Selasa, Maret 19, 2024
Google search engine
BerandaEditorialKran Tanpa Air

Kran Tanpa Air

“Setiap hari dia harus mengisi bak di kamar mandinya dengan air isi ulang hingga 10 galon. Harga pergalonnya Rp5.000, jadi dia harus mengeluarkan anggaran Rp50.000/hari, hanya untuk kebutuhan mandi, berwudhu dan mencuci pakaian”

Idawati, warga yang tinggal di sekitar Kampung Mulia, Kota Banda Aceh, tampak keluar-masuk rumahnya, dengan raut wajah kesal. Sebentar dia melihat bak air di kamar mandinya yang masih kosong. Beberapa kali dia keluar lagi ke depan rumahnya melihat ke arah meteran air PDAM.

“Sudah dua minggu ini saya tak mendapatkan suplai air. Biasanya kalau malam hari, air masih bisa kita dapatkan. Tapi sekarang, mau siang, malam atau dinihari, kran air tetap kosong. Gak ada airnya,” ujarnya kesal.

Idawati tidak sendiri mengalami kesulitan air. Abdul, penghuni sebuah rumah di Jalan Laksamana Banda Aceh, juga mengalami kejadian yang sama. Dia pada pagi subuh, terpaksa harus lari ke kantornya di Peunayong, untuk mandi dan berwudhu. Sudah dua minggu ini, suplai air bersih dari PDAM terhenti.

Lain pula dengan Rahmad. Sejak seminggu lalu dia menjadi pelanggan setia penyediaan air isi ulang. Setiap hari dia harus mengisi bak di kamar mandinya dengan air isi ulang hingga 10 galon. Harga pergalonnya Rp5.000, jadi dia harus mengeluarkan anggaran Rp50.000/hari, hanya untuk kebutuhan mandi, berwudhu dan mencuci pakaian.

“Bagaimana lagi, sudah lebih seminggu ini air PAM gak menetes. Kita tiap hari membutuhkan air. Sudah berkali-kali menghubungi pihak PDAM, tapi yah kita tunggu sampai sekarang belum juga ada air,” katanya.

Warga di Kota Banda Aceh dan di sekitar Aceh Besar, dalam beberapa minggu terakhir memang mengeluh akibat terhambatnya suplai air bersih dari PDAM. Selama ini ada dua perusahaan air minum yang melayani masyarakat di sekitar Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Ada PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirta Daroy milik Kota Banda Aceh, dan PDAM Tirta Montala milik Aceh Besar.

Pihak PDAM Tirta Montala menyebutkan, terhambatnya suplai air bersih ke para pelanggan akibat sumber mata air di kawasan Mata Ie, Darul Imarah, Aceh Besar, mengalami kekeringan. Kekeringan itu akibat musim kemarau, ditambah lagi dengan banyaknya penebangan liar.

Begitu juga alasan yang disampaikan PDAM Tirta Daroy Banda Aceh, terhambatnya suplai air bersih, sebagai akibat menipisnya ketersediaan  air baku setelah wilayah ini mengalami musim kemarau.

Tapi tetap saja ada pertanyaan, apakah kedua perusahaan ini tidak memiliki sistem cadangan air bersih? Tentu ini menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/ Pemerintah Kota, untuk menjawabnya.

Tapi di beberapa daerah, pemerintah setempat memang sudah memiliki waduk persediaan air sebagai cadangan air baku, contohnya di Batam dan beberapa kota lain. Ini akan dimanfaatkan saat terjadi musim kemarau, ketika sumber air baku utama mengalami kekeringan, sehingga ada cadangan air lain yang bisa diandalkan. Dengan demikian PDAM masih bisa menyuplai kebutuhan air bersih warganya.

Misalnya di Palembang. Pemko Palembang telah mencanangkan waduk seluas 100 hektare, sebagai lokasi cadangan bahan baku air bersih bagi PDAM Tirta Musi. Selama ini air baku perusahaan air bersih ini berasal dari Sungai Musi yang membelah kota, sehingga bila terjadi kemarau panjang, suplai air kepada warganya ikut terganggu. Tapi dengan adanya waduk cadangan air, maka suplai air kepada masyarakat bisa terjaga dan tetap lancar.

Penyediaan air bersih bagi warga sebenarnya menjadi tanggungjawab pemerintah daerah atau pemerintah kabupaten/kota. Sebagaimana amanat Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, disebutkan di situ bahwa pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan sistem penyediaan air minum di wilayahnya masing-masing.

Semoga saja krisis air yang terjadi sekarang ini menjadi titik tolak bagi pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh, untuk merencanakan suatu kerja besar, dalam membangun sistem cadangan air bersih yang bisa diandalkan. Terlebih Kota Banda Aceh, tentu Wali Kota Aminullah Usman, akan mencari solusi untuk membangun serta memperkuat ketahanan persediaan air bersih bagi warga di kota “Serambi Mekah” ini.

Harapnnya tentu agar suplai air bersih yang sudah menjadi kebutuhan primer warganya bisa tetap lancar tanpa terputus. Kran yang sekarang tanpa air, di kemudian hari bisa tetap mengalirkan air bersih ke bak-bak  penampungan air di rumah warga. Semoga. (*)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments