Whoosh…Whoosh…Whoosh…Yes. Suara pramugari diikuti penumpang
dengan semangat…
Baru saja becakap-cakap sebentar, eit sudah sampai Padalarang—stasion terakhir KA Cepat, yang diberi nama Whoosh.
Seperti dikutip dari sejumlah media daring; Dari Halim ke Stasion Padalarang jarak tempuhnya sangat singkat: Sekelebatan—meminjam istilah Saldi Isra, Hakim MK, saat memutus perkara batas usia Capres/Cawapres itu.
Proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung ini mulanya diperkirakan menelan biaya Rp86,67 triliun. Tapi belakangan terjadi pembengkakan atau cost overrun (pembekakan biaya) hingga sekitar US$7,27 miliar, setara Rp112 triliun.
Komposisi pembiayaan proyek ini adalah 75% berasal dari pinjaman melalui China Development Bank (CDB) dan sisanya merupakan setoran modal dari konsorsium dua negara yaitu Indonesia-China.
Pembagiannya, konsorsium BUMN Indonesia menyumbang 60% dan 40% berasal dari konsorsium China.
Total pinjaman Indonesia ke China Development Bank (CDB) mencapai Rp8,3 triliun. Utang itu akan dipakai untuk pembiayaan pembengkakan biaya kereta cepat. Bunga yang ditawarkan oleh China adalah 3,4% per tahun dengan tenor selama 30 tahun.
Proyek ini juga telah mendapat suntikan APBN dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp7,3 triliun.
Para pengamat ekonomi menilai Indonesia bakal kesulitan membayar utang tersebut, karena prospek bisnis pengoperasian kereta cepat belum tentu menguntungkan, sehingga akhirnya mengandalkan APBN.
Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengatakan, penjaminan APBN bisa dilakukan. Itu tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2021 dan juga dalam aturan pelaksananya, yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2023.
Dalam perpres itu disebutkan jika terjadi pembengkakan biaya, pembiayaan dari APBN bisa berupa penyertaan modal negara dan/atau penjaminan kewajiban pimpinan konsorsium BUMN, dalam hal ini PT Kereta Api Indonesia (PT KAI).
Kereta Cepat Jakarta Bandung ini, sebenarnya gagasan awal dirancang sejak zaman Presiden SBY. Awalnya investor proyek ini Jepang. Tapi sayangnya proyek kereta cepat ini mandek sejalan dengan berakhirnya masa jabatan Presiden SBY.
Lalu diteruskan, diselesaikan, dan diresmikan oleh Presiden Jokowi, dengan menggandeng investor China. Artinya, Jokowi meneruskan ide dan gagasan proyek kereta cepat ini dari pendahulunya.
Kembali ke KA cepat, dari sudut pandanng lain, bolehlah kita bangga kini Indonesia telah memiliki moda transportasi canggih. Meski proses pembangunannya hingga saat ini diwarnai pro dan kontra.
Tapi, yang jelas, ada rasa penasaran seperti apa sih suasana dan sensasinya naik KA cepat ini? Konon, ketika sudah berada di ibukota Jakarta.
Kebetulan kami ada di Jakarta untuk mengikuti Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Betawi.
Saya dan teman-teman pengurus SMSI Aceh ikut mencoba transportasi tercanggih di Asia Tenggara ini.
Kebetulan pula, pihak manajemen KA memberikan discount untuk kelas ekonomi sebesar 50 persen.
Potongan haga tiket dari Rp300.000 menjadi Rp150.000 untuk jurusan stasiun Halim Jakarta ke Padalarang, Bandung.
Potongan harga berlaku sejak 18 Oktober hingga 30 November 2023. Sedangkan untuk kelas bisnis Rp450.000 dan kelas satu Rp600.000.
Ayok, ikutan…
Nikmati, sensasinya,
Whoosh..Whoosh.. Whoosh..
Yes, jawab penumpang lagi…
(Aldin Nainggolan)