Kamis, April 25, 2024
Google search engine
BerandaAcehDr. Abdul Rani Usman: Kampus di Aceh Perlu Bentuk Pusat Studi Lintas...

Dr. Abdul Rani Usman: Kampus di Aceh Perlu Bentuk Pusat Studi Lintas Negara atau Pusat Studi Penanganan Pengungsi

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Akademisi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Abdul Rani Usman mengatakan, perguruan tinggi di Aceh perlu membentuk Pusat Studi Lintas Negara atau Pusat Studi Penanganan Pengungsi.

“Penting adanya pusat studi tersebut untuk meneliti tentang komunikasi antar budaya, perilaku dan hal lainnya, dari kehidupan masyarakat dari berbagai negara,” kata Dr.Abdul Rani Usman yang juga dosen Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh melalui pernyataan tertulis yang diterima Waspadaaceh.com, Kamis (29/4/2021).

Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang digunakan untuk transit oleh para pengungsi atau pencari suaka, seperti yang telah terjadi di Aceh beberapa kali oleh etnis Rohingya.

Selama ini, kata Abdul Rani, pengungsi etnis Rohingya yang terdampar, tinggal di Aceh dalam jangka waktu yang lumayan lama, sebelum kemudian mereka dipindahtempatkan ke wilayah Sumatera Utara.

“Selama di penampungan mereka belajar tentang komunikasi antar budaya, adat istiadat dan keagamaan. Mereka juga belajar tentang sopan santun atau etika kehidupan masyarakat Aceh,” kata Abdul Rani Usman.

Pengamat dan Penulis Buku etnis Cina Perantauan di Aceh itu, sempat berkunjung ke lokasi pengungsi etnis Rohingya di BLK Desa Mee Kandang Lhokseumawe, pada Selasa (27/4/2021). Katanyam akademisi memerlukan konsentrasi pembinaan pengungsi, sebab di Aceh hampir setiap tahun ada pengungsi, terutama wilayah yang rawan bencana dan juga pengungsi yang datang dari luar.

Akademisi dari berbagai perguruan tinggi, terutama UIN Ar-Raniry, lanjut Abdul Rani Usman, perlu membentuk suatu lembaga atau Pusat Studi Lintas Negara atau Pusat Studi Penanganan Pengungsi.

Dia menambahkan, selama ini para pengungsi etnis Rohingya juga sangat nyaman berkomunikasi dengan orang Aceh, karena ada beberapa kesamaan, kepercayaan, budaya dan juga dari segi makanannya. Sehingga mereka sangat akrab dengan masyarakat sekitar terutama dengan lembaga dan para aktivis kemanusiaan yang selama ini telah menjaga mereka.

Rani mengungkapkan, banyak hal yang dapat dikaji tentang penanganan pengungsi, antara lain pola komunikasi yang dilakukan, pembinaan bagi korban, trauma healing bagi anak-anak serta pendampingan yang dapat dilakukan bagi pengungsi.

“Kami berkesempatan mengunjungi para pengungsi pada acara perpisahan mereka dengan lembaga terkait seperti UNHCR, IOM, Yayasan Getanyo, PMI, ACT, tim dari pemerintah serta masyarakat sekitar. Pada kesepatan itu juga kami mengantar paket bantuan dari pensiunan Bank Aceh,” kata Abdul Rani Usman. (Cut Nauval Dafistri)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER