Jakarta — Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau korban kerusuhan yang dibawa ke RS Tarakan. Dalam keterangannya, Anies mengatakan ada 6 korban meninggal dunia yang dibawa ke sejumlah rumah sakit.
“Korban sejauh ini ada 6 orang meninggal. Di RS Tarakan ada 2, kemudian di RS Pelni, kemudian di RS Budi Kemuliaan, RSCM, dan di RS Al Buntoharjo. Dan ini per jam 9 sekarang. Jadi kita-kita ada sekitar 200-an orang luka-luka per jam 9 ini dan ada sekitar 6 orang yang sudah tercatat meninggal,” kata Anies di lokasi, Rabu (22/5/2019).
Sebagaimana dilaporkan Kumparan.com, namun Anies enggan menjelaskan penyebab meninggalnya keenam korban tersebut. Sementara untuk biaya rumah sakit, Anies mengatakan Pemprov DKI siap menanggung seluruh biayanya.
” Jadi kebijakannya adalah bila memiliki BPJS, ditanggung BPJS. Bila tidak, maka Pemprov DKI akan menanggung biaya perawatan di RS. Dan kita didukung Pak Dirjen datang langsung yang juga mendukung, yang semua kita lakukan karena peristiwanya adalah peristiwa nasional. Lokasinya di ibu kota, di Jakarta, karena itu menjadi masalah yang kita hadapi di sini. Tapi ini sebuah masalah nasional maka dari tim Kemenkes sudah di sini. Bu Menteri lagi di Swiss,” tuturnya.
Sementara itu dilaporkan, kawasan Tanah Abang yang berdekatan dengan kantor Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) menjadi lokasi yang terdampak dalam kericuhan Selasa malam (21/5/2019) hingga Rabu pagi ini (22/5/2019).
Pihak Rumah Sakit Budi Kemuliaan membenarkan ada korban tewas akibat tertembak di depan Pasar Blok A Tanah Abang. Korban tewas itu bernama Farhan Syafero, 30, beralamat tinggal di Kampung Rawakalong, Kelurahan Grogol, Kota Depok.
Direktur RS Budi Kemuliaan Fahrul W Arbi mengatakan saat ini korban tewas tersebut sudah dibawa ke RSCM Cipto Mangunkusumo. Selain korban tewas, 17 orang lainnya dilaporkan mengalami luka tembak, dan mendapat perawatan medis.
Sebagaimana dilaporkan CNNIndonesia.com, massa di sekitar kantor Bawaslu yang berkumpul sejak Selasa siang membubarkan diri dengan tertib setelah mendapat imbauan dari aparat keamanan usai pelaksanaan shalat Tarawih.
Mobil komando utama massa aksi pun bergerak menuju timur melalui Jalan Wahid Hasyim. Kendati sempat ada provokasi oknum yang melempar benda keras ke barikade polisi, situasi tetap terkendali karena massa tidak bertindak lebih lanjut.
Pada pukul 20.55 WIB titik konsentrasi massa sudah menghilang dan hanya tersisa segelintir peserta yang masih bertahan.
Menjelang pukul 22.00 WIB petugas kepolisian satuan anti huru-hara membubarkan kerumunan massa yang kembali. Massa pun sempat berupaya merusak kawat berduri yang merupakan barikade ring satu di depan ke depan kantor Bawaslu. Selain itu massa juga turut memprovokasi aparat dengan yel-yel dan menyanyikan lagu dengan lirik menyindir.
Setelah sebelumnya sempat memecah kerumunan massa dengan bambu dan tameng, mobil meriam air, juga mobil pengurai massa, polisi kemudian mengamankan sejumlah orang.
Polisi juga sempat bertindak tegas dengan merangsek ke arah kerumunan massa. Beberapa orang lain kemudian diamankan dan dibawa ke dalam kantor Bawaslu.
Situasi tersebut memang sempat membuat konsentrasi massa terpecah ke arah Jalan Sabang, Jalan Wahid Hasyim dan ada pula yang tidak beranjak di depan Gedung Sarinah.
Malam kian larut, massa dan polisi masih terus bentrok. Upaya diskusi tokoh masyarakat dan perwakilan polisi tidak menemui titik temu.
Massa di Jalan Wahid Hasyim memilih tetap berada di sekitar depan Artotel pada pergantian hari Selasa ke Rabu. Polisi pun melontarkan gas air mata yang kemudian dibalas dengan batu dan benda lainnya.
Kerumunan mulai mundur setelah 40 personel bermotor turun ke jalan. Tetapi situasi tersebut tidak berjalan lama karena bentrok kembali terjadi di persimpangan Jalan Wahid Hasyim dan Jalan Mas Mansyur atau tepat berada di depan Blok A Tanah Abang. Kali ini gas air mata dari polisi berbalas batu dan mercon.
Sekitar pukul 02.00 WIB, massa masih melakukan perlawanan. Selama lebih kurang satu jam bentrok berlangsung sengit, polisi pun kemudian juga menggunakan mercon.
Di kawasan perbelanjaan terbesar di Jakarta tersebut juga sempat terlihat kepulan asap. Massa terlihat membakar benda-benda.
Kerusuhan tersebut belakangan menelan korban jiwa, seorang warga bernama Farhan Syafero, 30. Dia menjadi korban tewas akibat tertembak di depan Pasar Blok A Tanah Abang.
Direktur RS Budi Kemuliaan Fahrul W Arbi mengatakan, korban masih bernapas saat dilarikan ke rumah sakit. Kondisinya saat itu Fahrul tertembak di dada dengan peluru yang menembus ke belakang. Namun nyawanya tak tertolong setelah diresusitasi.
Mendekati waktu subuh aparat memutuskan mundur. Komandan mereka memberi perintah agar semua personel mundur ke depan kantor Bawaslu. Api yang sempat berkobar pun dipadamkan mobil meriam air dan pemadam kebakaran.
Setelah subuh, situasi mereda. Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum pun tampak mulai membersihkan area sekitar Tanah Abang dan Bawaslu yang dipenuhi pecahan kaca, bekas pecahan botol minuman.
Pihak Rumah Sakit Budi Kemuliaan menyebut korban tertembak akibat kerusuhan di sekitar Tanah Abang, Jakarta, semalam, tak cuma seorang. Total, ada 17 pasien yang diterima RS tersebut dengan luka tembak di betis, tangan, sendi bahu, dan bahkan sampai ada yang dikirim ke RS Tarakan karena perlu tindakan bedah. (CNNIndonesia.com/kumparan.com)