“Kita secara konsisten mendorong dan mengarahkan dalam kebijakan anggaran Pemerintah Aceh bisa lebih fokus pada pemberdayaan IKM dan UMKM karena menjadi salah satu solusi membangkitkan perekonomian daerah”
— Wakil Ketua DPRA, Hendra Budian —
Industri Kecil Menengah (IKM) yang selama ini menjadi salah satu sektor penunjang prekonomian daerah, kala itu mulai terpuruk dan hampir padam. Bagaimana tidak, dampak pandemi COVID 19 yang sangat hebat menendang berbagai kalangan.
Pembatasan sosial berdampak besar pada semua sektor baik pariwisata dan prekonomian. Jika biasanya, orang sering bertamu atau nongkrong untuk menyeruput kopi di suatu tempat. Saat itu, pembatasan membuat mobilitas pun berkurang drastis.
Warung kopi sepi, orang berkunjung atau sekedar bertamu pun tidak terlihat di hampir setiap sudut rumah. Kopi yang menjadi kebesaran masyarakat Aceh, pun ikut berdampak daya beli yang menurun akibatnya produktifitas juga turun hampir lumpuh.
Kondisi itu pula yang dialami oleh salah satu IKM unggulan Provinsi Aceh, ASA Kopi. Merek kopi asal Takengon, Aceh Tengah ini mengalami sepi pembeli. Takengon yang biasanya menjadi salah satu objek wisata alam unggulan Provinsi Aceh itu pun mati suri, pengunjung atau wisatawan sama sekali tidak ada.
Hingga membuat sang pemilik merek ASA Kopi, Armiyadi pun ikut terpuruk. ASA Kopi merupakan salah satu IKM unggulan binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Aceh, pun berusaha bangkit berkat digitalisasi atau pemasaran secara digital.
Produknya menjadi salah satu pengusaha kopi sukses di Tanah Gayo. Memulai karir sejak 2006, produknya kini menjadi langganan pecinta kopi di berbagai belahan dunia, terutama Amerika Serikat.
Selain di Aceh Tengah, ASA Kopi juga bisa ditemui di toko cabang Banda Aceh, tepatnya di Jalan Sri Ratu Safiatuddin, No. 48, Gampong Peunayong. Khusus Banda Aceh, Armiyadi menunjuk Bethseba sebagai penanggung jawab.
Akibat pandemi, dalam dua tahun terakhir, 70 persen penjualan produk ASA Kopi dilakukan melalui online. Nyatanya pada tahun 2022, penjualan ASA Kopi mulai alami peningkatan, seiring dengan masuknya kembali wisatawan lokal dari berbagai provinsi di Indonesia ke Provinsi Aceh.
Meski penerbangan internasional di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar, belum beroperasi, namun penjualan ASA Kopi mulai bergerak ke arah lebih baik.
“Beberapa bulan terakhir sudah banyak perubahan, jauh dari tahun lalu yang terlihat sepi,” kata Bethseba, pengelola ASA Kopi saat ditemui di toko di kawasan Peunayong, Banda Aceh, akhir pekan lalu.
Bethseba bertugas mengakomodir permintaan produk ASA Kopi di tingkat lokal, nasional hingga internasional, baik secara offline maupun online.
Namun, apabila pengiriman di atas satu ton, kata Bethseba, itu langsung ditangani langsung oleh Armiyadi. Biasanya, pengiriman dalam jumlah ini dilakukan ke luar negeri.
“Kalau yang misalkan yang kecil-kecil untuk pembeli di bawah satu ton itu berarti masuknya ke sini, ke Banda Aceh, terutama untuk rosbin sama brown. Brown itu bubuk,” ungkap Bethseba.
Bethseba menambahkan, selain di Takengon, proses penggilingan dan pengemasan juga dilakukan di Banda Aceh. Dalam beberapa kesempatan, ia juga menerima pengemasan untuk produk-produk kopi UMKM lainnya.
“Ada yang dilakukan itu di Takengon, ada juga yang kita lakukan di sini, tergantung kebutuhan sih. Karena kita di sini mengelola UMKM, jadi kalau teman-teman minta tolong dikemasin di sini, kita kemasin juga,” ucap Bethseba.
Adapun jenis kopi yang dipasarkan adalah robusta dan arabica. Kedua jenis kopi ini sama-sama diminati oleh pasar internasional. Untuk jenis robusta misalnya, dilepas ke pasar Jepang dan Korea.
“Diekspor keluar tergantung negaranya, kalau negaranya kayak Jepang dan Korea itu mereka cenderung robusta. Tetapi kalau ke Amerika dan Eropa itu arabika,” tutur Bethseba.
IKM Binaan Disperindag Aceh
Bethseba mengaku banyak sekali keuntungan menjadi IKM binaan Disperindag Aceh, salah satunya soal perizinan. Di samping itu, para IKM juga akan mudah memperluas jaringan, terutama dengan pelanggan lokal, nasional hingga internasional.
