Jumat, April 26, 2024
Google search engine
BerandaTulisan FeatureAkankah Gampong Jeumeurang Pidie Bisa Tenggelam?

Akankah Gampong Jeumeurang Pidie Bisa Tenggelam?

Sigli – Angin laut bertiup sepoi-sepoi pada tengah hari, Minggu (9/2/2020). Beberapa perempuan muda dan paruh baya duduk di atas balai-balai beratapkan daun rumbia, di pinggir pantau Jeumeurang.

Ditemani deburan ombak, sebagian kaum ibu itu menina-bobokan anak-anak mereka dalam ayunan. Syair—syair indah, berupa doa-doa suci, mengalun merdu dari sang ibu, yang membuat mata anak mereka redup kemudian lelap dalam ayunan.

Gampong (desa-red) Jeumeurang, Kecamatan Kembang Tanjong, Kabupaten Pidie, adalah salah satu gampong yang berlokasi di pinggir pantai. Desa ini terdampak tsunami pada 26 Desember 2004 silam. Juga pada saat gempa bumi meluluh-lantakan Pidie dan Pidie Jaya tahun 2016 silam.

Gampong nelayan ini hampir setiap tahun, menjadi sasaran gelombang laut raksasa pasang purnama. Akibat selalu menjadi sasaran bencana alam, luas gampong ini terus menyusut akibat tergerus gelombang laut Selat Malaka tersebut. Pantauan Waspada, terpaut 15 meter, jarak antara badan jalan gampong dengan bibir pantai tempat jatuhnya ombak.

Bahkan di beberapa titik lokasi, jarak jatuhnya ombak laut dengan rumah warga hanya terpaut enam meter. Kondisi ini tentu sangat membahayakan nyawa warga, dan mengancam harta banda mereka, terlebih pada saat tiba musim pasang purnama.

Keucik (kepala desa-red) Gampong Jeumeurang, M.Yahya Yusuf mengungkapkan, meskipun dihantui bahaya abrasi dan ombak laut raksasa yang sewaktu-waktu bisa datang menghatam rumah mereka, namun warganya yang berjumlah 800 jiwa dari 245 Kepala Keluarga (KK) tetap memilih bertahan hidup di Gampong Jeumeurang.

M.Yahya mengisahkan, akibat abrasi pantai yang terjadi hampir setiap tahun banyak rumah warga tenggelam.

Karena itu, M.Yahya sangat mengharapkan Pemerintah Provinsi Aceh bisa membantu mengatasi abrasi pantai yang makin menggila. Caranya dengan membangun batu pemecah ombak, panjangnya diperkirakan lima kilometer, mulai dari perbatasan Gampong Pasie Lhok sampai ke Gampong Jeumeurang.

Menurut dia, pasang purnama hampir setiap tahun melanda pesisir pantai Jeumeurang, warga sudah menganggap peristiwa tersebut sebagai hal yang biasa.

Meski demikian, lanjut M.Yahya, warga mengaku sudah lelah dengan adanya bencana itu. Mereka meminta ada solusi untuk mengatasi pasang purnama, salah satunya dengan membangun batu pemecah ombak di pesisir pantai.

Dia menilai, keberadaan pemecah ombak di pesisir pantai Gampong Jeumeurang memang sangat dibutuhkan karena kerap dilanda pasang purnama secara rutin. Selain selalu dilanda pasang purnama, desa itu juga rawan tergerus abrasi. Jika tidak segera ditanggulangi, maka akan berdampak luas terhadap pemukiman warga. (Boim)

BERITA TERKINI
- Advertisment -
Google search engine

BERITA POPULER