Jumat, April 18, 2025
spot_img
BerandaOlahragaTak Pandang Bulu, Olahragawan pun Terpapar COVID-19, Begini Ceritanya..

Tak Pandang Bulu, Olahragawan pun Terpapar COVID-19, Begini Ceritanya..

Siapa sangka, mantan atlet yang biasa lari lima kilometer setiap hari ini, harus menghadapi kenyataan pahit. Dari hasil pemeriksaan swab, Sarwan dinyatakan positif terpapar virus Corona atau COVID-19.

 

Sarwan, 53, seorang olahragawan yang kini bertugas sebagai pelatih cabang olahraga muangthay Aceh. Sebagai olahragawan, tentu dia selalu menerapkan pola hidup sehat. Olahraga teratur, makan sesuai porsi dan istirahat cukup.

Tapi, siapa sangka, mantan atlet yang biasa lari lima kilometer bolak balik setiap hari ini, harus menghadapi kenyataan pahit. Apa yang dia hadapi bagaikan mimpi. Dari hasil pemeriksaan swab di Laboratorium Fakultas Kedokteran Unsyiah, Sarwan dinyatakan positif terpapar virus Corona atau COVID-19.

“Tadinya saya kurang percaya virus Corona. Makanya, saya hampir tidak pernah pakai masker,” aku Sarwan dengan nada menyesal, ketika berbincang dengan Waspadaaceh.com, Senin (26/10/2020).

Sarwan juga sering bilang kepada teman-temannya, kalau ada yang memakai masker, orang itu tidak percaya pada Sang Khalik. Maha Kuasa penyembuh dan yang mematikan kita.

Tapi, itu pendapat Sarwan dahulu, sebelum dia terjangkit virus Corona. Virus yang cukup berbahya berasal dari Wuhan, negeri Tirai Bambu itu.

Dia pun menceritakan penderitaan yang dialami setelah virus Corona menggerogoti tubuhnya. “Saya seperti tidak bertenaga,” tuturnya. Berjalan hanya 500 meter saja rasanya terasa berat.

Dua pekan terserang virus Corona, berat badan Sarwan turun 10 kg. “Saya mencret (diare) terus menerus. Hingga hari ke lima baru stop,” ujar Sarwan dengan raut wajah menyesal.

Awal diserang, sambung Sarwan, suhu badannya meningkat, alias demam tinggi dan batuk-batuk. Namun, indra perasa dan penciumannya tidak hilang. Dokter Tommy, teman dekat Sarwan, yang sudah dikenalnya sebagai dokter olahraga, menyatakan, melihat kondisi badannya lemah, sempat menyebut mungkin terkena tifus.

Tapi karena kondisi fisiknya bertambah buruk dia diminta utuk menjalani rapid test. Hasilnya ternyata non reaktif. Hari ketiga juga belum reda demam dan batuknya, akhirnya tanggal 5 Oktober 2020, dia datang ke Laboratorium Fakultas Kedokteran Unsyiah untuk Swab. Hasilnya dia dikonfirmasi positif COVID-19.

Setelah memperoleh hasil test usap positif COVID-19, selanjutnya Sarwan melakukan perawatan dan isolasi mandiri di rumah. Selama isolasi mandiri dia memperbanyak konsumsi vitamin C, rutin berolahraga dan berjemur di pagi hari.

Menurut Sarwan, dia awalnya termasuk salah satu orang tanpa gejala (OTG) COVID-19. Penularan virus tersebut diyakininya melalui udara pada ruangan tertutup lewat pendingin udara atau air conditioner (AC).

“Saat itu saya satu mobil dengan seorang teman yang diduga terpapar COVID-19. Mungkin saat dia bersin lalu virus tersebut menyebar di dalam mobil. Apalagi saat itu kondisi badan saya kurang fit,” ucapnya. Sedangkan Sarwan tak memakai masker ketika itu.

Setelah melakukan isolasi mandiri beberapa hari, selanjutnya pada 25 Oktober 2020, dia dinyatakan sembuh. Hasil test swab dinyatakan sudah negatif COVID-19.