Menurut Bethseba, menjadi binaan Disperindag Aceh bukan hanya mendapatkan hal dalam bentuk material, tetapi inmaterial. Melalui pemerintah, ASA Kopi juga dilibatkan dalam berbagai event pameran, baik lokal maupun nasional.
Manajemen Produksi Harus Bagus
Kadisperindag Aceh Mohd Tanwier mengatakan manajemen produksi yang bagus akan menjadi kunci berkembangnya sebuah IKM termasuk manajemen pembukuan. Oleh karena itu, Tanwier mengajak para pelaku IKM untuk membenahi manajemen produksi, mulai dari keuangan, kualitas, hingga kuantitas barang yang dihasilkan.
“Manajemen produksinya seperti apa, tentu yang diperlukan pertama adalah kualitas dari barang tersebut, karena persaingan sudah ketat,” kata Tanwier.
Selain itu, kata Tanwier, para pelaku IKM juga perlu menjamin kuantitas barang yang diproduksi, sehingga stok di pasaran tidak sampai habis atau putus. Tanwier menginginkan produksi yang dihasilkan para pelaku IKM terus berkesinambungan, tanpa menghilangkan kualitas barang.
“Karena kalau kita sudah berinteraksi dengan orang, tentu sistem ini pasti diperlukan, karena orang kalau sudah meminati punya kita, mereka akan konsisten apabila kita konsisten,” ucap Tanwier.
Apalagi, di era teknologi yang serba canggih, Tanwier juga meminta para pelaku IKM harus menyesuaikan diri dengan terjun ke dunia digital. Suka tidak suka, terang Tanwier, dunia digital menjadi segmen penting di dunia pada masa ini.
Disperindag Aceh di beberapa kesempatan selalu mengimbau dan menyerukan kepada pelaku IKM untuk terus memanfaatkan dunia digital dalam mempromosikan produknya. Karena, dunia digital bisa dijangkau ke berbagai belahan dunia.
“Hari ini peluang terbesar untuk pasar adalah pasar digital, suka tidak suka, ya kita harus masuk ke segmen itu. Intinya diperlukan adanya pembelajaran kepada teman-teman IKM ini untuk bisa menjual produknya secara online,” tegas Tanwier.
DPRA Dorong Kebijakan Anggaran Sektor Ekonomi Produktif
Wakil Ketua DPRA Hendra Budian menyatakan, dia secara konsisten mendorong Pemerintah Aceh untuk membuat kebijakan anggaran pada ekonomi produktif dan pembinaan pada IKM (inudstri kecil dan menengah). Hendra menilai bahwa IKM adalah salah satu jawaban kebangkitan ekonomi nasional dan daerah.
“Kita secara konsisten mendorong dan mengarahkan dalam kebijakan anggaran Pemerintah Aceh bisa lebih fokus pada pemberdayaan IKM dan UMKM karena menjadi salah satu solusi membangkitkan perekonomian daerah,” jelas politisi Partai Golkar ini.
Hendra juga menilai bahwa dirinya juga berusaha semaksimal mungkin selalu berpihak ke sektor IKM, mengingat dia terpilih dari rakyat. IKM juga menjadi salah satu jawaban bagi kemandirian perekonomian rakyat.
“Kami semaksimal mungkin berpihak pada sektor IKM, karena IKM adalah jawaban bagi kemandirian ekonomi rakyat. Kita khawatir jika suatu saat nanti, dana Otsus dihentikan, maka kita sama sekali tidak lagi memiliki harapan. Untuk itu, sebelum Otsus dihentikan kita wajib sudah harus mandiri. Salah satunya dengan pemberdayaan IKM secara maksimal,” jelasnya.
Hendra juga berpesan kepada teman-teman Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) untuk dapat melihat peluang kebangkitan perekonomian daerah melalui pemberdayaan IKM ini. Sudah selayaknya, katanya, kebijakan anggaran lebih diperbesar pada sektor pemberdayaan IKM/UMKM.
Untuk IKM binaan, sebenarnya, kata Hendra, banyak sektor yang bisa dikembangkan lagi oleh Pemerintah Aceh atau Disperindag Aceh sebagai binaan selain sektor kopi. Karena menurutnya, kuliner atau jajanan pasar khas Aceh juga banyak yang perlu lebih dikembangkan.
“Banyak sekali usaha-usaha kreatif masyarakat yang harus didukung dan dibina oleh Pemerintah Aceh, selain kopi dan komiditi unggulan lainnya. Kita juga harus melirik sektor IKM dan UMKM yang berbasis rumahan (home industry). Kreativitas ekonomi rakyat harus dipupuk agar bisa tumbuh dengan subur seperti kuliner, ini potensi yang harus digali, agar setiap wisatawan yang datang tidak hanya membeli oleh-oleh kopi untuk dibawa pulang,” tegasnya. (Adv)