Pertemuan tim sepakbola Papua dengan Aceh di gelaran puncak Pekan Olahraga Nasional (PON) di Bumi Cendrawasih, dinilai sebagai ajang balas dendam 28 tahun silam. Ketika itu skuad Tim PON Aceh dilibas dengan skor telak 6-3.
Real final Aceh – Papua, setelah kedua tim paling timur dan paling barat di Indonesia ini sukses melewati fase berat, mulai penyisihan, enam besar hingga semifinal.
Tim Papua telah menunjukkan permainan terbaik sepanjang kompetisi sebelumnya di Stadion Mandala, Kota Jayapura.
Sedangkan tim Aceh melangkah ke final, setelah “berjibaku” mulai di lapangan Stadion Barnabas Youwe, Sentani, lalu lanjut ke Mandala, Kota Jayapura, di enam besar.
Barnabas dan Mandala juga mencatat, Aceh telah berhasil melewati rintangan yang berat dan menyesakkan dada, hingga bisa sampai ke final
Pasukan Fakri Husaini, kembali lagi ke Barnabas dalam persaingan semifinal melawan tim unggulan Jawa Timur.
Lapangan Barnabas Youwe base campnya Daponsoro, Sentani, menjadi saksi militannya tim Aceh memenangkan laga semifinal dengan Jawa Timur, skor 2 – 1.
Barnabas mencatat sejarah keberhasilan arsitek Fakhri Husaini (pelatih kepala), Muklis (asisten) dan Amiruddin (pelatih kiper) dan para pungawa Tanah Rencong Zul Azhar, Muzakir, Khairunnas, Riza Rizki, Yasvani, Reza Sandika, Rezal Mursalin, Teuku Muharir, T. Reza Pratama, Jamaluddin, M. Fahrizal, M. Fayrushi, Edi Tiadarma, M. Risky Yusuf Nst, Perda Rahman, Ridha Umami, Khairil Anwar, Akhirul Wadhan, Alvin Abdul Halim Nst melangkah ke final.
Laga final di Mandala, tentunya pertemuan permainan khas sepakbola Aceh dan Papua, sangat dinantikan para penggemar sikulit bundar yang menginginkan sajian terbaik. Tontonan yang menyenangkan di puncak multi even olahraga nasional empat tahunan di tanah air ini.
Menyenangkan
“Saya memang suka partai final bertemu Aceh dengan Papua,” ujar seorang penggemar dan pecinta sepakbola Papua warga Sentani, Kabupaten Jayapura, Kanius Enambere, kepada posaceh.com baru-baru ini.
Kanius yang masih tercatat sebagai pemain di klub Kenambaius, Sentani ini mengakui, dari awal memang sudah memprediksi dan menginginkan kedua tim dari Timur dan Barat Indonesia bermain di partai puncak PON XX di Tanah Papua.
“Semoga kedua tim dapat menyungguhkan permainan yang menarik dan menyenangkan serta menghibur,” ujarnya.
Menarik Simpati
Ketua Koordinator Kontingen Aceh Klaster Kota Jayapura, Teuku Rayuan Sukma, yang juga Wakil Ketua Umum III KONI Aceh berharap tim Aceh dapat menunjukkan permainan maksimal dan terbaik di pertandingan puncak ini. Mampu menarik dan mendapatkan simpati penonton, masyarakat Papua, panitia maupun perangkat pertandingan.
“Rendah hati dan bermain bagus, sehingga menarik simpati dan menang”, ujarnya.
Permainan Terbaik
Sementara itu, sang arsitek tim Aceh, Fakhri Husaini menyebutkan, para pemainnya telah menunjukkan usaha yang maksimal sehingga bisa sampai ke final. Untuk laga puncak menghadapi tuan rumah Papua, melakukan recovery (pemulihan) dan perbaikan yang cepat.
Ia mengatakan, dalam laga final para pemainnya sudah tentu akan menampilkan permainan terbaik.
Ia menyebutkan, Papua suatu tim favorit, bukan hanya karena punya pemain berkualitas, juga memiliki pelatih yang hebat dan dukungan penonton yang luar biasa.
“Bagi kami itu semua tidak masalah. Ini final, partai puncak. Kami sama seperti Papua. Aceh juga ingin membawa pulang medali emas,” kata mantan pelatih Timnas U-16 ini.
Pertanahan Kuat
Sementara itu, Pelatih Papua Eduard Ivakdalam mengakui Aceh mempunyai lini pertahanan yang kuat.
“Saya kira Aceh defend atau pertahanannya mungkin lebih kuat daripada Kaltim,” kata Eduard Ivakdalam, punggawa Tim Papua pada final dengan Aceh, PON di Jakarta 1993 ini, kepada wartawan usai timnya di semi final mengalahkan Kalimantan Timur di Stadion Mandala, Kota Jayapura.
Laga Papua dengan Aceh ini juga menjadi ulangan final sepakbola pada PON Jakarta 1993, ketika itu tim Papua menang 6 – 3.
Racikan terbaik yang dinantikan ini tentunya akan disajikan Eduard Ivakdalam dan Fakhri Husaini di Mandala.
Laga krusial ini menjadi sejarah, bertemunya tim dari paling timur dan barat Indonesia ini pada final PON XX di Tanah Papua, akan menjadi sajian menarik, menghibur dan menyenangkan.
Aceh Bakal Ulang Sejarah
Sementara itu, tokoh sepakbola Aceh, Zaini Yusuf yang akrab disapa Bang M ketika ditanya pendapatnya kepada Waspada sebelumnya menyatakan, final ini mengulang sejarah PON XIII 1993 tampil di final berhadapan Papua.
Menurut analisa mantan pemain PON 93 dan PSSB Bireun ini , kondisi pemain PON Aceh saat ini terus menunjukan grafik yang meningkat pesat dan dalam kondisi on fire. Setelah melibas Tim PON Sumut, dibabak Semi Final kemudian menggasak Tim PON Jatim dengan skor 2-1.
“Saya yakin coach fakhri husaini cs telah menemukan strategi jitu untuk menundukkan tim tuan rumah,” ungkap Bekas pemilik klub Aceh United tersebut.
Bang M, pangilan akrab Zaini Yusuf yang dipercaya sebagai Korwil Klaster Timika ini menaruh harap Tim PON Aceh bermain bagus dan mampu melakukan tekanan, terutama pada menit 15 pertama dan diupayakan bisa membobolkan gawang lawan.
” Kami dari Timika mengharapkan Tim PON Aceh mampu Menggasak Tuan Rumah,” harap Zaini Yusuf yang ketika itu salah satu skuad Tim PON Aceh bersama Irwansyah dan Tarmizi Rasyid, saat dikalahkan Irian Jaya, yang sekarang sebutannya Provinsi Papua.
Dia melanjutkan, bahwa moment final ini sebagai ajang balas dendam ajang PON 1993 di Jakarta silam. (Aldin Nainggolan)