Senin, November 25, 2024
spot_img
BerandaNasionalEkspedisi Seroja Bawa Secercah Asa di Bencana Sumba Timur

Ekspedisi Seroja Bawa Secercah Asa di Bencana Sumba Timur

Jakarta (Waspada Aceh) – Curah hujan tinggi dan badai siklon Seroja pada 6 April 2021, memporakporandakan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur hingga layanan listrik dan telekomunikasi di beberapa wilayah masih lumpuh.

Sebagian warga pun masih tinggal di pengungsian, yang mana kediaman warga hancur diterjang banjir. Bupati Sumba Timur Khristofel A Praing menetapkan wilayahnya dalam status darurat bencana alam hingga 15 April 2021.

Dalam kondisi bencana alam, anak-anak dan orang tua merupakan kelompok paling rentan. World Risk Report menyatakan bahwa anak-anak merupakan populasi yang mengalami dampak terburuk dari terjadinya bencana, terutama di negara-negara berkembang. PBB mengestimasi sekitar 100 juta anak di seluruh dunia menjadi korban bencana setiap tahun.

“Universitas Pertamina, Pertamina Foundation, Hope Indonesia dan Yayasan Dian Sastrowardoyo bergabung dalam ekspedisi Seroja. Menyalurkan bantuan bagi korban bencana banjir dan badai. Termasuk kegiatan trauma healing kepada anak-anak penyintas bencana,” kata Roby Hervindo, Sekretaris Universitas Pertamina dalam keterangan tertulisnya diterima Waspadaaceh.com, Selasa (13/4/2021).

Roby mengatakan sebanyak 120 anak-anak usia 5 hingga 12 tahun mengikuti aktivitas trauma healing di Kampung Ranu, Kelurahan Mauliru, Waingapu. Kampung Ranu berlokasi di hilir sungai, sehingga menderita kerusakan yang cukup hebat. Banyak rumah warga rusak, perkebunan dan ternak juga musnah diterjang banjir.

Kegiatan dukungan psikososial kelompok ini, lanjut Roby, bertujuan mempercepat pemulihan dan menurunkan resiko anak mengalami permasalahan yang lebih berat di masa yang akan datang. Tujuan lain dari dukungan psikososial adalah meningkatkan resiliensi masing-masing anak untuk dapat menghadapi situasi bencana saat ini dan masa depan.

Rambu Esti Praing, relawan bencana dari Sanggar Katalaha Hamolingu dan Gereja Kristen Sumba (GKS) Sumamapu, menceritakan kondisi anak-anak penyintas. “Pasca bencana banjir dan badai, anak-anak merasa ketakutan dan selalu cemas. Mereka kebanyakan di rumah, selalu berdekatan dengan orang tuanya. Antisipasi jika terjadi bencana lagi maka mereka lebih siap mengungsi,” ujar Rambu.

Tim ekspedisi Seroja dan relawan, mengajak anak-anak berkegiatan seni dan permainan. Anak-anak diajak beraktivitas dalam kegiatan-kegiatan motorik kasar seperti bermain bola, bernyanyi dengan alat musik, dan permainan kelompok serta individu. Kepada anak-anak juga dibagikan paket-paket makanan kecil.

Pihaknya juga berencana akan melanjutkan kegiatan trauma healing kepada anak-anak penyintas lain. Terdapat sekitar 30 pemuda-pemudi di posko relawan, yang aktif membantu penggalangan dan penyaluran bantuan kepada masyarakat.

Disamping melakukan trauma healing, ekspedisi Seroja juga menyalurkan bantuan pangan dan obat-obatan bagi warga terdampak bencana. (sulaiman achmad)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER