Jantho (Waspada Aceh) – Anggota Komisi II DPRK Aceh Besar Yusran Yunus mengatakan, lahan pertanian di beberapa kawasan di kabupaten tersebut mengalami kekeringan. Padahal 80 persen mata pencaharian masyarakat di Aceh Besar selama ini tergantung dari hasil pertaniannya.
“Para petani sawah kekurangan air. Bahkan debit air sungai juga menyusut saat terjadi musim kemarau. Hal itu menjadi kendala petani untuk bercocok-tanam,” kata Yusran Yunus dalam wawancara khusus dengan Waspadaaceh.com, Senin (19/4/2021).
Sektor pertanian di Aceh Besar, kata dia, dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Namun hingga kini, katanya, para petani memiliki kendala dalam bercocok tanam, yaitu kekurangan air.
Dia mengatakan, akibat lahan yang kering berkepanjangan, akan berdampak buruk bagi sektor pertanian, khususnya tanaman padi. Tanpa air yang cukup, kata Yusran Yunus, sawah akan segera mengering dan petani bisa mengalami gagal panen.
“Kendala saat ini bagi para petani, yaitu air. Sumber air saat ini sudah sangat menipis,” lanjut politisi Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut.
Anggota Komisi II DPRK Aceh Besar ini menambahkan, saat kemarau tiba, debit air di sungai yang dapat dialirkan ke sawah pun menurun drastis. Meskipun terdapat irigasi pada lokasi lahan tersebut, tapi air tetap tidak bisa mengalir ke sawah karena debitnya kecil.
Yusran Yunus jmencontohkan kolam pemandian Mata Ie di Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, yang pernah mengalami kekeringan dua tahun terakhir.
Penebangan Hutan
Ketua Fraksi PAN DPRK Aceh Besar ini mengatakan, kekeringan yang terjadi sebagai akibat adanya penebangan hutan secara liar. Maraknya penebangan hutan ini menyebabkan tidak adanya daya penyerap air karena akar-akar pepohonan di hutan tersebut sudah mati atau tidak berfungsi.
Sebaliknya, bila musim hujan, maka kawasan pertanian tersebut menjadi banjir. “Hutan-hutan sudah gundul karena penebangan liar. Jadi bila tidak ada hujan, lahan jadi kering, dan kalau hujan, datang pula banjir. Karena tidak ada lagi penahan air di hutan,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Yusran Yunus mengimbau, semua elemen, baik pemerintah maupun masyarakat, agar berperan serta melindungi hutan dan mencegah adanya penebangan liar.
Selain itu, sambungnya, untuk menghadapi kondisi kekeringan tersebut dan menghindari kekosongan aktivitas bertani, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian. Dinas Pertanian, kata Yusran Yunus, harus mendorong petani agar melakukan diversifikasi jenis pertaniannya.
“Bila tidak bisa menanam padi, karena sawahnya kering, petani bisa menanam palawija, seperti jagung, kedelai, kacang tanah, dan jenis lainnya. Bila sudah masuk musim penghujan, bisa kembali menanam padi. Jadi dengan demikian, pada saat kekurangan air mau pun saat cukup air, petani tetap produktif,” lanjut Yusran Yunus.
Yusran Yunus menyebutkan, sebaiknya Dinas Pertanian mengatur periode tanam padi. Di daerah yang kesulitan air, mereka bisa menanam jenis palawija. Seperti di daerah Indrapuri, kita tanam padi, saat air mencukupi. Jika musim kering di daerah Kuta Baro dan Blang Bintang, bisa ditanami jenis palawija. Sehingga petani bisa tetap punya penghasilan,” ucap Yusran Yunus. (Cut Nauval Dafistri)