengatakan, pembangunan fasilitas publik di Ketambe itu dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada wisatawan. Selain menjadi objek wisata unggulan di Aceh Tenggara dengan daya tariknya karena memiliki arus sungai yang deras dan alamnya yang asri, di objek wisata Ketambe juga setiap tahun menyelenggarakan event internasional berupa rafting festival.

Sebagaimana diketahui, Dinas Kebudayaan Pariwisata (Disbudpar) Aceh juga bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Aceh Tenggara dua tahun lalu (tahun 2019) pernah mengelar rafting Alas River International Ketambe.

Miliki Stasiun Penelitian

Plt. Kepala Bidang Teknis BBTNGL, Fitriana Saragih, menjelaskan, kawasan wisata itu memiliki stasiun penelitian yang berada di seberang Sungai Alas. Untuk memasuki zona pemanfaatan wisata cukup hanya membayar atau membeli karcis. Sedangkan untuk melakukan kegiatan penelitian, wisatawan harus mengurus Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (Simaksi). Saat ini proses pengurusannya bisa dilakukan secara online, katanya. 

Terkait dengan sepi pengunjung, dia membenarkan wisata Ketambe saat ini sedang mengalami sepi pengunjung. Hal itu, dikarenakan larangan bagi pengunjung semasa COVID-19 sedang mewabah. 

“Insyaallah setelah nanti stuasi menjadi normal, wisata TNGL di Ketambe Aceh Tenggara, akan kita promosikan kembali. Saya yakin wisata itu pengunjungnya kembali akan ramai,” katanya. (Adv)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER