Banda Aceh (Waspada Aceh) – Pro – kontra pernyataan Ketua Partai Aceh, Muzakir Manaf alias Mualem, soal wacana referendum, ditanggapi politisi Aceh, Rafli.
Kepada media, Rabu (12/6/2019), Rafli menyebut statemen yang dilontarkan Mualem saat gelaran Haul Hasan Tiro beberapa waktu lalu, semestinya menjadi momentum evaluasi sekaligus penyegaran dalam kehidupan berbangsa.
Lebih jauh menurutnya, referendum Aceh bukan bermaksud untuk melawan negara, bahkan untuk mempertegas kewibawaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh pasca penandatanganan MOU Helsinki 2005.
“Mari kita kembali melihat apa target pencapaian Aceh selama 14 tahun damai ini,” kata pria yang sempat dinobatkan sebagai duta perdamaian era desentralisasi Cessation of Hostilities Agreement (COHA) ini.
Rafli menegaskan bahwa Aceh tulus berada dalam NKRI. Dia menyebut bahwa prinsip persatuan sudah diikrarkan para endatu.
“Kita – kita sebagai saksi konflik Aceh, paham betul bahwa pertikaian itu sangat menyakitkan. Nikmat aman adalah nikmat kedua setelah nikmat iman, dan mari bersepakat menggenggam kuat perdamaian ini,” kata Anggota DPR RI yang terpilih kembali untuk periode 2019-2024 ini.
Usai Pemilu lalu, Rafli meminta semua pihak ikut terlibat dalam perbincangan berkualitas untuk meningkatkan harkat martabat Aceh.
“Saya tidak mau isu referendum berujung konyol ataupun menjadi pertumpahan darah,” tutupnya. (Fuadi)