Jumat, April 26, 2024
Google search engine
BerandaKulinerIe Bu Peudah, Kuliner Khas Aceh

Ie Bu Peudah, Kuliner Khas Aceh

Aceh Besar (Waspada Aceh) – Aceh memang terkenal dengan kuliner tradisionalnya yang lezat. Daerah yang dijuluki Serambi Makkah ini memiliki keunikan tersendiri dalam hal makanan sehingga memberi kesan tak terlupakan kepada para tamu yang berkunjung.

Banyak makanan tradisional yang hanya muncul di waktu tertentu saja, misalnya pada bulan Ramadhan. Makanan yang tidak terlihat di hari biasa, pada Ramadhan dengan mudah kita dapatkan. Sebut saja Sambai Oen Peugaga, Kanji Rumbi dan Ie Bu Peudah.

Tiga jenis makanan itu sangat khas dalam bulan suci Ramadhan. Tak berlebihan jika budaya Aceh menyatu dengan kulinernya yang bermacam-macam. Seperti Ie Bu Peudah yang hanya ada di bulan Ramadhan. Makanan ini disebut sebagai perekat silaturahmi sesama masyarakat.

Makanan khas Aceh Besar ini sudah turun temurun dan dilestarikan di setiap desa/gampong. Kegiatan memasak ie bu peudah biasanya dilakukan di masjid lalu dibagikan ke masyarakat. Tak ketinggalan, budaya gotong royong menjadi kunci dalam memasak ie bu peudah.

Seperti warga Desa Bueng Bak Jok, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Setiap kali Ramadhan, Bubur khas Ramadhan itu rutin disediakan sebagai makanan berbuka warga desa.

Ie bu peudah adalah makanan sejenis bubur yang dimasak dari berbagai ramuan/rempah dan diolah dari 44 macam jenis dedaunan hutan, seperti daun peugaga, capa, oen tahe daun muling dan sebagainya. Tentunya daun yang digunakan masih muda. Namun seiring berkembangnya zaman, daun-daun yang digunakan itu sangat sulit untuk didapat.

Lalu ramuan itu dimasak dengan campuran lada, kunyit, lengkuas dan bawang putih. Adonan rempah itu kemudian dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut.

Rempah yang digunakan sebagai bumbu itu memang berasa sedikit pedas. Karena itu kemudian makanan ini disebut ie bu peudah, atau air nasi pedas.

Kepala Desa Bueng Bak Jok, Hafidh Maksum menceritakan, ie bu peudah salah satu makanan tradisi di Kabupaten Aceh Besar pada bulan Ramadhan dan sudah ada sejak zaman kerajaan Aceh.

“Tradisi ini sudah lama. Cuma hanya ada di bulan Ramadhan. Biasanya kita gunakan 44 dedaunan dalam campurannya. Makanan ini punya khasiat, bisa menghangatkan tubuh karena mengandung rempah-rempah,” kata Hafidh pada Waspadaaceh.com pekan lalu.

Makanan itu pun selalu dimasak setiap harinya selama Ramadhan. Kemudian dibagikan ke seluruh warga desa setempat yang jumlahnya sekitar 270 kepala keluarga.

Cara memasaknya pun bergantian. Jika perempuan menyiapkan bahannya, maka tugas pria ialah memasak dalam wajan berkukuran cukup besar.

“Yang memasaknya khusus pria, di halaman masjid, kalau wanita hanya menyiapkan bumbunya saja,” ucap Hafidh. Mereka memasak usai shalat dzuhur. Sesudah Ashar, ie bu peudah telah matang dan siap dibagikan ke ratusan masyarakat yang telah menunggu dengan membawa panci ukuran kecil sebagai wadahnya. (cdr)

BERITA TERKINI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER