Kamis, Januari 23, 2025
spot_img
BerandaKulinerKanji Rumbi, Selalu Hadir di Bulan Ramadhan

Kanji Rumbi, Selalu Hadir di Bulan Ramadhan

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Hampir setiap bulan Ramadhan di Masjid Alfurqan Beurawe, Banda Aceh, selalu ramai usai shalat Ashar. Warga mengantri rapi dengan membawa mangkuk kecil sebagai wadah untuk mengambil makanan khas Ramadhan di tempat itu.

Dua belanga besar berisikan Kanji Rumbi (sejenis bubur) selalu siap tepat waktu, yaitu sebelum memasuki shalat Ashar. Menu makanan ini memang sengaja dimasak oleh panitia masjid untuk dibagikan ke masyarakat dengan gratis. Sementara satu belanga dikhususkan bagi mereka yang ingin berbuka puasa di masjid itu.

Sekilas tampilannya mirip bubur ayam. Ia memiliki tekstur lembut dan sama-sama diolah dari beras. Namun, menu makanan ini bukan bubur ayam. Melainkan kanji rumbi, yang hanya dibuat dan disajikan saat Ramadhan.

Bubur itu diracik bersama rempah-rempah. Selain rasanya lezat, konon punya khasiat untuk kesehatan. Ada pun bahan dasar kanji rumbi ini antara lain, beras, wortel, daun sop, daging atau udang. Sementara bumbunya khusus yang diracik dari lada, lengkuas dan bahan lainnya.

Sang koki kanji rumbi, Budi Dharma mengatakan, untuk menambah cita rasa, ia memasukkan daging atau udang yang dipotong kecil-kecil, ditambah rempah-rempah. Semua bahan itu diaduk hingga rata. Hingga menimbulkan aroma rempah yang khas dan terasa.

“Sedangkan olahan bumbunya kita buat khusus,” sebutnya kepada Waspadaaceh.com di Masjid Alfurqan Beurawe, Banda Aceh, pada Sabtu (19/5/2018).

Di Banda Aceh, beberapa masjid masih menyediakan kanji rumbi untuk masyarakat berbuka puasa. Namun di Masjid Alfurqan sudah menjadi tradisi turun temurun.

“Ini sudah tradisi jika memasuki bulan Ramadhan kita ada masak kanji rumbi dan dibagikan ke masyarakat sekitar,” kata Abdul Wahab sebagai Tuha Peut Desa Beurawe yang juga panitia pelaksana kanji rumbi.

Setiap hari ada dua belanga besar yang di masak sesudah menunaikan shalat Dzuhur. Bubur Kanji tersebut selalu diaduk selama tiga jam agar matangnya bisa merata.

Abdul Wahab mengatakan, untuk satu belanga besar, pihak panitia menghabiskan dana sebesar Rp700 ribu. Setiap hari mereka memasaknya dua belanga dengan total biaya belanja Rp1,4 juta. Untuk 30 hari dibutuhkan dana Rp42 juta dalam kegiatan itu.

Soal pendanaan, semua masyarakat mendukung tradisi itu. Mereka tak keberatan untuk menyumbang. Intinya, kata Abdul, bagaimana warga bisa melestarikan tradisi yang sudah dilakukan sejak zaman dulu. “Ini juga menpererat dan menjaga silaturahmi antar warga,” ucapnya.

Pantauan Waspadaaceh.com, sebelum memasuki shalat Ashar, warga berbondong-bondong datang ke belakang Masjid Alfurqan, tempat di mana kanji rumba dimasak. Umumnya, mereka membawa mangkuk sebagai tempat kanji rumbi untuk dibawa pulang sebagai menu berbuka puasa.(cdr)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER