Selasa, November 26, 2024
spot_img
BerandaTulisan FeatureProf Syamsidik: Rekayasa Struktur-lnfrastruktur Kawasan Pantai Solusi Mitigasi Bencana Tsunami

Prof Syamsidik: Rekayasa Struktur-lnfrastruktur Kawasan Pantai Solusi Mitigasi Bencana Tsunami

“Masjid merupakan satu di antara yang paling cocok digunakan sebagai bangunan evakuasi tsunami alternatif”

— Guru Besar USK, Prof Syamsidik —

“Universitas Syiah Kuala adalah jantong hatee rakyat Aceh, dekat di hati dan inilah ladang amal ibadah sampai akhir hayat. Oleh karena itu izinkan saya kembali memperbaharui tekad dan niat saya memberikan yang terbaik yang saya miliki untuk masyarakat dan agama.”

Begitu kata-kata penutup Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Prof Syamsidik, ketika membacakan orasi ilmiahnya, di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh, Kamis (18/8/2022).

Mulai hari ini Prof Dr Syamsidik resmi menyandang status Guru Besar Bidang Ilmu Hidroteknik, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.

Dalam pidato pengukuhan itu, Syamsidik menyampaikan orasi ilmiah  yang berjudul “Pengembangan Upaya Mitigasi Bencana Tsunami melalui Rekayasa Struktur-lnfrastruktur Kawasan Pantai dan Konsep Co-Benefits”.

Menurut Syamsidik, kondisi kawasan pantai jika ditinjau dari sudut pandang mitigasi tsunami memiliki kerumitan tersendiri. Selain proteksi akibat gelombang ekstrim dan pasang surut, nyaris tidak tersedia struktur atau infrastruktur yang berkorelasi langsung dengan reduksi energi merusak gelombang tsunami di Indonesia.

Ia memfokuskan pada sisi struktural. Menurutnya kebutuhan terhadap mitigasi struktural perlu dijawab dengan analisis yang baik mengingat bentuk bangunan fisik yang terkait upaya mitigasi tsunami seringkali berukuran besar dan tentu saja berbiaya mahal.

Konsep yang ia paparkan sedikit berbeda dengan beberapa konsep mitigasi struktural berbagai sumber sebelumnya, yaitu pada penggunaan fungsi sekunder bangunan atau infrastruktur selain fungsi utamanya.

“Misalnya, jalan yang berfungsi utama sebagai infrastruktur transportasi dapat juga digunakan untuk mereduksi energi gelombang tsunami. Inilah konsep co-benefits of structure yang menurut pandangan saya lebih realistis diterapkan dalam konteks Indonesia yang daerahnya tidak memiliki kekuatan finansial cukup untuk membangun struktur-infrastruktur,” tuturnya dalam orasi ilmiah tersebut.

Ia juga memaparkan terkait penggunaan gedung evakuasi tsunami. Berdasarkan analisis terkait mitigasi bencana di Banda Aceh, hasil risetnya tedapat 114 unit bangunan di Banda Aceh yang menjadi rendaman gelombang tsunami seperti tahun 2004 lalu, berpotensi besar untuk bertahan. Bangunan tersebut di antaranya sekolah, masjid, hotel, gedung pertemuan dan sebagian kecil rumah warga.

Menurutnya, masjid merupakan satu di antara yang paling cocok digunakan sebagai bangunan evakuasi tsunami alternatif. Hal ini mengingat fungsi masjid yang dekat dengan keseharian warga Aceh. Namun tentu saja mengubah masjid sebagai titik evakuasi tsunami perlu didampingi dengan memastikan kekuatan struktur akibat gempa bumi, tingginya harus melampaui tinggi estimasi tsunami di titik tersebut, dan akses yang mudah bagi warga.

Contoh lain dari penerapan konsep co-benefits adalah pada modifikasi bentuk jalan dengan mengadopsi jalan tipe embankment/urugan.

“Studi kami untuk kasus di Banda Aceh Outer Ring-Road yang sejak lama sudah diusulkan menjadi salah satu solusi masalah transportasi Kota Banda Aceh,” sebutnya

Menurut Prof Syamsidik, ada banyak tipe bangunan infrastruktur yang dapat dijadikan dari upaya mitigasi tsunami dengan menerapkan co-benefits. Hal ini lanjutnya, menjadi PR untuk mitigasi tsunami ini perlu dilaksanakan bertahap, berkelanjutan dan dalam jangka panjang.

Dia menawarkan Suistainable disaster risk reduction sebagai bagian dari amanah kerangka kerja sendai untuk pengurangan risiko bencana (Sendai Framewoks for Disaster Risk Reduction/SFDRR).

“Ini menjadi hutang yang perlu dibayar oleh generasi ini, agar anak anak cucu tidak menjadi korban tsunami seperti halnya kehilangan yang pernah kita alami saat tsunami Aceh tahun 2004 lalu,” tuturnya

Prof Syamsidik melakukan penelitian fokus tsunami dan erosi pantai. Sejak September tahun 2021 ia juga menjabat sebagai ketua pada Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (Tsunami and Disaster Mitigation Research Center/TDMRC) Universitas Syiah Kuala.  Dia telah menyelesaikan ratusan jurnal dan karya ilmiah.

Prof Syamsidik lahir di Meulaboh, 25 Februari 1975. Guru Besar Fakultas Teknik USK ini telah menyelesaikan pendidikan Doctoral (S3) pada tahun 2009 di Coastal Engineering di Toyohashi University of Technology. Meraih S2 pada bidang Coastal Environmental Modelling di Universiti Sains Malaysia tahun 2004, dan S1 pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala pada tahun 1998. (Cut Nauval d)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER