Banda Aceh (Waspada Aceh) – Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Gunawan Alza mengatakan, dari 23 kabupaten dan kota di Aceh, sekitar 18 wilayah mengalami interaksi negatif antara manusia dan satwa.
Lanjut Gunawan, interaksi negatif antara manusia dan satwa dilindungi paling banyak terjadi yakni antara gajah dan manusia.di Aceh terjadi hampir setiap hari, khususnya di wilayah Pidie.
“Bahkan, gajah bisa memasuki kawasan pemukiman mencapai 20 hingga 30 ekor,” jelasnya saat ditemui Waspadaaceh.com, Senin (24/7/2023).
Untuk mengatasi konflik ini, lanjut Gunawan, Pemerintah Aceh telah menetapkan 9 koridor satwa sebagai Kawasan Ekosistem Esensial Provinsi Aceh.
Tim patroli juga menemukan banyak jerat selama. Beberapa di antaranya dapat membahayakan satwa seperti gajah dan harimau.
BKSDA Aceh mengimbau masyarakat tidak memasang jerat maupun racun di kawasan hutan karena mengancam kelestarian satwa dilindungi.
“Jerat-jerat tersebut harus segera dihancurkan dan sosialisasi tentang bahaya jerat ini harus disampaikan kepada masyarakat,” jelasnya.
Pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka dapat mengetahui dan memahami langkah-langkah yang harus diambil saat berinteraksi dengan satwa liar.
Untuk mengantisipasi konflik lebih lanjut, pemasangan perangkat GPS telah dilakukan untuk memantau gerakan satwa, sehingga tindakan pencegahan dapat diambil ketika gajah mendekati pemukiman atau desa.
Selain itu pentingnya edukasi bagi petani
untuk menanam komoditas tanaman tertentu yang tidak disukai oleh gajah, seperti jeruk dan alpukat. Sementara tanaman seperti jagung, pinang, kelapa, dan padi merupakan taman yang disukai oleh gajah.
“Beberapa wilayah sudah menerapkan komoditas alternatif seperti di Bener Meriah, Pidie dan Aceh Jaya,” jelasnya. (*)
