Kutacane (Waspada Aceh) – Keluarga pasien BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Sahudin Kutacane Aceh Tenggara, mengeluhkan ketiadaan obat bagi pasien rawat jalan yang ditangani dokter RSUD tersebut.
Keluarga pasien BPJS itu, Ijal, kepada Waspadaaceh.com, Sabtu (19/02/2022), mengatakan, pelayanan kesehatan di RSUD H. Sahudin Kutacane mengecewakannya karena tidak memiliki stok obat yang dibutuhkan anaknya.
Akhirnya dia terpaksa harus membeli obat di apotek terdekat dari RSUD tersebut. Padahal, kata dia, obat yang dibutuhkan anaknya yang masih berusia satu tahun itu, hanya sejenis obat batuk anak (Ambrokxol). Kejadian itu, kata Ijal, pada Jumat kemarin (18/02/2022).
Dia menjelaskan, kejadian serupa sudah ketiga kalinya dialami oleh keluarganya. Pertama dialami pada akhir tahun 2021, saat itu anaknya menderita sakit demam. Pihak RSUD juga tak bisa memberikan salah satu obat yang sudah diresepkan oleh dokter, katanya.
Kemudian pada 20 Januari 2022, istrinya, Desmita, 39, yang berobat menurunkan kolestrol, pihak RSUD H. Sahudin juga menyebutkan kekosongan obat sejenis simvastatin.
“Saya merasa kecewa dengan ketiadaan obat di RSUD tersebut. Saya berharap, semoga kejadian ini jangan sampai terulang untuk keberapa kalinya,” cetusnya.
Kepala ruangan Apoteker RSUD H. Sahudin Kutacane, Harti, kepada Waspadaaceh.com, mengatakan, obat yang dibutuhkan oleh pasien itu bukan tidak ada, tetapi mungkin kesalah pahaman antara petugas kesehatan dan keluarga pasien.
Menurut dia, keluarga pasien ketika itu meminta bantuan kepada petugas kesehatan yang bukan pada bidang pasien rawat jalan, sehingga terjadi kekeliruan.
Semestinya, kata dia, keluarga pasien mengkonfirmasi kepada petugas kesehatan rawat jalan agar tidak terjadi kekeliruan. Ini malah dia meminta bantu kepada petugas rawat inap, jelasnya.
“Wajar kekeliruan terjadi sebab yang menangani adalah petugas rawat inap. Coba kalau dia konfirmasi kepada saya tentu hal itu tidak terjadi,” katanya.
Terkait dengan kejadian sudah berulang kali, kata dia, setiap RSUD pasti ada mengalami adanya kekosongan obat. Untuk penangan pasien rawat jalan yang didiagnosa kolestrol, mesti ditentukan dengan LDL hasil laboratorium kesehatan. Apakah pasien dapat ditangani sebagai pasien rawat jalan atau tidak, katanya. (Samsuri)