Banda Aceh (Waspada Aceh) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh menyebut nilai ekspor lebih tinggi dari nilai impor di Provinsi Aceh periode Maret 2023. Neraca perdagangan Maret 2023 mengalami surplus sebesar US$ 48,81 Juta atau Rp740 miliar.
Fungsional Stastisi BPS Aceh, Hani’ah menyampaikan hal itu dalam rilis berita resmi statistik di kantor Badan Pusat Statistik Aceh yang ditayangkan melalui kanal youtube BPS Aceh, Senin (17/4/2023).
Hani’ah menyebutkan nilai ekspor Aceh mencapai US$ 72,04 juta atau Rp1,1 triliun, mengalami kenaikan 7,81 % dibanding Februari 2023. Jika secara kumulatif sejak Januari – Maret 2023 nilai ekspor mencapai US$208,63 juta.
Han’iah menjelaskan pada Maret 2023 komoditas ekspor terbesar yaitu batubara senilai US$ 37,24 juta, kondensat senilai US$ 9,73 juta dan kopi serta rempah senilai US$ 8,30 juta.
Negara tujuan ekspor terbesar yakni India senilai US$ 45,71 juta, Thailand US$ 11,51 juta, dan dari Amerika US$ 5.72 juta.
Menurut sektor, ekspor tertinggi dari Provinsi Aceh pada bulan Maret 2023 merupakan hasil pertambangan, yaitu senilai US$ 47,18 juta (65.49%), Sementara industri pengolahan senilai US$ 14,01 juta (19.45%), dan sektor pertanian senilai US$ 10,84 juta (15.05%).
Untuk nilai impor Aceh, lanjut Han’iah, pada Maret 2023 sebesar US$32,05 Juta naik 1.298,3 persen dibanding Februari 2023. Sementara secara kumulatif sejak Januari – Maret 2023 nilai impor mencapai US$32,05 juta.
“Selama bulan Maret 2023 nilai impor terbesar berasal dari komoditas Pupuk, yaitu senilai US$ 15,30 juta dan kemudian beras senilai 6,89 juta USD,” jelasnya.
Sementara, impor dari negara asal yakni dari Rusia US$ 13,75 juta, Vietnam US$ 3,83 juta, dan Thailand US$ 3,38 juta.
“Dari total nilai ekspor impor tersebut maka neraca perdagangan Maret 2023 mengalami surplus sebesar US$ 48,81 juta,” tutur Han’iah.(*)
