Blangkejeren (Waspada Aceh) – Di tengah hiburan seni kekinian seperti konser musik, tradisi debus (dabus dalam bahasa Gayo) di Blangkejeren, Gayo Lues, masih tetap eksis.
Berdasarkan pantauan Waspadaaceh.com, di Kampung Seneren, Kecamatan Pantan Cuaca, Gayo Lues, Aceh, Sabtu malam (20/7/2024), penampilan debus Al-Madani dari Kampung Bustanussalam, Kecamatan Blangkejeren, mampu menarik antusias masyarakat setempat.
Ketika grup debus tampil dan menjalankan atraksinya, masyarakat yang menyaksikan teriak histeris. Atraksi debus yang ditampilkan, menggunakan senjata tajam, bor serta api.
Tak hanya itu, sesekali para seniman debus yang sedang menjalankan aksinya menghampiri penonton sebagai relawan dalam permainan debus.
Ketua Sanggar Tumung Gagang, Sulaiman, mengatakan, grup ini sudah berdiri sejak tahun 2002. Dia mengakui kelompoknya merupakan salah satu grup debus yang masih eksis sampai saat ini.
Tujuan mereka agar kesenian debus tetap eksis di tengah kemajuan teknologi yang tidak bisa dipungkiri mengubah pola pikir masyarakat.
Selain itu, lanjut Sulaiman, debus ini juga salah satu kesenian masyarakat Gayo, khususnya Gayo Lues, yang turun temurun.
Dia mengakui sejak berdirinya grup debus ini, sudah diundang ke Medan, Banda Aceh, Aceh Tenggara dan Aceh Tengah. Bahkan, di Gayo Lues sendiri hampir 70 persen kampung pernah mengundang grupnya untuk menghibur masyarakat khususnya yang melaksanakan hajatan.
Kata Sulaiman, tidak ada standar tarip yang diberikan, tetapi tergantung kepada tuan rumah yang mengundang.
“Harga yang diberikan kepada grup debus Al-Madani juga bervariasi dan tidak ada standar tarip. Jika Ada yang punya kemudahan di atas 5 juta,” jelasnya.
Begitu juga dengan waktu tampil. Tidak ada batasan waktu, namun minimal satu jam.
“Tergantung kesiapan tuan rumah dan personel,” jelasnya.
Berhubung kesenian dabus ini memiliki resiko tinggi, pihaknya mengimbau kepada masyarakat khususnya kepada penonton agar tidak meniru aksi mereka di panggung.
“Ini kegiatan yang ekstrem, mohon jangan ditiru,” tutupnya. (*)