Sabtu, Juli 27, 2024
Google search engine
BerandaTulisan FeatureMerawat Toleransi, Begini Perayaan Shitirai Maha Puja Umat Hindu Tamil di Bumi...

Merawat Toleransi, Begini Perayaan Shitirai Maha Puja Umat Hindu Tamil di Bumi Serambi Mekkah

Sebelum besi-besi menusuk tubuh mereka, air suci dengan ramuan khusus dipercikkan ke seluruh tubuh dua pria.

Banda Aceh, sering disebut sebagai Serambi Mekkah, kota yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun demikian, di tengah kota yang penuh nuansa Islami tersebut, terdapat komunitas kecil umat Hindu Tamil yang dengan khidmat melaksanakan ritual keagamaannya.

Sithirai Maha Puja merupakan ritual ibadah sebagai ungkapan syukur kepada Dewa Murugan, yang biasanya diperingati pada bulan April sesuai dengan kalender India.

Sabtu malam (29/4/2023), di mana para jemaat Hindu melakukan ritual peribadatan dan memanjatkan doa di hadapan Arca Dewa Muruga di Kuil Palani Andawer yang telah berdiri sejak tahun 1934. Kuil ini berlokasi di Gampong Keudah, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh.

Dalam kuil seluas 12×5 meter tersebut, doa dan asap pembakaran dupa mengisi udara memancarkan semerbak aroma yang menusuk hidung. Suara tabuhan gendang dan lonceng terdengar menggema.

Tak lama kemudian, belasan pemuda mengangkat patung Dewa Muruga keluar dari kuil dan mengaraknya di atas kencana yang dihiasi ornamen khas India. Ratusan masyarakat pun menyambut antusias, dan mereka larut riang dalam suasana perayaan.

Pada perayaan itu, perempuan dan laki-laki tidak menggunakan alas kaki berjalan, ada yang memecahkan buah kelapa muda dan menari di tengah jalan sesuai irama tabuhan gendang yang mengiringi. Meskipun agama yang dianut berbeda, toleransi dan kebersamaan tetap terjaga, dan warga Aceh juga ikut menyaksikan prosesi tersebut.

Mereka mengarak patung mulai dari depan kuil di Jalan Teungk Dianjung, Keudah, menuju Jl Cut Mutia, memasuki Jalan Teratai Kampung Baru, kemudian ke Jalan Malem Dagang, dan kembali ke kuil.

Saat acara pembukaan, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Banda Aceh, Abdul Syukur, menyampaikan sambutan yang menegaskan meskipun akidah berbeda, jaminan kebersamaan tetap terjaga. Ia juga mengatakan bahwa Aceh merupakan daerah yang aman dan nyaman, sehingga toleransi antar umat beragama tetap terjaga.

Perayaan kali ini juga menarik perhatian banyak umat Hindu dari Sumatera Utara yang penasaran ingin melihat perayaan di kota yang terkenal dengan syariat Islam dan mayoritas umat Islam.

Salah satu umat Hindu yang hadir, Gita, 45 tahun, ia datang bersama rombongan keluarganya dari Medan. Mereka telah tiba sejak hari Jumat (28/4/2023). Gita mengatakan bahwa perayaan kali ini sangat meriah, dan ia terkesan dengan toleransi yang sangat tinggi di Aceh.

“Ternyata setelah sampai ke Aceh, Saya pun tidak menyangka meski mayoritas muslim, warga di sini turut ikut antusias melihat perayaan Shitirai Maha Puja ini, bahkan juga mendukung dan ikut menyaksikan kegiatan kami,” tuturnya.

Selain itu, pada keesokan harinya, Minggu (30/4/2023), umat Hindu di Aceh berjalan menuju bantaran krueng Aceh, Ada beberapa pria bertelanjang dada yang menarik perhatian pengunjung.

Sebelum besi-besi menusuk tubuh mereka, air suci dengan ramuan khusus dipercikkan ke seluruh tubuh dua pria. Mereka yang memasuki ritual ini merupakan orang-orang yang bernazar pada perayaan Shitirai Maha Puja, di mana umat Hindu etnis Tamil percaya bahwa itu akan membawa berkah dan permintaan mereka akan dikabulkan oleh Dewa.

Setelah persiapan selesai, besi sepanjang 20 cm menusuk ke lidah pria itu hingga tembus. Meski raut wajah nya seakan mengerang kesakitan, tidak ada setetes darah yang tumpah. Tak lama kemudian, peserta ritual diarak menuju kuil Palani Andawer dengan penuh semangat dan rasa hormat kepada Dewa.

Keberagaman Beragama di Aceh

Di tengah mayoritas umat Muslim di Banda Aceh, umat Hindu keturunan Tamil hidup dengan damai dan merayakan ritual agama mereka dengan bebas. Meskipun hanya berjumlah sekitar 5 KK, umat Hindu ini merasakan dukungan dan antusiasme dari masyarakat sekitar, yang mayoritas beragama Islam.

Pada perayaan tahunan Shitirai Maha Puja, warga setempat tidak hanya menyaksikan, tetapi juga turut membantu persiapan kegiatan tersebut, bahkan antusias menyaksikan kegiatan tersebut.

Bahkan, beberapa orang mengabadikan momen tersebut dengan menggunakan handphone. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi antar umat beragama terjalin dengan baik di Banda Aceh, dan umat Hindu dianggap sebagai bagian dari keluarga oleh warga muslim di kampung Keudah.

Abdullah, seorang warga Kampung Keudah, dengan penuh antusias menyaksikan ritual tusuk diri umat Hindu keturunan Tamil meskipun cuaca terik. Ia datang bersama anaknya dan bergabung dengan puluhan warga lain yang ikut meramaikan acara tersebut.

“Saya melihat ini sebagai sebuah kebudayaan yang menarik. Sehari-hari kita hidup berdampingan dengan baik dengan mereka,” kata Abdullah.

Tak hanya itu, warga Kampung Keudah yang mayoritas muslim ini juga menganggap umat Hindu keturunan Tamil sebagai bagian dari keluarga. Mereka memang sudah paham betul tentang arti toleransi.

Menurut Abdullah, meski ritual keagamaan tersebut diarak keliling kampung, ia tidak pernah merasa risau. Baginya, saling menghargai dan toleransi merupakan kunci utama untuk menjaga kerukunan antara sesama warga di kampung tersebut.

“Saya merasa tidak masalah. Mereka selalu memberhentikan ritualnya ketika terdengar suara azan. Kami saling menghormati dan tidak ada kendala yang berarti,” tuturnya.

R. Mahendra Mohan Chettiar, selaku humas di kuil tersebut mengatakan bahwa ritual Sithirai Maha Puja selama tiga tahun tidak digelar akibat pandemi COVID-19. Namun, digelarnya perayaan tersebut kembali tahun ini menjadi bukti bahwa umat Hindu Tamil di Aceh juga masih teguh mempertahankan tradisi keagamaannya.

“ini salah satu Anugerah dari yang Maha kuasa, saya kira yang ikut kegiatan ini hanya umat hindu, ternyata hampir seluruh warga Banda Aceh ikut antusias menyaksikan kegiatan ini,” kata Mohan.

Mohan juga menyampaikan mengutip aya dalam kitab Weda yaitu “Basudewa Kutum Bakam”, yang artinya bahwa kita semua adalah bersaudara.

Tak hanya itu, atraksi barongsai turut memeriahkan perayaan tersebut. Dalam keragaman agama yang hidup berdampingan, perayaan Sithirai Maha Puja menjadi simbol kebersamaan dan kerukunan antarumat beragama di Aceh. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER