Banda Aceh (Waspada Aceh) – Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh Drs Sahidal Kastri MPd mengatakan optimis program Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh (GISA) Pemerintah Aceh membantu percepatan penurunan stunting di provinsi itu
“Program GISA perlu dilanjutkan pada 2023 karena dan sangat efektif dilaksanakan, guna mempercepat penurunan stunting di Provinsi Aceh,” kata Sahidal Kastri di Banda Aceh, Selasa (27/12/2022).
Sahidal mengatakan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mengeluarkan tujuh arahan percepatan penurunan stunting di tanah air, salah satunya yaitu inovasi baik yang sudah dilakukan oleh daerah terus dilanjutkan, dipertajam, agar tepat sasaran dan diperluas cakupannya.
BACA: Ketua PKK: Ayah Berperan Penting dalam Pencegahan Stunting
Menurut Sahidal, program GISA salah satu inovasi yang sangat efektif mendorong percepatan penurunan stunting di Aceh. Jika dilihat pencegahan stunting dilakukan dari hulu.
Ia mencontohkan intervensi kepada remaja yang telah dilakukan GISA yaitu pemberian tablet tambah darah (TTD) dan screening anemia.
Sebab, dari data Riskesdas 2018, sekitar 23 persen anak lahir dengan kondisi sudah stunted, akibat ibu hamil sejak masa remaja kurang gizi dan anemia.
Sebelum hamil data dari Riskesdas menyebutkan 32 persen remaja usia 15-24 tahun mengalami anemia dan wanita usia subur sebesar 24 persen. Kondisi masalah kesehatan ini berkontribusi terjadinya stunting.
BACA: Wapres Berharap Target Prevalensi Stunting 14 Persen pada 2024 Tercapai
“Intervensi yang dilakukan pada remaja pada program GISA sudah sangat tepat, yaitu pemberian tablet tambah darah juga melakukan screening anemia. Ini pencegahan dari hulu yang dilakukan GISA. Sedangkan dari BKKBN dari hulu dengan inovasi aplikasi elektronik siap nikah siap hamil (Elsimil),” ucap Sahidal.
Selain itu, kata Kaper BKKBN Aceh, GISA juga melakukan intervensi kepada ibu hamil dan balita. Intervensi yang dilakukan GISA pada bumil yaitu pemeriksaan kehamilan, pemberian TTD dan pemberian makanan tambahan (PMT) kepada bumil.
BACA: TNI AD Bersinergi dengan Bidan Percepat Penurunan Stunting
Sedangkan pada balita intervensi yang dilakukan, lanjut Sahidal, yaitu pemantauan tumbuh kembang (timbang,ukur, dan pantauan perkembangan), kemudian pemberian ASI eksklusif, PMT, tata laksana balita dengan masalah gizi, dan peningkatan cakupan serta perluasan jenis imunisasi.
Menurut Sahidal lagi, program GISA sangat baik dilaksanakan berkelanjutan di dalam pencegahan dan percepatan penurunan stunting di Aceh. Cuma sarannya, harus dipertajam lagi, agar tepat sasaran serta diperluas cakupannya.
“Perlu komitmen, sinergistasi, dan koordinasi yang baik diantara lintas sektor terkait. Baik dari keluarga, perangkat desa, kepala sekolah, pemilik pondok pesantren, kepala puskesmas, PLKB, tim PPS kabupaten kota, dan provinsi,” ucapnya.
Hasil SSGI tahun 2021 diketahui Aceh berada pada urutan ketiga secara nasional dengan prevalensi stunting sebesar 33,2 persen. Sementara itu angka stunting di Aceh masih berada di atas 30 persen atau masuk dalam 10 besar daerah dengan angka stunting tertinggi di Indonesia.
“Kami optimistis dengan adanya GISA, maka target yang telah ditetapkan oleh Presiden, yaitu pada tahun 2024 angka stunting nasional bisa ditekan menjadi 14 persen akan terwujud,” pungkasnya. ***
BACA: Percepat Penurunan Stunting, Pemerintah Libatkan Tokoh Agama