“Hasil tes swab sudah negatif, sebelumnya saya sempat stres gara-gara positif COVID-19. Saya juga awalnya sempat tidak percaya bisa terpapar,” kata Sarwan.

Sarwan menyarankan kepada masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat. Dia juga mengingatkan, sebagai langkah antisipasi, harus selalu mencurigai bahwa setiap orang yang ada di dekat kita berpotensi terpapar COVID-19.

“Biasanya saya tidak menggunakan masker. Tapi sekarang sudah memakai masker kemana pun. Penerapan protokol kesehatan ditingkatkan terutama saat berada di keramaian. Bisa saja orang di dekat kita terpapar virus,” ungkap Sarwan.

Benar kata Sarwan. Banyak orang-orang terdekat ikut terpapar bila kita positif. Contohnya Sarwan, setelah dia terpapat, putri Sarwan pun ikut terjangkit virus Corona.

“Alhamdulillah anak saya sekarang juga sudah sembuh, sudah negatif,” ujarnya.

Antara Hidup dan Mati

Cerita pelaku olahraga terpapar virus Corona juga dirasakan Bachtiar Hasan. Bersama istrinya, dia harus merasakan hidup tidak mengenakkan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Mantan pelari Aceh era 80-an ini bersama istri harus menjalani perawatan selama 15 hari di RSU Meraxa Banda Aceh. Paska hasil swab tanggal 30 September 2020 di Laboratorium FK Unsyiah, yang menyatakan kedunya positif COVID-10. Pada hari itu juga juga kedua suami istri ini harus menjalani irawat inap di rumah sakit tersebut.

Dua hari dirawat, diakuinya selera makan mereka hilang dan kondisi tubuh agak demam. Lebih parah kondisi istri Bachtiar, sudah tidak mau makan, merasa mual dan demam tinggi.

“Kondisi ini menjadi beban yang sangat berat bagi kami pada waktu itu,” kenang Bachtiar Hasan, yang dipercaya sebagai Ketua Pelatda PON KONI Aceh untuk Papua itu.

Bachtiar mencerita kepada Waspadaaceh.com, Selasa (27/10/2020), selama menjalani isolasi dan perawatan di rumah sakit, setiap pagi, sore dan malam, mereka diberi obat dan vitamin C serta selalu chek tensi darah.

Selama menghadapi virus Corona, dia menjelaskan suasana tidurnya kurang nyaman. “Biasanya saya tidur normal jam 10 malam, tapi jam tiga dini hari belum juga tidur. Selera makan hilang, bukan berarti kita banyak pikiran, tapi memang dalam tubuh kita ada sesuatu yang tidak biasa,” ujarnya.

Padahal selama ini, kata Bachtiar, semua jenis makanan tidak ada pantangan baginya. “Tapi ketika terkena Corona, menjadi berbeda,” beber Ketua Pengprov Persatuan Atletik Indonesia (PASI) Aceh tersebut.

Pengalaman paling penting, lanjut Bachtiar, saat pemeriksaan paru-paru. Disebutkan, ada alat tes paru-paru, ketika itu diletakkan di tangan, bila angkanya di bawah 90 pada tensi paru-paru, itu berarti kondisinya sudah sangat berbahaya.

“Karena kalau normal oksigennya dari paru-paru itu 92 ke atas, berarti paru-paru tidak terganggu. Di bawah 90 sudah terganggu paru-parunya, pernapasannya agak susah. Alhamdulillah paru paru saya sehat sehat saja.”

Selama sembilan hari menjalani isolasi, mulai tanggal 30 September sampai tanggal 9 Oktober 2020, dia menjalani tes atau swab lagi. “Isteri saya, dari hasil swab sudah negatif, dan pada tanggal 9 oktober 2020 itu isteri saya boleh pulang tidak bergabung.”

“Sedang hasil swab saya masih positif, pada hal pada tanggal 9 Oktober itu kondisi fisiknya sudah bagus dan tidak ada keluhan apa pun lagi. Demam tidak ada lagi, batuk tidak ada lagi. Saya cukup fit, tapi hasilnya keluar positif,” lanjut Bachtiar.

“Kemudian berdasarkan swab pada tiga hari kemudian, saya baru dinyatakan negatif,” jelas ayah yang punya dua anak berprofesi sebagai dokter tersebut.

Setelah dinyatakan negatif, pihak rumah sakit membolehkan Wakil Ketua II Bidang Pengembangan dan Pembinaan Prestasi KONI Aceh ini pulang ke rumah. Tapi dengan catatan, Bachtiar harus menjalani isolasi mandiri selama sepekan lagi di rumahnya. Bachtiar pun mematuhi protokol rumah sakit itu. Alasannya agar tidak terpapar lagi kepada pihak lain yang berstatus OTG (orang tanpa gejala).

“Kesimpulannya saya, sudah merasakan antara mati dan hidup. Karena memang ketika sakit itu, saya melihat selama dirawat baru masuk tiga hari langsung meninggal. Selama saya dirawat sembilan hari, ada empat orang yang meninggal. Kalau kita cek bahwa paru-parunya sudah sulit bernafas harus masuk oksigen pakai tabung. Malah waktu masuk bagus dan besoknya dia sudah susah bernafas,” kata Bachtiar.

Di rumah Bachtiar, kena dia dan isterinya pernah positif, maka anak-anak juga menjalani tes, dan hasilnya negatif. Walaun pun sekarang Bachtiar dinyatakan negatif, namun dia tetap membatasi pergaulan dengan anak-anaknya. Setelah isolasi 14 hari ditambah tujuh hari di rumah, dia tetap harus menjaga jarak, supaya tidak tertular dari orang lain. Jadi harus diisolasi dulu di rumah.

Bachtiar mengimbau, berdasarkan pengalamannya saat positif terpapar Corona, dan sekarang sudah sehat dan negatif, maka semua pihak harus menjaga jarak. Meski saat ini sehat, dia mengingatkan agar selalu mencuci tangan memakai sabun, memakai masker dan menghindari kerumunan atau menjaga jarak (3M), sebagaimana anjuran pemerintah.

“Masker harus selalu kita pakai karena ada orang-orang yang berbicara dengan kita, tidak tahu apakah membawa penyakit atau tidak. Saya sampai sekarang tidak tahu dari mana saya terpapar. Makanya banyak dari teman-teman kita orang sehat tanpa gejala, tapi membawa penyakit yang sangat berbahaya,” ujar Bachtiar.

Protokol Kesehatan saat Latihan

Dalam suasana pandemi COVID-19 yang melanda hampir semua provinsi di Indonesia, tidak terkecuali Aceh, pihak KONI Aceh, memang menjadi gamang, apakah pemusatan pelatihan daerah (Pelatda) menghadapi PON XX di Papua distop atau tetap berjalan tapi mengikuti protokol kesehatan.

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah bersama Ketum KONI Aceh Muzakir Manaf, didampingi Ketua Harian KONI Aceh, Kamaruddin Abu Bakar atau Abu Razak dan Sekretaris KONI M Nasir saat bertemu Ketua Umum KONI Pusat, Marciano Norman di Kantor KONI Pusat, Senayan, Jakarta, Kamis (8/10/2020. (Foto/Ist)

Pada bulan Februari dan Maret 2020, Aceh termasuk willayah yang warganya minus COVID-19.Berdasarkan itu akhirnya Pelatda Sentralisasi sempat dibuka untuk cabang olahraga prioritas satu, antara lain, angkat beban, anggar, atletik, muangthay dan tarung drajat. Sementara cabor prioritas dua, melakukan Pelatda mandiri atau desentralisasi

Untuk mengikuti Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda), KONI Aceh melakukan rapid test kepada pelatih dan atlet, untuk memastikan kesehatan mereka di tengah pandemi virus Corona.

