Rabu, Mei 1, 2024
Google search engine
BerandaAcehKetika Cut Aji Nisah Berjuang di Bank Aceh Syariah

Ketika Cut Aji Nisah Berjuang di Bank Aceh Syariah

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Cut Aji Nisah, 41, melalui hari-harinya di kiosnya, yang penuh dengan barang kerajinan rotan dan bambu.

Ketika beberapa minggu lalu, Waspadaaceh.com, mengunjungi tempat usahanya, di kios yang terletak di Keudebing, Aceh Besar, wanita ini menjual beragam barang kerajinan, seperti tutup saji, tampah, bakul, kotak tisu, asesoris lampu dan jenis produk kerajinan lainnya.

Berita Terkait: Imbauan Plt Gubernur, “Obat Penawar” bagi IKM dan UMKM

“Yah begini lah, setiap hari saya menunggu pembeli. Kalau beruntung, ada yang datang membeli beberapa jenis produk. Tapi kadang juga sepi begini,” kata wanita yang berasal dari Simeulue ini.

Cut, begitu dia dipanggil, memang menyukai barang-barang kerajinan tradisional. Apalagi bila dia bisa memberi manfaat kepada para pengrajin lainnya, sebagai pemasok barang-barang yang dia jual.

Tapi belakangan, dagangannya agak sepi, karena tidak banyak variasi produk yang dia jual, akibat keterbatasan modal. Cut mengatakan, para pengrajin yang menjadi mitranya, sebenarnya bisa membuat barang kerjinan jenis apa saja sesuai permintaan, asal bahan bakunya tersedia.

“Nah biasanya saya yang menyiapkan bahan baku rotan untuk pengrajin. Paling tidak untuk menyediakan rotan per satu pengrajin, saya harus menyiapkan dana 200 ribu. Kalau ada 10 pengrajin, sudah 2 juta. Dalam seminggu sudah berapa juta? Itulah masalahnya, modal saya gak cukup,” kata Cut Aji Nisah.

Modalnya, kata Cut, tertanam untuk produk kerajinan yang menunggu terjual. Sebelum produknya terjual, dia harus selalu menyiapkan bahan baku rotan untuk para pengrajin. Sementara itu produk kerajinan yang sudah dipajang, belum tentu langsung laku. Kadang menunggu hingga beberapa minggu kemudian.

“Saat ini saya terkendala modal, dan saya sudah berusaha mencari pinjaman, tapi belum membuahkan hasil,” kata Cut, yang harus bekerja keras dan memutar otak untuk bisa membiayai hidup keluarganya.

Kondisi seperti itu yang dilalui Cut selama ini, tanpa mampu mendapatkan jalan keluar. Hingga akhirnya dia termotivasi dengan imbauan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, yang ingin menghidupkan pelaku industri kecil menengah (IKM) di Provinsi Aceh.

Yakin dengan imbauan Plt Gubernur bahwa IKM akan mendapat perhatian, Rabu pekan lalu, perempuan ini memberanikan diri mencoba peruntungan; meminjam modal usaha dari Bank Aceh Syariah (BAS) di Banda Aceh.

Cut bersemangat mendatangi Kantor Pusat Bank Aceh Syariah di Jalan Dr Mr Muhammad Hasan, Batoh, Banda Aceh. Mengenakan pakaian sangat sederhana, wanita ini tiba di bank tersebut. Tapi Cut kemudian diarahkan ke kantor cabang, yang jaraknya tidak jauh dari kantor pusat bank tersebut.

Tiba di kantor cabang, Cut melapor ke petugas dan menyampaikan tujuannya datang ke BAS. Oleh petugas, Cut diarahkan bertemu salah satu pegawai bank.

Cut lantas menyampaikan maksud kedatangannya ke BAS Cabang Banda Aceh itu. Dia juga mengenalkan diri sebagai pelaku IKM yang hendak meminjam modal usaha.

“Ibu tinggal di mana dan usahanya apa?” tanya petugas bank itu seperti diceritakan kembali oleh Cut kepada wartawan, Rabu (20/3/2019).

Percakapan itu tidak berlangsung lama. Petugas bank merespon positif hasrat Cut untuk mendapatkan modal usaha. Lalu, tambah Cut, petugas bank bertanya jumlah dana yang dibutuhkan.

“Saya katakan tidak banyak, hanya dibawah 10 juta. Karena kalau banyak nanti gak sanggup kembalikan. Saya juga tidak punya agunan,” kata Cut.

Saat itu, kenang Cut, petugas bank itu malah mengatakan, “ jangan ngomong agunan dulu.” Bahkan, saat itu juga petugas bank memerintahkan anggotanya untuk segera melakukan cek ke lapangan melihat usaha IKM milik Cut. Dengan hati berbunga, Cut pun tancap gas kembali ke Keudebing.

Di perjalanan, hati Cut gembira tidak karuan. Dalam angannya, usaha kerajinan rotan yang sudah enam tahun digeluti, bakal maju satu langkah lagi. Dia pun tak henti-henti mengucap syukur. Tiba di rumah, Cut duduk rehat di teras, sembari memandangi barang-barang kerajinan di kiosnya.

Sore sekitar pukul 15.30 WIB, Cut menghubungi karyawan bank yang akan melakukan survei ke lapangan. Tidak berapa lama kemudian, petugas BAS pun tiba di tempat usaha Cut. Setelah tuntas memotret tempat usaha Cut, petugas itu bertanya, “berapa ibu butuh modal? Dan apa agunannya?”

Mendengar kata agunan, hati Cut seketika mengerut. Dia balik tanya, “kalau yang gak pakai agunan ada? ”

“Zaman sekarang mana ada buk gak pake agunan. Yang Rp5 juta saja pake agunan,” jawab petugas bank santai.

Mendengar jawaban itu, Cut termangu sejenak. Semangatnya “terbang.” Dia hampir tak kuasa membendung rasa kecewanya. “Kalau begitu…nanti, ya, ibu bilang dulu sama suami ibu, nanti ibu kasih kabar,” kata Cut kepada petugas bank, dengan nada kecewa, karena dia memang tak memiliki agunan.

Sekembalinya petugas survei dari Bank Aceh Syariah, perasaan Cut berkecamuk dan sedikit kacau. Dia pasrah dan benar-benar merasa kecewa. “Kadang, memang nasib saya begini. Ya sudahlah. Paling hanya bisa meneteskan air mata. Untung saya masih merasa kuat,” uangkap Cut dengan penuh haru.

Ketika ditanya wartawan, Cut mengatakan bahwa dana yang dia butuhkan tidak sampai 10 juta. “Paling saya butuh di bawah sepuluh juta, yang penting tidak pakai agunan. Hidup kami pas-pasan, bisa makan dan sekolah anak saja sudah alhamdulillah,” kata Cut.

Kisah seperti Cut Aji Nisah yang begitu sulitnya mendapatkan modal usaha bukan cerita baru. Cut Aji Nisah bertanya-tanya dalam hati, apakah setiap pinjaman kredit bagi usaha mikro seperti dia, harus menggunakan agunan?

Terlebih ke bank daerah yang seharusnya memang memiliki kepedulian lebih besar dibanding bank lainnya? Atau apakah Bank Aceh Syariah masih ingin melihat kesungguhan wanita ini dalam mengelola usahanya, dan memastikan bahwa dana yang dikucurkan benar-benar bermanfaat untuk mengembangkan usahanya?

Belakangan ini, orang-orang seperti Cut Aji, yang takut dengan riba, menjatuhkan pilihannya kepada bank syariah, seperti Bank Aceh Syariah, yang diharapkanya memiliki kepedulian tinggi kepada para pelaku IKM.

Mungkin memang belum jodohnya, atau Cut Aji Nisah memang harus menjalani beberapa proses lagi, untuk bisa mengakses modal dari bank milik daerah itu. Sebuah bank, memang dituntut kehati-hatiannya dalam mengucurkan kredit. Baik itu kredit yang menggunakan agunan, apalagi kredit non agunan.

Tapi Cut Aji Nisah yang berharap mendapat pinjaman modal usaha, sementara ini harus sabar menunggu. Entah kapan dia bisa mendapat pinjaman dari bank syariah, yang mestinya memang memberikan akses lebih besar kepada pengusaha mikro, seperti dirinya.

Kini Cut harus berjuang lagi untuk mengejar harapannya, agar para pengrajin mitranya bisa tetap bekerja dan berkreasi. Tetap bisa berpenghasilan untuk keluarga mereka dari hasil kerajinan rotannya.

Cut Aji Nisah berharap, ada jalan lain yang dapat diberikan Bank Aceh Syariah, sehingga dia tetap memiliki kesempatan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha, tanpa harus menggunakan agunan. (Ria/i)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER