Jumat, September 20, 2024
BerandaAcehBangun Sinergi, KPI Aceh Resmi Jalin Kerjasama dan Adakan Literasi Media untuk...

Bangun Sinergi, KPI Aceh Resmi Jalin Kerjasama dan Adakan Literasi Media untuk Mahasiswa

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU), Perjanjian Kerjasama (MoA), dan Implementasi Agreement (IA) dengan Universitas Muhammadiyah Mahakarya Aceh (UMMAH), Bireuen, Aceh.

Kerjasama ini langsung ditandatangani
oleh Ketua KPI Aceh Acik Nova yang didampingi oleh Komisioner KPI Aceh bidang pengawasan isi siaran, Putri Nofriza. Sementara dari UMMAH sendiri ditandatangani langsung oleh Rektor Universitas UMMAH Muharrir Asy’ari, didampingi oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Firmawati, dan Mena Sari.

Ketua KPI Aceh, Acik Nova, mengatakan kerjasama strategis ini merupakan langkah penting dalam memperkuat sinergi antara lembaga pendidikan dan KPI Aceh dalam berbagai bidang, termasuk pengembangan akademik, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Selain penandatangan kerjasama, KPI Aceh juga mengadakan kegiatan literasi media dengan tema “Transformasi Penyiaran di Era Digital”. Literasi ini berlangsung di Aula Universitas UMMAH Bireuen, Senin (26/8/2024).

Acik Nova menyampaikan, dalam era digital yang semakin berkembang, masyarakat diharapkan semakin cerdas dan bijak dalam memilih serta memilah informasi dari berbagai media.

“Teknologi telah memberikan kita akses yang luas terhadap berbagai sumber informasi, namun di sisi lain, juga membuka peluang bagi penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan,” ungkapnya.

Karen itu, kata Acik Nova, sangat penting bagi setiap individu untuk selalu memverifikasi kebenaran informasi sebelum menyebarkannya, memahami konteks dari berita yang dibaca, dan memilih sumber informasi yang terpercaya.

“Dengan begitu, kita semua dapat berperan aktif dalam menjaga kualitas informasi yang beredar di masyarakat, serta membantu mencegah penyebaran hoaks yang dapat merugikan banyak pihak,” uncap Acik sambil membuka secara resmi literasi media.

Rektor Universitas UMMAH, Muharrir Asy’ari, dalam sambutannya mengatakan dalam era yang terus berkembang, semua dihadapkan pada tantangan dan peluang baru setiap harinya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap individu untuk terus belajar dan membuka diri terhadap hal-hal yang baik dan positif. Sikap ini tidak hanya memperkaya pengetahuan dan keterampilan pribadi, tetapi juga memungkinkan untuk memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat.

Dengan mengedepankan sikap terbuka terhadap pembelajaran dan inovasi, kata Muharrir, dapat menciptakan perubahan yang bermanfaat bagi banyak orang, serta mendorong terciptanya lingkungan yang lebih harmonis dan berdaya saing.

“Mari bersama-sama berkomitmen untuk terus belajar dan berbagi kebaikan demi masa depan yang lebih baik” tegas Rektor Universitas UMMAH diakhir kata sambutannya.

Sementara, itu Komisioner KPI Aceh Bidang Pengawasan Isi Siaran, Putri Nofriza, megawali materi literasi media dengan menyampaikan literasi media di era digital sangat penting karena informasi saat ini dapat diakses dan disebarluaskan dengan cepat melalui berbagai platform digital.

“Kearifan lokal merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas suatu masyarakat dan mencerminkan nilai-nilai, norma, serta tradisi yang telah terbukti menjaga keseimbangan sosial dan lingkungan selama berabad-abad,” ucap Putri.

Namun, di era digital, kata Putri, nilai-nilai ini bisa tergeser atau bahkan terancam oleh pengaruh budaya asing yang masuk tanpa filter melalui media.

Akan tetapi, dengan literasi media yang baik, masyarakat dapat lebih kritis dalam menerima informasi dari luar, serta lebih bijak dalam mengintegrasikan kearifan lokal dengan perkembangan teknologi dan informasi modern. Ini berarti, sambil terbuka terhadap perubahan, masyarakat tetap bisa mempertahankan identitas budaya dan nilai-nilai lokal yang menjadi landasan kehidupan mereka.

Putri menyebutkan, di tengah banjir informasi ini, masyarakat perlu memiliki kemampuan untuk menyaring, memahami, dan mengevaluasi informasi yang mereka terima. Karena itu, literasi media menjadi alat yang memungkinkan untuk menerima hal-hal baru tanpa kehilangan jati diri, menjaga keseimbangan antara inovasi dan tradisi, serta memastikan bahwa kemajuan digital tetap sejalan dengan kearifan lokal yang tidak boleh ditinggalkan.

Hal senada juga disampaikan oleh pemateri kedua Irhaz Angga Denilza. Dia menyampaikan bagaimana fenomena “post-truth” terjadi saat ini karena beberapa faktor yang saling berkaitan, terutama dengan perkembangan teknologi, media sosial, dan dinamika politik serta sosial.

“Kritis terhadap informasi adalah kuncinya. Masyarakat harus mengembangkan sikap kritis terhadap informasi yang diterima, terutama yang beredar di media sosial. Verifikasi fakta sebelum membagikan atau mempercayai informasi menjadi langkah penting” ungkap Akademisi yang biasa dipanggil Angga

Menurutnya, menghadapi era post-truth memerlukan kerjasama berbagai pihak, termasuk pemerintah, media, pendidik, dan masyarakat umum. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER