Kamis, September 19, 2024
BerandaAcehFWI: Proyek Biomassa, Janji Energi Terbarukan Tapi Berpotensi Merusak Lingkungan

FWI: Proyek Biomassa, Janji Energi Terbarukan Tapi Berpotensi Merusak Lingkungan

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Manajer Kampanye dan Advokasi Forest Watch Indonesia (FWI), Anggi Putra Prayoga, mengeritik target bauran energi terbarukan Indonesia yang dinilai tidak realistis.

Menurut Prayoga, pencapaian energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia masih sangat jauh dari target yang ditetapkan. Pada tahun 2023, realisasi EBT hanya mencapai 12,5 persen, jauh di bawah target 17,9 persen.

Pemerintah Indonesia berencana menurunkan target bauran energi terbarukan dari 23 persen pada tahun 2025 menjadi 19 hingga 22 persen, mengikuti perubahan dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) yang tengah dibahas.

“Di balik penurunan target ini, biomassa muncul sebagai salah satu prioritas utama untuk mencapai target yang lebih rendah,” tuturnya, Senin (28/7/2024).

Lanjutnya, dengan tren pertumbuhan yang sangat lambat 0,1 persen dari 2021 ke 2022 dan 0,2 persen dari 2022 ke 2023 Indonesia diperkirakan akan gagal mencapai target bauran energi 23 persen pada 2025.

Sebagai upaya untuk mengatasi kesenjangan ini, biomassa ditempatkan sebagai prioritas kedua setelah energi surya dalam RPP KEN. Biomassa, yang mencakup kayu, limbah pertanian, dan produk olahan kayu, dianggap sebagai alternatif energi terbarukan yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Namun  lanjutnya, ada kekhawatiran serius terkait dampak lingkungan dari proyek biomassa ini.

Potensi biomassa di Indonesia, yang berasal dari perkebunan kayu dan kelapa sawit, terlihat menggiurkan dengan luas areal yang sangat besar 5 juta hektar untuk hutan tanaman industri dan 15,3 juta hektar untuk kelapa sawit.

“Tapi, pemanfaatan biomassa secara masif dapat mendorong konversi lahan hutan yang lebih luas, meningkatkan deforestasi, dan memperburuk ketimpangan penguasaan lahan,” tuturnya.

Anggi mengatakan, pemerintah dan pemangku kepentingan perlu menimbang kembali kebijakan biomassa ini.

“Apakah benar-benar bisa menjadi solusi energi yang berkelanjutan? atau justru akan menambah masalah lingkungan yang sudah ada,” tuturnya. (*)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER