Selasa, Desember 10, 2024
spot_img
BerandaAwas! KPPU Lagi Bidik Kenaikan Harga Kedelai

Awas! KPPU Lagi Bidik Kenaikan Harga Kedelai

Medan (Waspada Aceh) – Hati-hati, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Perwakilan I, saat ini sedang membidik kenaikan harga kedelai di pasaran yang dinilai sudah tidak wajar.

Sebagaimana dilaporkan, harga kedelai di Medan sekitarnya kini menyentuh angka Rp10.500 per Kilogram (Kg). Begitu juga di Aceh, harga kedelai melonjak sejak pandemi COVID-19. Untuk itu, jika nanti terbukti adanya permainan pasar dan persaingan usaha tidak sehat, maka KPPU akan menindak para importir dan distributor yang terlibat.

Kepala KPPU Perwakilan I, Ramli Simanjuntak kepada Waspadaaceh.com, Rabu (10/2/2021), menjelaskan bahwa saat ini harga kedelai masih menjadi atensi pihaknya. Saat ini KPPU masih memantau pasar terkait apakah ada tidaknya persaingan usaha tidak sehat.

“Kedelai ini oligopoli. Banyak importirnya, bukan cuma satu. Ya masih dilihat, masih tinggi harga dari negara asal atau produsen. Dan pasokan dari negara produsen (Amerika) berkurang. Saat ini lagi didalami oleh KPPU. Karena pasar kedelai ini kan oligopoli,” tegasnya.

Berita terkait: Harga Kedelai “Meroket” Hingga Rp10.500, UMKM Tahu Tempe di Medan Ancam Mogok

Sementara itu, Forda UKM Sumut menilai kenaikan harga kedelai yang memicu pelaku usaha tahu dan tempe mogok produksi di Medan, akan berdampak besar pada pelaku usaha kuliner dan masyarakat.

“Kasihan pengusaha tempe tahu yang umumnya mikro kecil, tidak bisa menaikkan harga tempe dan tahu, walau kedelai naik. Mereka bahkan rugi. Kalau rumah makan yang mengolah tempe dan tahu sebagai lauk, mungkin tidak bisa membeli dalam jumlah besar. Mereka juga tidak mungkin menaikkan harga jual makanannya. Yang bisa dilakukan hanya mengurangi jumlah pembelian saja,” kata Ketua Forda UKM Sumut, Sri Wahyuni Nukman, Rabu (10/2/2021), kepada Waspadaaceh.com.

Yuni sapaan akrabnya menjelaskan bahwa pelaku usaha yang paling terdampak adalah sektor kuliner. Apalagi, saat ini banyak pelaku usaha kuliner yang mengolah tahu menjadi menu utama dan spesial.

“Coba lihat pedagang tahu krispi, tahu balek, dan lainnya. Kemudian pedagang gorengan tahu isi sumedang, tahu goreng serta penjual pecal yang menggunkan tahu dan tempe. Ada juga pedagang bakso. Banyak terdampak, itu semua pelaku usaha mikro. Dampaknya sangat luas,” ujarnya.

Yuni mengatakan, nantinya tahu dan tempe akan menjadi sebuah produk mahal dan sulit didapat. Padahal, tahu dan tempe ini adalah makanan rakyat yang dikonsumsi hampir setiap hari oleh sebagian besar masyarakat.

“Kita berharap masalah ini jadi atensi pemerintah. Kedelai adalah produk pertanian yang harusnya mudah didapatkan di dalam negeri. Tidak harus impor hanya untuk kedelai berkualitas,” jelasnya. (sulaiman achmad)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER