Jumat, April 26, 2024
Google search engine
BerandaKulinerSambai Oen Peugagah, Kuliner Aceh untuk Orang Tua

Sambai Oen Peugagah, Kuliner Aceh untuk Orang Tua

Sambai Oen Peugagah, jenis makanan tradisional ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Aceh. Terbuat dari bahan baku 44 jenis dedaunan, membuat lalapan ini begitu sulit dicari pada hari biasa.
Di bulan suci Ramadhan, lalapan ini begitu mudah didapatkan. Bahkan, di setiap lokasi penjualan takjil di Kota Banda Aceh, sambai oen peugagah selalu tersedia.

Namun, kini ada pergeseran di tingkatan konsumen makanan ini. Awalnya sambal ini menjadi makanan semua kalangan umur, tapi kini penikmatnya lebih banyak dari kalangan berusia di atas 40 tahun.

Aisyiah, adalah salah seorang pedagang sambai oen peugagah yang sudah puluhan tahun melestarikan makanan tradisional ini. Ia tak menampik, jika penikmat sambai oen peugagah berasal dari mereka yang berusia tua. Bukan berarti kalangan anak muda tidak menyukainya, tapi sangat sedikit.

“Rata-rata orang tua yang biasa beli untuk berbuka puasa,” katanya saat ditemui di lokasi penjualan takjil di Peunayoung, Banda Aceh, Kamis (17/5/2018).

Makanan yang diyakini sudah ada sejak zaman kerajaan Aceh itu bisa dibilang masih eksis di kalangan masyarakat Aceh. Meskipun namanya tidak setenar Mi Aceh, timphan dan panganan tradisional Aceh lainnya, lalapan ini masih cukup digemari.

“Setiap bulan puasa saya tetap jual, biasanya sambai oen peuaggah ini habis laku terjual sebelum berbuka,” kata Aisyiah.

Meski berlabel sambal, makanan ini pada dasarnya menyerupai panganan urap. Lalapan menu makanan ini disantap dengan taburan kelapa parut. Rasa yang khas, membuatnya sering jadi menu digemari untuk berbuka.
Aisyiah mengatakan, setiap jenis daun yang digunakan dalam meracik sambai oen peugagah memiliki khasiat tersendiri. Jenis daun itu yakni, daun jeruk purut, daun mengkudu, daun peugagah, daun sigeuntot, daun lawah dan puluhan jenis daun lainnya. Namun sekarang tak mudah mendapatkan 44 jenis daun itu.

“Kalau pun dapat, tapi tidak banyak. Mungkin itulah alasannya kalau sambai oen peugagah ini jarang dijual kalau bukan di bulan puasa,” sebut Aisyiah.

Cara membuat makanan ini, kata Aisyiah, tidak sembarangan dicampur. Harus mempunyai keahlian, jika tidak rasanya dan aromanya bisa menyengat. “Harus terampil tak boleh asal asalan,”sebutnya.

Daun yang sudah dicuci bersih, kemudian dicincang tipis-tipis, terus diaduk bersama rajangan bawang merah, cabe merah, bunga kala, cabe rawit dan asam sunti yang dihaluskan.

Untuk lebih gurih, ditaburi bawang goreng, kacang goreng atau kemiri goreng yang sudah dihaluskan. Sambal siap disajikan. Aromanya harum dedaunan, rasanya unik dan gurih.

Sambai oen peugagah bukan sekadar untuk kenyang, khasiat dan kandungan klorofil dari dedauan itu dipercaya juga menyehatkan badan. Lalapan ini bisa dijadikan sebagai teman santap nasi untuk memperkaya rasa gurih dan pedas layaknya urap kering. Untuk satu porsi, lalapan ini dijual Rp 5.000.

Meskipun sulit dijumpai selain pada bulan suci Ramadhan, namun sambai oen peugagah ini menjadi penambah khazanah kuliner khas Aceh yang wajib dicoba pada saat bulan puasa. (Dani Randi)

BERITA TERKINI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER