Jakarta — Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya KH Solahuddin Wahid. Gus Sholah, begitu almarhum lebih dikenal, adalah tokoh pluralis sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang.
Menurut Moeldoko, bangsa Indonesia kehilangan figur ulama yang menjadi pemersatu bangsa. “Kita kehilangan ulama yang moderat dan berdiri di atas semua golongan dalam bangsa yang majemuk ini,” tegas Moeldoko.
Mendampingi Presiden Joko Widodo, Moeldoko turut hadir melayat di kediaman Gus Sholah di Mampang, Jakarta Selatan. Usai disemayamkan, jenazah dimakamkan di pemakaman keluarga, Kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada Senin sore (3/2/2020). Ribuan pelayat hadir dalam pemakaman tersebut.
Moeldoko mengenang Gus Sholah sebagai figur yang bisa menjadi pengayom umat dan perekat bangsa. Dia juga mendoakan almarhum mendapat tempat terbaik serta keluarga yang ditinggalkan ikhlas. “Insya Allah beliau Husnul Khotimah,” ujar Dr. Moeldoko.
Komitmen Gus Sholah terhadap persatuan Indonesia juga menjadi hal yang patut diteladani. Menjelang peringatan 74 tahun Indonesia Merdeka pada 2019 lalu, Gus Sholah hadir dalam acara Zikir Kebangsaan yang digelar di halaman Istana Merdeka Jakarta. Acara ini menurut Moeldoko digelar untuk kembali merekatkan semua elemen bangsa setelah kontestasi Pilpres beberapa bulan sebelumnya.
“Sebagai guru bangsa, kehadirannya bermakna penting bagi persatuan Indonesia,” ujar Moeldoko.
Gus Sholah meninggal di usia 77 tahun setelah mengalami komplikasi jantung. Gus Sholah meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak. Pada tahun 1968, Gus Sholah menikahi Farida, putri mantan Menteri Agama Syaifudin Zuhri. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak yakni Irfan Asy’ari Sudirman (Ipang Wahid), Iqbal Billy, dan Arina Saraswati.
Adik dari Presiden RI ke-4 Abdurahman Wahid ini dikenal sebagai ulama, aktivis HAM dan memiliki rekam jejak yang panjang dalam berbagai organisasi. Sejak kuliah di ITB, Gus Sholah dikenal aktif sebagai tokoh gerakan mahasiswa. Usai lulus kuliah, Gus Solah menjadi profesional konsultan teknik.
Selain aktif dalam sejumlah yayasan keagamaan, Gus Sholah juga pernah menjabat Wakil Ketua Komnas HAM pada 2002. Selain dikenal sebagai aktivis HAM, Gus Sholah juga pernah menjadi anggota MPR pada 1998. Pada 2004, saat pemilu presiden untuk pertama kalinya dilakukan secara langsung, Gus Sholah dicalonkan sebagai Calon Wakil Presiden.
Semasa hidupnya, Gus Sholah juga dikenal sebagai pegiat literasi. Bahkan menjelang akhir hayatnya, Gus Sholah sempat menulis artikel yang berjudul Refleksi 94 Tahun NU. Menurut istri Gus Sholah, Nyai Farida, tulisan tersebut ditulis untuk memperingati hari lahir Nahdlatul Ulama pada bulan Januari 2020 lalu. (Ris)