“Mualam dari Panglima Perang, kini menjadi Panglima Pembangunan”
Jakarta (Waspada Aceh) – Gubernur Aceh Muzakir Manaf disebut-sebut sebagai salah satu anak ideologis deklarator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Hasan Tiro.
Mualem dan sekitar 900 pemuda Aceh menerima langsung doktrin yang disampaikan proklamator Aceh Merdeka di Kamp Tazura Libya pada era 1980-an.
Selama berbulan-bulan, ratusan generasi nanggroe mengikuti pelatihan militer pada pagi hari, dan pada malamnya Hasan Tiro mengisi anak-anak ideologis dengan narasi etnonasionalisme Aceh.
“Tentu Mualem dan ratusan eks Libya masih ingat dengan materi pelatihan yang disampaikan oleh Paduka Njang Mulia Hasan Tiro. Semangatlah yang memompa nadi bergejolak untuk membawa rakyat Aceh dari kehidupan dhuafa mental dan dhuafa harta ke alam kemakmuran,” kata Murizal Hamzah di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Murizal Hamzah adalah penulis buku biografi Hasan Tiro berjudul; Jalan Panjang Menuju Damai Aceh, dengan editor Dr. Tgk. M Adli Abdullah.
MH – sapaan akrab Murizal Hamzah, menyebutkan, dalam buku setebal 600 halaman tersebut, Mualem paham dengan semangat hidup Hasan Tiro seperti setia kawan, hidup sederhana, mencintai intelektual/pengetahuan, dan sebagainya.
Karena itu, duet mantan GAM yakni Mualem-Dek Fadh harus bisa mengantarkan rakyat Aceh ke gerbang kemakmuran. MH menyatakan pidato perdana Mualam di depan Mendagri Tito Karnavian patut diapresiasi. Bahwa Mualem-Dek Fadh akan menuntaskan kemiskinan di Aceh.
“Mualam dari Panglima Perang, kini menjadi Panglima Pembangunan. Pembangunan di Aceh harus merata. Semua wilayah Aceh harus mendapat perhatian yang sama,” kata MH.
Menurutnya, wilayah yang memilih Mualem atau bukan, ini sudah berakhir. Semua yang berkomitman membangun Aceh, harus didukung. Sedangkan yang mau jual kekayaan Aceh untuk kepentingan pribadi, harus disadarkan,” ungkap MH yang juga penulis buku biografi Gubernur Aceh Zaini Abdullah atau Abu Doto. Mualem menjabat Wagub Aceh di era Gubernur Abu Doto.
MH menyatakan sudah takdir bahwa Mualem sebagai Gubernur Aceh ke-31 bersamaan dengan 10 Tahun Perdamaian Aceh dan 100 Tahun Hasan Tiro.
Editor buku “Intel Juga Manusia” ini menguraikan salah satu cara mewariskan semangat Hasan Tiro, yakni menyosialisasikan pemikiran Hasan Tiro.
Untuk itu, dalam rangka mengenang 100 Tahun Hasan Tiro adalah momentaum bagi Mualem-Dek Fadh, ketua DPR Aceh serta 5,3 juta rakyat Aceh dalam semangat membangun Aceh yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr.
Berbagai cara bisa diadakan pada September 2025, seperti lomba meresensi buku-buku karya Hasan Tiro, menulis puisi bertema Hasan Tiro, dan lain-lain. Hasan Tiro adalah juga seniman, sutradara, intelektual, politikus, dan diplomat yang pernah berkarir di Kedubes RI New York.
“Generasi Aceh yang tidak mengalami konflik dan tsunami perlu dibahani info dari konflik hingga bencana tsunami 2004. Karena itu, perlu ada aksi membangun kembali Aceh dengan semangat bersama,” tambah MH.
“Yang sukses di luar Aceh, tanam uang dan ajak pengusaha bangun perkebunan, industri dan lain-lain di Aceh,” pungkas alumni Jurnalis Investigasi di Boston Amerika ini. (*)