KONI Aceh mendukung program pemerintah sebagai upaya ikut mencegah penyebaran virus Corona atau CIVID-19. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh menunda sementara pelaksanaan pemusatan latihan daerah (Pelatda) desentralisasi atlet yang dipersiapkan untuk PON XX/2020 Papua. Begitupun para atlet tetap melakukan latihan di rumah masing-masing. Mereka tetap dalam pengawasan.

Gayung bersambut, Pemerintah Pusat melalui Menteri Pemuda dan Olahraga mengumumkan secara resmi, penundaan pelaksanaan PON Papua, setelah melihat bahwa pandemi COVID-19 masih belum akan berakhir.

Kebijakan Presiden Jokowi, seperti disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainuddin Amali, telah memutuskan untuk menunda Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua, yang tadinya direncanakan pada bulan Oktober tahun 2020 ditunda menjadi bulan Oktober tahun 2021.

“Beberapa pertimbangan yang mendasari penundaan itu adalah, pertama penyelesaian pekerjaan fisik venue yang masih berlangsung sampai dengan sebelum COVID-19, akhirnya harus tertunda,” ujar Menpora menyampaikan hasil rapat pada Kamis (23/4/2020).

Melihat situasi dan kondisi pandemi virus Corona yang belum mereda, sementara para atlet harus terus berlatih, Kemenpora mengeluarkan protokol kesehatan bagi dunia olahraga. Panduan tersebut mengatur protokol kesehatan pada umumnya, seperti menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan.

KONI Aceh sendiri tetap melaksanakan Pelatda sentralisasi dan desentralisasi, tentu dengan menjalankan protokol kesehatan secara lebih ketat dan disiplin. Tujuannya agar atlet tetap bugar, terhindari dari paparan virus Corona, dan target pembinaan atlet berprestasi berada pada jalur yang tepat.

Sebab Pelatda itu memang sejak awal dipersiapkan untuk bertanding di arena PON Papua yang pelaksanaannya ditunda pada Oktober 2021 mendatang, kata Ketua Umum KONI Aceh, H.Muzakir Manaf, Rabu (15/4/2020).

Sedang Ketua Harian KONI Aceh, Kamaruddin Abu Bakar alias Abu Razak, mengatakan, komite olahraga itu akan melibatkan 131 orang atlet dan pelatih dari 25 cabang olahraga untuk PON Papua tahun depan.

Abu Razak mengatakan, walau para atlet sempat melakukan latihan secara mandiri di rumah masing-masing, namun tetap dalam pengawasan pelatih, pendamping cabang olahraga, tim sport science dan tim medis KONI Aceh.

Begitu juga ketika para atlet kembali mengikuti Pelatda sentralisasi yang diinapkan di dua hotel di Banda Aceh, Abu Razak mengingatkan agar tetap melakukan latihan secara rutin, mengikuti arahan dan bimbingan pelatih serta selalu mengikuti protokol kesehatan.

“Para atlet juga tetap dalam pengawasan pelatih, pendamping cabang olahraga, tim sport science dan tim medis KONI Aceh,” kata Abu Razak dalam rapat evaluasi Pelatda PON KONI Aceh, pekan lalu di Banda Aceh.

KONI Aceh sepertinya tidak mau dikalahkan oleh virus Corona, apalagi dengan mengorbankan prestasi atlet. Sampai saat ini kondisi 131 atlet Pelatda Aceh sudah mencapai 85 persen alias sudah memasuki masa pra kompetisi sejak April lalu, digenjot masuk Pelatda PON KONI Aceh.

Meski kerja keras itu harus dibayar mahal dengan terpaparnya dua orang penting di dunia olahraga Aceh, yakni pelatih inti muangthay, Sarwan, dan Ketua Pelatda PON KONI Aceh, Bachtiar Hasan. Kedunya sempat menjalani hari-hari yang tidak mengenakkan, hidup dalam isolasi akibat terpapar virus Corona. Tapi kini keduanya sudah sehat walafiat, terbebas dari virus asal Wuhan, China, tersebut. (Aldin Nainggolan)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER