Sabtu, April 20, 2024
Google search engine
BerandaLaporan KhususSiswa SLB-B YPAC Banda Aceh Semakin Kreatif dan Produktif Selama PTM, Selalu...

Siswa SLB-B YPAC Banda Aceh Semakin Kreatif dan Produktif Selama PTM, Selalu Taat Prokes

“Meski siswa kita berkebutuhan khusus, namun selama pandemi mereka tetap bisa kreatif dan produktif tanpa mengesampingkan peraturan pemerintah tentang Prokes”

— Kepala Sekolah SLB-B YPAC Banda Aceh Heni Ekawati —

Merebaknya virus COVID-19 selama dua tahun belakangan ini, berdampak besar terhadap dunia pendidikan. Pemerintah terpaksa meniadakan belajar tatap muka, yang membuat guru dan siswa pada umumnya kesulitan untuk melakukan proses belajar mengajar secara efektif.

Proses belajar secara daring, tidak hanya membuat sekolah umum seperti SMA, SMK kesulitan, namun yang lebih merasakan dampaknya adalah Sekolah Luar Biasa (SLB). Karena siswa berkebutuhan khusus membutuhkan bimbingan yang lebih khusus pula.

Pemerintah beberapa waktu lalu sempat memberikan kebijakan dengan belajar dari rumah selama pandemi. Tak terkecuali, peraturan itu juga berlaku untuk SLB-B YPAC Banda Aceh.

Namun, sejak awal 2022 pemerintah kembali melonggarkan peraturan dan membolehkan sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka, dengan catatan tetap menerapkan prokes.

Kabar gembira itu juga ikut sampai ke telinga anak yang berkebutuhan khusus, bahwa SLB-B YPAC Banda Aceh juga bisa kembali melakukan pembelajaran tatap muka.

Siswa Diajak Kompromi Taat Prokes

Kepala Sekolah SLB-B YPAC Banda Aceh, Heni Ekawati kepada Waspadaaceh.com, Minggu (22/5/2022) mengatakan, sejak hidup berdampingan dengan COVID-19, siswa SLB-B YPAC tetap bisa diajak kompromi untuk menerapkan prokes.

“Meski siswa kita berkebutuhan khusus, tetap masih bisa kita ajak untuk pakai masker mencuci tangan serta menjauhi kerumunan,” sebut alumni Universitas Serambi Mekkah ini.

Kepala Sekolah SLB-B YPAC Banda Aceh, Heni Ekawati. (Foto/Ist)

Pandemi kata Heni, membuat para guru di SLB-B harus memutar otak agar siswa dapat menerima pelajaran dari guru. Meski terpaksa melakukan belajar daring, SLB-B YPAC tetap bisa mengikuti pembelajaran seperti sekolah lainnya.

Dengan mekanisme yang hampir sama, namun dengan cara yang berbeda. Mengingat kata Heni, siswanya adalah anak yang berkebutuhan khusus sehingga juga membutuhkan penanganan khusus.

“Meski siswa kita berkebutuhan khusus, namun selama pandemi tetap bisa kreatif tanpa mengesampingkan peraturan pemerintah tentang Prokes. Kebiasaan itu masih tertanam sampai sekarang,” tutur Heni yang juga tamatan S1 Pendidikan Luar Biasa di Universitas Negeri Padang.

Berbagai langkah untuk menunjang pendidikan saat pandemi, kata Heni, sudah dilakukan. Namun tentunya memiliki kendala. Maka untuk mengatasi hal itu, dia selaku pimpinan mengatakan kepada guru agar sistem pembelajaran diubah.

“Melalui zoom kita sudah coba, google meet belum berhasil, namun langkah selanjutnya kami lakukan dengan video call agar guru bisa langsung memantau kegiatan siswa,” tuturnya.

Dengan video call kata Heni, pembelajaran siswa sedikit terbantu. Tetapi tidak terlepas dari peran orang tua siswa, untuk mengatur waktu serta tetap mendampingi anak ketika pembelajaran berlangsung.

Para siswa tampak sedang membuat sabun. (Foto/Ist)

Mengajar Tidak Kejar Materi

Heni menyebutkan, SLB-B YPAC saat pandemi tidak mengejar materi seperti sekolah lain pada umumnya, namun yang diutamakan adalah mengejar bagaimana kepribadian, sosial, pengetahuan serta bagaimana kebiasaan anak.

Kebiasaan-kebiasaan siswa bisa ditanyakan langsung oleh guru kepada siswa saat pandemi. Dengan beberapa metode yang diterapkan di atas, baik itu terkait bantu-membantu, shalat serta kebiasaan lainnya.

“Saya pikir itu sudah include dengan pembelajaran agamanya, ada berhubungan dengan pembelajaran PKN, IPS dan IPA,” tuturnya.

9 Projek Unggulan SLB-B YPAC

Dalam menunjang keterampilan siswa setelah PTM, SLB-B YPAC, tutur Heni, akan memfokuskan pada 9 projek. Projek itu disusun berdasarkan kearifan lokal, kewirausahaan serta industri.

“Kedepan kita akan memfokuskan kepada program unggulan, yaitu ada menari, pantonim, desain grafis, mengolah barang bekas, membuat taman kreasi, membatik dengan motif Aceh,” tuturnya.

Selain itu tambah Heni, ada tata boga, tata rias dan tata busana. Di luar program tersebut juga tetap dilakukan program tambahan, seperti membuat sabun dan melukis.

Kata Heni, produk yang dihasilkan oleh siswa sudah mulai bisa dipasarkan. Bahkan pada beberapa hari yang lalu, kata Heni, sekolahnya baru saja mewakili Banda Aceh untuk mengikuti pameran bazar di Cabang Dinas Pendidikan Aceh yang diadakan khusus wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar.

Heni menyebutkan, pihaknya akan terus melatih dan mendidik siswa untuk bisa kreatif, produktif dan mandiri sebagai bekal ketika sudah menjadi alumni.

“Anak SD mulai kita ajarkan gotong royong, SMP membuat karya sedangkan yang tingkat SMA diajarkan untuk berwirausaha,” tutup Heni.

Siswa SLB-B Butuh Sentuhan Tangan Guru dalam Belajar

Guru Kelas SLB-B YPAC Banda Aceh, Muspita Raisi, mengatakan, mengajar pada SLB sangat berbeda dengan mengajar siswa pada umumnya. Perbedaan itu mulai dari pendekatan terhadap siswa serta menjelaskannya.

“Mengajar di SLB, khususnya tunarungu, kita tidak bisa membelakangi siswa ketika menjelaskan. Tak cukup itu, siswa SLB juga harus dibantu dengan penunjukan gambar,” sebutnya.

Guru Kelas SLB-B YPAC Banda Aceh, Muspita Raisi. (Foto/Kia Rukiah)

Kemudian, kata Muspita, tugasnya sebagai guru belum selesai pada tahap menjelaskan. Seorang guru harus mempraktikkan kepada siswa dengan bahasa tubuh, tentang apa yang disampaikannya.

“Jadi kita perlihatkan gambar, dan kita tanyakan secara bahasa isyarat dan oral gambar tersebut benda apa,” jelasnya.

Maka dengan adanya media, seperti infocus, kata Muspita, sangat membantu perkembangan anak yang berkebutuhan khusus. Menurutnya melalui media tersebut tingkat keseriusan anak lebih bisa bertahan lama.

Guru Kreatif Kunci Pembelajaran Berlangsung

Muspita menyebutkan, jika menginginkan pembelajaran di SLB bisa berlangsung, kuncinya harus kreatif dan sabar.

“Guru SLB harus banyak cara dan kreatif serta harus banyak berpikir. Mengajar dan menjelaskan juga harus pelan dan bersabar,” sebutnya.

Hal pertama yang perlu diperhatikan, kata Pita, tentang perasaan siswanya. Jika terlihat kurang semangat maka harus diberikan semangat terlebih dahulu.

“Sebelum memulai pembelajaran kita harus tau mimik siswa kita seperti apa, jika sedang bad mood (suasana hati yang berubah) maka harus kita hibur dulu,” jelasnya.

Ketika seorang guru bisa memancing semangat siswa, di situlah siswa bisa menerima pelajaran dengan semangat dan ceria.

Selain itu, seorang guru juga harus membuat inovasi pembelajaran seefektif dan sesederhana mungkin agar peserta didik mudah dalam memahami. (Adv)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER