Banda Aceh (Waspada Aceh) – Pengusaha tahu dan tempe kini menghadapi dilema di tengah pandemi COVID-19. Masalahnya sejak pandemi, harga kedelai meroket, sehingga para pelaku industri tahu tempe banyak yang mengurangi produksinya. Bahkan ada yang menghentikan produksinya, sebaian yang lain tetap bertahan.
Salah satu pabrik industri tahu di daerah Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh, salah satu industri yang tetap bertahan, bankan kini omzetnya terus meningkat di masa pandemi ini.
Produk tahu ini menggunakan merek Tahu Mawar, yang telah berdiri sejak tahun 1993. Pemiliknya Sulaiman, dia mendirikan rumah produksi tahunya di atas tanah seluas 6 x 4 Meter, berlokasi di Punge, Banda Aceh.
Kepada Waspadaaceh.com, Rabu (08/09/2021), Sulaiman mengatakan, selama pandemi ini penjualan tahunya justru meningkat.
“Semenjak pandemi ini ya penjualan meningkat, Banyak pedagang di pasar-pasar meminta tahunya karena peminatnya banyak,” ujarnya.
Sulaiman juga mengatakan, dia mengambil bahan bakunya, yakni kacang kedelai di Gampong Lam Ara.
Sulaiman menjelaskan, cara membuat tahu ini, pertama kacang kedelai direndam. Setelah perendaman selesai, kacang kedelai digiling halus dan dimasak sampai mendidih. Kemudian disaring untuk diambil sarinya (susu).
Tahap berikutnya susu kedelai dipermentasi menggunakan ragi tahu, selanjutnya dicetak menggunakan papan cetakan dan kain kasa. Setelah semalaman, tahu sudah jadi, dipotong-potong dan siap dijual. (Rian)