Sabtu, April 27, 2024
Google search engine
BerandaPariwaraTim Arkeolog Temukan Fosil Manusia Berusia 3.000 Tahun di Takengon

Tim Arkeolog Temukan Fosil Manusia Berusia 3.000 Tahun di Takengon

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Balai Arkeolog Medan, Sumatera Utara, kembali menemukan kerangka manusia purba yang diduga telah berusia 3.000 tahun, di kaki bukit Mandale, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.

Dua individu kerangka itu kondisinya masih utuh, hanya saja tengkorak kepalanya agak hancur. Koordinator Peneliti Balai Arkeolog Medan, Ketut Wiradnyanya mengatakan, dua kerangka itu terkubur dan tertindih dengan batu, dengan kondisi kaki terlipat.

“Kondisi tengkoraknya rusak, tapi kerangkanya relatif utuh. Yang menarik ini arah adatnya barat timur kemudian dikelilingi periuk-periuk bekal kubur di atas badannya,” sebut Ketut saat dihubungi melalui telephone, Minggu (20/5/2018).

Tim arkeolog ini menemukan fosil manusia purba pada Rabu, 16 Mei 2018. Setelah melakukan penelitian sejak 8 Mei dan akan berakhir 30 Mei 2018 mendatang.

Ketut menjelaskan, timnya menemukan kerangka itu pada kedalaman sekitar 50 Cm (di atas lapisan neolitik). Ia menduga, lokasi tersebut sebagai tempat kuburan dan diyakini masih ada kerangka lain di sekitar penemuan itu.

Meski bukan yang pertama kali ditemukan di Tanah Gayo, menurut Ketut, kerangka ini berbeda dengan penemuan fosil sebelumnya, yang ditemukan di ceruk Mandale dan Ujung Karang, Takengon, pada beberapa tahun silam.

Kata ketut, yang membedakan dengan penemuan sebelumnya ialah cara penempatan mayatnya. Kalau sebelumnya mengarah ke Timur – Barat, yang terakhir ditemukan justru kebalikannya, mengarah ke Barat – Timur.

Ia berpendapat, dari konsepsi yang berkembang sejauh ini, dua kepala kerangka yang mengarah ke Barat itu, mengindikasikan bahwa ketika mereka bangun langsung berhadapan dengan matahari. Namun, ia belum mengetahui pasti soal makna tersebut.

“Tapi dua duanya itu kepalanya di barat. Atau karena mereka di barat tetap dia orientasinya berpikir ketika mereka bangun sudah langsung melihat matahari dan langsung melihat asalnya. Kan bisa juga begitu etos kehidupan, tapi kita belum tau pasti,” ucapnya.

Lanjut dia, pemaknaan itu bisa saja terjadi atas perkembangan religi atau pemaknaan peletakan mayat yang sudah berkembang saat itu. “Tapi banyak interpretasi tentang itu,” ujar dia.

Perbedaan lainnya ialah lokasi ditemukannya dua kerangka manusia purba itu. Lokasinya terdapat aktivitas penguburan dan di sekelilingnya banyak terdapat proton-proton yang jarang dijumpai oleh timnya.

Persamaan dengan yang ditemukan pada sebelumnya, di dekat fosil juga ditemukan pecahan gerabah bercat merah yang gambarnya mirip gerabah dari Banchiang, Thailand.

Banyak tim yang dilibatkan dalam ekspedisi kali ini termasuk masyarakat setempat, tim geologi dan tim dari Universitas Airlangga untuk mengetahui nilai penting dari situs ini bagi pemerintah dan masyarakat setempat. (cdr)

BERITA TERKINI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER