Jumat, Mei 3, 2024
Google search engine
BerandaLockdown India Berujung Kekacauan

Lockdown India Berujung Kekacauan

New Delhi — Perdana menteri India telah meminta maaf atas kebijakan negaranya yang telah memberlakukan lockdown sejak Selasa (24/3/2020), sehingga mengakibatkan jutaan orang miskin mengalami masalah sosial dan ekonomi.

Kritik terhadap pemerintahan PM Narendra Modi meningkat tajam, karena kurangnya perencanaan menjelang penutupan negara itu sebagai akibat Coronavirus atau COVID-19, dengan pemberitahuan kurang dari empat jam.

Sekitar 1,3 miliar penduduk India kehilangan pekerjaan dan menderita kelaparan. Puluhan ribu buruh migran terpaksa berjalan ratusan kilometer untuk kembali ke desa asal mereka.

Dalam pidato radio mingguannya, PM Narendra Modi meminta maaf atas dampak dari tindakan ketat yang mengharuskan penduduk tinggal di dalam rumah. Namun dia mengatakan tidak ada cara lain untuk menghentikan penyebaran virus Corona yang sangat cepat tersebut.

“Terutama ketika saya melihat saudara-saudari saya yang malang, saya merasa bahwa mereka pasti berpikir, perdana menteri seperti apa yang telah menempatkan kami dalam kesulitan ini? Saya meminta pengampunan mereka,” kata PM Narendra Modi, sebagaimana dikutip dari laman bbc.com.

“Mungkin banyak yang akan marah kepada saya karena mengurung mereka di dalam rumah.”

“Saya mengerti masalahmu tetapi tidak ada cara lain untuk berperang melawan virus Corona … Itu adalah pertempuran hidup dan mati dan kita harus memenangkannya,” lanjut Narendra Modi.

Sementara itu, laporan-laporan lain menyebutkan, empat orang migran tewas pada Sabtu (28/3/2020), ketika sebuah truk menabrak mereka di negara bagian barat Maharashtra, India.

“Kami akan mati karena berjalan dan kelaparan, sebelum terbunuh Corona,” kata seorang pekerja migran, Madhav Raj, 28, saat berjalan di Uttar Pradesh.

Hingga Minggu (29/3/2020), total kasus positif COVID-19 di India mencapai angka 979, dengan 25 kasus kematian.

Meski sebagian besar ahli sepakat bahwa India butuh lockdown untuk mengurangi meluasnya wabah COVID-19, namun dampak ekonomi yang timbul malah memantik kemarahan warga miskin di negara tersebut. (**)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER